Anda di halaman 1dari 6

BIDANG DISKONTINUITAS

Setiap struktur geologi yang berpengaruh tehadap


salah satu sifat massa batuan in situ, diantaranya
misalnya, ketahanan (strength), modulus deformasi
atau permeability, adalah penting (= significant).

Struktur yang umum tersebut adalah


* kekar,
* bidang lapisan,
* bidang-bidang foliasi,
* sesar atau bidang-bidang gerus,
* ketidaksinambungan planar sampai hampir planar
efek anisotropik yang kuat terhadap massa
batuan (unisotropic effect on mass properties)
Batuan padu menjadi batuan terkekarkan (tak
padu)
lihat RMR
PEMETAAN
BIDANG DISKONTINUITAS BATUAN
Pemetaan teliti dari

* lokasi
* orientasi (jurus dan kemiringan)
* spasi
+ karakter fisiknya dideskripsi, bahkan dari
intibor, kekuatan lekat antar bagian inti yang
terpisah oleh kekar yang diisi mineral tertentu +
irregularity bidang kekarnya.
Istilah lekat atau terbuka (tight or open) digunakan
dalam deskripsi sebagai berikut :

Tingkat kedataran
datar (plane)
(degree of curved (lengkung
planeness)
Irregular (tak teratur)

slick
Kehalusan smooth
kalau mungkin dengan
- nilai numerik hasil
( smoothness ) rough pengukuran,
Deskripsi tadi perlu ketelitian, sulit diasumsikan karena

1) singkapan-singkapan batuan tidak cukup banyak untuk suatu


kesimpulan statistik

2) diskontinuitas major, e.g. sesar-sesar atau zona-zona gerus


tidak nampak akibat erosi atau pelapukan

3) singkapan-singkapan batuan tidak dalam kondisi tiga dimensi


yang baik, sehingga tidak menunjukkan nilai-nilai spasi
diskontinuitas yang sebenarnya.

4) diskontinuitas ke arah kedalaman berbeda dengan yang


tersingkap di permukaan. Dianjurkan pemetaan selain di
permukaan juga di terowongan (shaft, adit + intibor melalui
core drillings).
PENYAJIAN HASIL
1) Peta sebaran dari tiap individu struktur dengan karakter fisiknya,
orientasi (arah dan besaran kemiringan) dan posisi
2) Plot secara statistik menunjukkan frekuensi relatif dari diskontinuitas
dari orientasi yang bervariasi di seluruh kawasan studi

Masing-masing punya keunggulan dengan keterbatasan,


seyogyanya dibuat dua-duanya.

Yang ke-1 :
Dipilih untuk penggunaan secara umum dari daerah kritis, misalnya,
abutment, kupasan/papasan batuan curam/terjal atau dinding-dinding
ekskavasi bawah-tanah, atau untuk melihat kelanjutan orientasi
diskontinuitas.
Yang ke-2 :
Untuk penyajian sebaran sejumlah besar observasi ke dalam satu paduan
dalam diagram komposit untuk mendapatkan kesimpulan-kesimpulan
average conditions ambil keputusan bagi:

minimisasi masalah stabilitas (minimizing stabilility problems)


- arah-arah ekskavasi
- grouting
- hitung FS lereng batuan
1. PENDAHULUAN

2. DISKONTINUITAS

3. KLASIFIKASI INSITU

Anda mungkin juga menyukai