Anda di halaman 1dari 33

PTERIGIUM

Oleh:
dr. Farahdila Adline

Pembimbing:
dr. H. Bambang Priyo Utomo

PKM Tambakboyo, 2017


DEFINISI
Pertumbuhan jaringan
fibrovaskuler pada
konjungtiva dan
tumbuh menginfiltrasi
permukaan kornea,
umumnya bilateral di
sisi nasal, biasanya
berbentuk segitiga
dengan kepala/apex
menghadap kesentral
kornea dan basis
menghadap lipatan
semilunar pada cantus.

1,2,3,4
ANATOMI

Konjungtiva adalah
membran mukosa
yang transparan dan
tipis yang
membungkus
permukaan posterior
kelopak mata
(konjungtiva
palpebralis) dan
permukaan anterior
sklera (konjungtiva
bulbaris).
ETIOLOGI
Hingga saat ini etiologi pasti pterigium masih belum
diketahui secara pasti. Ada yang mengatakan bahwa
etiologi pterigium merupakan suatu fenomena iritatif
akibat pengeringan dan lingkungan dengan banyak
angin karena sering terdapat pada orang yang
sebagian besar hidupnya berada di lingkungan yang
berangin, penuh sinar matahari, berdebu dan
berpasir. Beberapa kasus dilaporkan sekelompok
anggota keluarga dengan pterigium dan berdasarkan
penelitian menunjukkan riwayat keluarga dengan
pterigium, kemungkinan diturunkan autosom dominan

2,3,4,5
KLASIFIKASI
Stadium I

jika pterigium hanya terbatas pada limbus kornea.

Stadium II

jika pterigium sudah melewati limbus dan belum


mencapai pupil, tidak lebih dari 2 mm melewati
kornea.
Stadium III

jika pterigium sudah melebihi stadium II tetapi tidak


melebihi pinggiran pupil mata dalam keadaan cahaya
normal (diameter pupil sekitar 3-4 mm)

Stadium IV

jika pertumbuhan pterigium sudah melewati pupil


sehingga mengganggu penglihatan.
Pterigium stadium 1 Pterigium stadium 2

Pterigium stadium 3 Pterigium stadium 4


FAKTOR RESIKO

Paparan ultraviolet

mikro trauma kronis pada


mata

infeksi mikroba atau virus


kekurangan fungsi lakrimal
film baik secara kuantitas
maupun kualitas
konjungtivitis kronis

defisiensi vitamin A
2,3,4,5
PATOFISIOLOGI
Terjadinya pterigium sangat berhubungan erat dengan paparan sinar
matahari, walaupun dapat pula disebabkan oleh udara yang kering,
inflamasi, dan paparan terhadap angin dan debu atau iritan yang lain. UV-B
merupakan faktor mutagenik bagi tumor supressor gene p53 yang terdapat
pada stem sel basal di limbus. Ekspresi berlebihan sitokin seperti TGF- dan
VEGF (vascular endothelial growth factor) menyebabkan regulasi kolagenase,
migrasi sel, dan angiogenesis.11
Akibatnya terjadi perubahan degenerasi kolagen dan terlihat jaringan
subepitelial fibrovaskular. Jaringan subkonjungtiva mengalami degenerasi
elastoid (degenerasi basofilik) dan proliferasi jaringan granulasi fibrovaskular
di bawah epitel yaitu substansi propia yang akhirnya menembus kornea.
Kerusakan kornea terdapat pada lapisan membran Bowman yang disebabkan
oleh pertumbuhan jaringan fibrovaskular dan sering disertai dengan inflamasi
ringan. Kerusakan membran Bowman ini akan mengeluarkan substrat yang
diperlukan untuk pertumbuhan pterigium. Epitel dapat normal, tebal atau
tipis dan kadang terjadi displasia.5,11

