Anda di halaman 1dari 3

Pemboran Inti, yaitu suatu pemboran yang bermaksud atau bertujuan untuk memperoleh contoh batuan

dalam bentuk inti (core), dari kedalamn 0 sampai kedalaman tertentu.

Inti merupakan conto yang tidak terganggu dengan demikian dapat memberikan
gambaran yang jelas mengenai keadaan mineralisasi dari endapan. Sebagai
sample, inti(core) ditampung di dalam Corebarrel . Ukuran inti bergantung
pada ukuran mata bor (bit)yang dipakai (lihat daftar spesifikasi mata bor).
Pemboran ini biasa juga disebut dengan "diamond drilling" .

Hasil dari pemboran inti digambarkan pada suatu Drilling Log yang antara lain
dicantumkan data mengenai deskripsi tanah/batuan, kepadatan/konsistensil
kekerasan, ketebalan, core recovery, Rock Quality Designation, letak muka air
tanah dan nilai N Blow dan S.P.T
a)

Strength of Intact Rock (Kekuatan batuan utuh)

Data ini dapat diperoleh melalui uji kuat tekan di laboratorium, dan juga melalui
penyelidikan/pengamatan di lapangan. Kekuatan batuan di lapangan
diperkirakan dengan penentuan index strength, yaitu dengan menggunakan
pisau lipat atau palu geologi pada batuan, mengacu pada standar ISRM (Tabel 3).
Data ini dapat diperoleh dari inti bor maupun dari pemetaan permukaan.
Pada tambang batubara di Indonesia, kekuatan batuan biasanya berada pada
rentang Extremely Weak Rock sampai Weak Rock dengan index strength 025MPa.

b)

RQD (Rock Quality Designation)

RQD adalah modifikasi dari Recovery pengeboran untuk menggambarkan


kualitas batuan dalam kaitannya dengan fracture alamiah. Semakin banyak
fracture dalam batuan, maka RQD akan semakin rendah. RQD ditentukan dari
inti lubang bor, dengan perhitungan sebagai berikut :

Jika data pengeboran kurang, RQD dapat ditentukan dari pemetaan di


permukaan dengan cara membentangkan tali sepanjang lapisan berfracture dan
diusahakan tegak lurus dengan arah fracture yang dominan (Laubscher, 1977)
kemudian dilakukan perhitungan RQD seperti dalam lubang bor.

c)

Spacing of Discontinuities (Spasi joint)

Dari inti bor, spasi joint ditentukan dengan cara menghitung banyaknya fracture
dalam satu run pengeboran, yaitu dengan cara panjang run dibagi banyaknya
fracture. Dari pemetaan permukaan, spasi joint dapat juga ditentukan dengan

cara dengan cara membagi panjang tali sepanjang pengamatan dibagi


banyaknya fracture sepanjang tali tersebut.

d)

Condition of Discontinuities (Kondisi joint)

Kondisi joint yang diamati adalah kememenerusan joint (persistence/length),


lebar rekahan (separation), kekasaran bidang (roughness), kekerasan dan lebar
material isian (gouge/infilling material), dan kondisi pelapukan bidang
(weathering). Jika terdapat lebih dari satu set joint, rating RMR dihitung
berdasarkan kondisi joint dengan jarak antar joint yang paling dominan
(Goodman, 1989). Namun untuk keperluan karakterisasi tetap harus
mempertimbangkan kondisi set joint yang lain untuk memeriksa set joint mana
yang menimbulkan resiko paling tinggi atau total rating paling rendah.

Dari lima parameter kondisi joint, yang dapat diidentifikasi secara meyakinkan
dari lubang bor adalah kekasaran, tebal material isian, dan kondisi pelapukan.
Persistence tidak dapat diamati dari lubang bor. Adapun lebar rekahan joint tidak
dapat diukur secara meyakinkan dari inti bor, karena dapat berubah ketika
proses pengeboran dan handling. Proses pengambilan data di permukaan
sebaiknya diprioritaskan pada singkapan yang masih segar untuk memperoleh 5
parameter kondisi joint.

e)

Groundwater Condition (Kondisi air tanah)

Air tanah mempunyai pengaruh yang besar pada prilaku massa batuan. Adanya
air yang mengisi joint akan meningkatkan tekanan hidrostatis sehingga
mempengaruhi disain tambang. Untuk perhitungan RMR, parameter air tidak
dapat diperoleh di lubang bor, karena untuk sistem ini yang diperlukan adalah
kondisi air di lereng tambang, dengan kategori : compeletely dry (kering), damp
(lembab), wet (basah), dripping (menetes), dan flowing (mengalir). Walaupun
demikian perlu mengambil data level air tanah untuk digunakan dalam
memperkirakan garis level muka air tanah ketika melakukan pemodelan
stabilitas lereng.
Selain kelima parameter di atas, data lain yang harus diambil adalah orientasi
joint. Orientasi joint bisa saja diperoleh dari lubang bor melalui teknik orientasi
(penandaan), tetapi lebih mudah mengamatinya di permukaan. Parameter
orientasi joint digunakan untuk mengoreksi total rating RMR dari 5 parameter
pertama yang biasanya disebut sebagai Basic RMR.

Anda mungkin juga menyukai