PATOFISIOLOGI
Limbal stem cell adalah sumber regenerasi epitel kornea.
Pada keadaan defisiensi limbal stem cell, terjadi
konjungtivalisasi pada permukaan kornea. Gejala dari
defisiensi limbal adalah pertumbuhan konjungtiva ke
kornea, vaskularisasi, inflamasi kronis, kerusakan membran
basement dan pertumbuhan jaringan fibrotik. Tanda ini
juga ditemukan pada pterigium dan oleh karena itu banyak
penelitian yang menunjukkan bahwa pterigium merupakan
manifestasi dari defisiensi atau disfungsi localized
interpalpebral limbal stem cell.
Pterigium ditandai dengan degenerasi elastotik dari
kolagen serta proliferasi fibrovaskuler yang ditutupi oleh
epitel. Pada pemeriksaan histopatologi daerah kolagen
abnormal yang mengalami degenerasi elastolik tersebut
ditemukan basofilia dengan menggunakan pewarnaan
hematoxylin dan eosin, Pemusnahan lapisan Bowman oleh
Mata
merah Ngeres,
seperti
Fotofobi ada
a pasir di
dalam
mata

Keluar GEJAL Gatal


sekret A

Epifora Panas

Kemeng
disekitar
mata
GAMBARAN KLINIS
Gejala klinis pada tahap awal biasanya ringan bahkan
sering tanpa keluhan sama sekali. Beberapa keluhan yang
sering dialami pasien seperti mata sering berair dan tampak
merah, merasa seperti ada benda asing, dapat timbul
astigmatisme akibat kornea tertarik, pada pterigium lanjut
stadium 3 dan 4 dapat menutupi pupil dan aksis visual sehingga
tajam penglihatan menurun.

0
GAMBARAN KLINIS
Epifora Pseudoptosis

kelopak mata atas


seperti akan menutup,
oleh karena edema
konjungtiva palpebra
keluarnya air mata yang dan eksudasi sel-sel
berlebihan radang pada konjungtiva
palpebra
Pterigium memiliki tiga bagian :
1. Bagian kepala atau cap, biasanya datar, terdiri atas zona abu-abu pada kornea yang
kebanyakan terdiri atas fibroblast. Area ini menginvasi dan menghancurkan lapisan
Bowman pada kornea. Garis zat besi (iron line/Stockers line) dapat dilihat pada bagian
anterior kepala. Area ini juga merupakan area kornea yang kering.
2. Bagain whitish.Terletak langsung setelah cap, merupakan sebuah lapisan vesikuler tipis
yang menginvasi kornea seperti halnya kepala.
Bagian badan atau ekor, merupakan bagian yang mobile (dapat bergerak), lembut, merupakan area
vesikuler pada konjungtiva bulbi dan merupakan area paling ujung. Badan ini menjadi tanda khas yang
paling penting untuk dilakukannya koreksi pembedahan11.
GAMBARAN KLINIS
Khemosis Hipertrofi papiler

reaksi nonspesifik
konjungtiva di daerah
tarsus dan limbus,
berupa tonjolan-tonjolan
yang berbentuk
edema konjungtiva
poligonal
GAMBARAN KLINIS
Membran atau
Folikel
pseudomembran

reaksi nonspesifik membran yang


konjungtiva biasanya terbentuk karena
karena infeksi virus, koagulasi fibrin
berupa tonjolan kecil-
kecil yang berbentuk
bulat
GAMBARAN KLINIS
Preaurikular adenopati Sekret atau eksudat

dapat bersifat purulen,


mukopurulen, mukus
pembesaran kelenjar atau serous
limfe preaurikular
Tanda Bakterial Viral Alergi Toksik

Injeksi Mencolok Sedang Ringan - Ringan -


konjungtiva sedang sedang

Hemoragi + + - -

Kemosis ++ +/- ++ +/-

Eksudat Purulen atau Jarang, air Berserabut -


mukopurule (lengket),
n putih
Pseudomembr +/- +/- - -
an

Papil +/- - + -

Folikel - + - +
PEMERIKSAAN
LABORATORIUM
Pengecat
an

Gram Giemsa

Gram Gram
Bakteri Virus
Positif Negatif

Pada pengecatan Gram atau Giemsa dapat dijumpai


sel-sel radang polimorfonuklear, sel-sel mononuklear,
juga bakteri atau jamur.
Pada konjungtivitis yang disebabkan alergi pada
pengecatan Giemsa akan didapatkan sel-sel eosinofil.
DIAGNOSIS
Anamnesis yang penting pada pasien
konjungtivitis adalah adanya riwayat
kontak dengan penderita yang sama,
riwayat alergi, riwayat higienitas, dan
riwayat kontak dengan bahan iritan.

Pada pemeriksaan klinis didapatkan


adanya hiperemi konjungtiva, sekret atau
getah mata, maupun edema konjungtiva.

Pemeriksaan laboratorium ditemukan


kuman-kuman atau mikroorganisme dalam
sediaan langsung dari kerokan konjungtiva
atau getah mata.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan spesifik tergantung dari identifikasi
penyebab.
Konjungtivitis karena bakteri dapat diobati
dengan sulfonamide (Sulfacetamide 15%) atau
antibiotik (Gentamycin 0,3% atau
Chloramphenicol 0,5% atau Polimixin).
Penggunaan aminoglikosida seperti gentamycin
yang tidak teratur dan adekuat menyebabkan
resistensi organisme Gram negatif.
Konjungtivitis karena jamur dapat diberi
Amphotericin B 0,1% yang efektif untuk
Aspergillus dan Candida.
PENATALAKSANAAN
Konjungtivitis karena virus pengobatan terutama
ditujukan untuk mencegah terjadinya infeksi
sekunder dengan antibiotik.
Pengobatan dengan antivirus tidak efektif untuk
konjungtivitis ini, pengobatan yang utama adalah
suportif. Berikan kompres dingin atau hangat,
bersihkan sekret dan dapat memakai air mata
buatan.
Konjungtivitis karena alergi diobati dengan
antihistamin (Antazoline 0,5% Naphazoline 0,05%)
atau kortikosteroid (Dexamethason 0,1%).
KOMPLIKASI

Ulserasi Membalikn Membalikn Obstruksi Turunnya


kornea ya seluruh ya bulu duktus kelopak
tepian mata ke nasolakrim mata atas
palpebra dalam alis karena
(eriteropio (trikiasis) kelumpuha
n) n (ptosis)
LAPORAN KASUS
DATA PASIEN
Nama : Ny. A
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 39 tahun
Alamat : Sembungin
Pekerjaan : Petani
No. Index : 0003132
Tanggal kunjungan : 24 Desember 2016
ANAMNESA
Keluhan Utama : mata merah
Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien mengeluhkan kedua mata merah sejak 3
bulan lalu. Mata merah terjadi kambu-kambuhan.
Awalnya seperti timbul selaput pada mata yang
dirasa sudah bertahun-tahun lalu. Mata terasa
kering dan berpasir. Terkadang terasa nyeri ketika
terkena angin. Tidak ada keluhan gatal maupun
gangguan pengelihatan. Riwayat keluar kotoran
mata dan keluar air mata berlebih disangkal
pasien. Riwayat sering terpapar debu dan sinar
matahari + karena pasien bekerja sebagai petani.
Riwayat Penyakit Dahulu : -
Riwayat Alergi : -
Riwayat Pengobatan : -
Riwayat Trauma : -
PEMERIKSAAN FISIK
KU : baik, CM
TD : 110/70 mmHg
Nadi : 76 x/menit
RR : 16 x/menit
Suhu : 36,5 C
Status oftalmikus
Pemeriksaan OD OS

Visus Tidak dievaluasi Tidak dievaluasi

Gerakan Bola Mata Normal Normal

Tekanan Bola Mata Normal Normal

Palpebra Normal Normal

Konjungtiva Hiperemis (+) tampak selaput Hiperemis (+) tampak selaput


berbentuk segitiga dari arah berbentuk segitiga dari arah
nasal dan temporal dengan nasal dan temporal sampai ke
apex melewati limbus namun limbus
belum mencapai pupil
Kornea Jernih Jernih

COA Dalam Dalam

Pupil Bulat, Isokor, RC (+), Bulat, Isokor, RC (+),


Ukuran 3 mm Ukuran 3 mm

Iris Reguler Reguler

Lensa Jernih Jernih


Apex melewati
limbus, belum Apex pada
mencapai pupil limbus
DIAGNOSIS

INITIAL DIAGNOSIS DIAGNOSIS BANDING

OD Pterigium Duplex stadium III et Pseudopterigium


OS Pterigium Duplex stadium II Pinguekula
PENATALAKSANAAN

Medikamentosa
Artificial tears ODS
Rujuk poli mata RSUD R.Koesma Tuban

Non-Medikamentosa
Menjelaskan tentang penyakit,
penyebab, serta cara menangani
penyakit tersebut
Menjelaskan tentang cara penggunaan
tetes mata

PROGNOSIS
Dubia et bonam
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai