Anda di halaman 1dari 27

DERMATITIS

SEBOROIK
Oleh Kelompok 1:

AstriNuraeni
Fanny Julianti
Karina Nurizka
Viska Dwi Utami
Yana Widiana
Pengertian
Dermatitis seborea merupakan kelainan inflamasi
kronik kulit dengan prediksi di daerah yang banyak
dipasok dengan kelenjar sebasea atau yang terletak di
antara lipatan kulit tempat bakteri terdaopat dalam
jumlah yang besar (Brunner & Suddarth, 2010).

Dermatitis seboroik merupakan penyakit yang paling


umum, kronik, dan merupakan inflamasi superfisial dari
kulit, ditandai oleh pruritus, berminyak, bercak merah
dengan berbagai ukuran dan bentuk yang menutup
daerah inflamasi pada kulit kepala, muka serta telinga.
Ketombe berhubungan juga dengan dermatitis
seboroik, tetapi tidak separah dermatitis seboroik
(Muttaqin & saran, 2013).
Etiologi

Penyebab dermatitis seboroik


masih belum diketahui secara
pasti
ada tiga faktor yang berkaitan dengan
munculnya dermatitis seboroik, yaitu:
1. Aktivitas kelenjar sebaseus
2. Peran mikroorganisme
3. Kerentanan individu
1. Aktivitas Kelenjar Sebaseus

Kelenjar sebaseus terbentuk pada minggu ke-13 sampai minggu ke-


16 dari kehamilan. Kelenjar sebaseus menempel pada folikel
rambut, mensekresikan sebum ke kanal folikel dan ke
permukaan kulit. Kelenjar sebaseus berhubungan dengan
folikel rambut di seluruh tubuh, hanya pada telapak tangan dan
telapak kaki yang tidak memiliki folikel rambut, dimana kelenjar
sebaseus sama sekali tidak ada.

Seborrhea merupakan faktor predisposisi dermatitis


seboroik, namun tidak selalu didapatkan peningkatan
produksi sebum pada semua pasien. Dermatitits
seboroik lebih sering terjadi pada kulit dengan kelenjar
sebaseus aktif dan berhubungan dengan produksi
sebum. Insiden dermatitis seboroik juga tinggi pada
bayi baru lahir karena kelenjar sebaseus yang aktif
yang dipengaruhi oleh hormon androgen maternal, dan
jumlah sebum menurun sampai pubertas (Fitzpatrick,
2010).
2. Peran Mikroorganisme

Malassezia merupakan jamur yang bersifat lipofilik,


dan jarang ditemukan pada manusia. Peranan
malassezia sebagai faktor etiologi dermatitis
seboroik masih diperdebatkan. Dermatitis seboroik
hanya terjadi pada daerah yang banyak lipid
sebaseusnya, lipid sebaseus merupakan sumber
makanan malassezia. Malassezia bersifat komensal
pada bagian tubuh yang banyak lipid. Lipid
sebaseus tidak dapat berdiri sendiri karena mereka
saling berkaitan dalam menyebabkan dermatitis
seboroik (Schwartz, 2007, in Fitzpatrick, 2010).
3.Kerentanan Individu

Kerentanan atau sensitivitas individu


berhubungan dengan respon pejamu abnormal dan
tidak berhubungan dengan Malassezia. Kerentanan
pada pasien dermatitis seboroik disebabkan
berbedanya kemampuan sawar kulit untuk
mencegah asam lemak untuk penetrasi. Asam oleat
yang merupakan komponen utama dari asam lemak
sebum manusia dapat menstimulasi deskuamasi
mirip dandruf. Penetrasi bahan dari sekresi kelenjar
sebaseus pada stratum korneum akan menurunkan
fungsi dari sawar kulit, dan akan menyebabkan
inflamasi serta squama pada kulit kepala.
Patofisiologi
Produksi sebum yang berlebihan pada daerah (wajah, kulit kepala, alis
mata, kelopak mata, kedua sisi hidung serta bibir atas, daerah malar
(pipi), telinga, aksila, dibawah payudara, lipat paha dan lipatan gluteus
didaerah pantat)

Kelenjar sebaseus mensekresikan lipid dengan cara mengalami proses


disintegrasi sel, Sebuah proses yang dikenal dengan holokrin.

Sel bagian luar terdiri atas sel membran basal, ukuran kecil,
berinti dan tidak mengandung lipid.

sel yang terus membelah mengisi kelenjar sebagai sel yang


dilepaskan pada proses ekskresi lipid

Selama sel ini bergerak ke bagian tengah kelenjar, sel mulai


menghasilkan lipid dan membesar mengandung banyak lipid sehingga inti
dan struktur sel lain hancur. Sel ini mendekati duktus sebaseus, sehingga
sel akan mengalami desintegrasi dan melepaskan isi.
Manisfestasi klinik
1. Lesi dermatitis seboroik
tipikal adalah bercak-bercak
eritema, dengan sisik-sisik
yang berminyak.
2. Penyakit ini sering muncul
di bagian-bagian yang kaya
kelenjar sebum, seperti kulit
kepala, garis batas rambut,
alis mata, glabela (ruang
Dermatitis seboroik
antara alis mata), lipatan pada garis batas rambut
nasolabial, telinga, dada
atas, punggung, ketiak,
pusar dan sela paha.
3. Pasien sering mengeluhkan
rasa gatal, terutama pada
kulit kepala dan pada liang
telinga.
4. Dua tipe dermatitis seboroik dapat ditemukan di dada yaitu
tipe petaloid dan tipe pityriasiform.
a. Tipe petaloid diawali dengan papul-papul folikuler dan
perifolikuler merah hingga coklat, yang berkembang
menjadi bercak-bercak yang mirip bentuk mahkota
bunga.
b. Tipe pitiriasiform mungkin merupakan bentuk berat dari
dermatitis seboroik petaloid. Tipe ini mempunyai bercak-
bercak yang mengikuti garis-garis kulit yang mirip
pityriasis rosea. Dermatitis seboroik juga dapat
mengenai liang telinga yang gambarannya seperti
dermatitis kronis.
Pada
a. daerah berambut,
dijumpai skuama yang
Menurut daerah lesinya, dermatitis seboroik dapat dibagi
berminyak dengan warna
menjadi tiga, yaitu:
1. kekuning-kuningan
Dermatitis sehingga
rambut
Seboroik saling melengket.
b. Kadang-kadang skuamanya
Kepala
kering dan berlapis-lapis dan
sering lepas sendiri disebut
Pitiriasis sika (ketombe).
c. Pasien mengeluhkan gatal di
kulit kepala disertai dengan
ketombe.
d. Bisa pula jenis seboroik ini
menyebabkan rambut rontok,
sehingga terjadi alopesia dan
rasa gatal.

Skauma Pada Daerah Berambut


dengan kumis atau jenggot,
dan menghilang ketika
kumis dan jenggotnya
dihilangkan. Jika dibiarkan
tidak diterapi akan menjadi
tebal, kuning dan
berminyak, kadang-kadang
dapat terjadi infeksi
bakterial.

Krusta

Dermatitis Seboroik di Area Telinga


Dermatitis
seboroik yang
terjadi pada
kepala bayi
disebut Cradle
cap.
yang diatasnya dijumpai
2. Dermatitis
skuama berminyakSeboroik
berwarna
kekuning-kuningan.
Pada Muka
b. Bila sampai palpebra
(kelopak Mata), bisa terjadi
blefaritis.
c. Sering dijumpai pada
wanita.
d. Bisa didapati di daerah
berambut, seperti dagu dan
di atas bibir, dapat terjadi
folikulitis. Hal ini sering
dijumpai pada laki-laki yang
sering mencukur janggut
dan kumisnya.
e. Seboroik muka di daerah
jenggot disebut sikosis
barbe.

Dermatitis Seboroik Pada Area Dagu


3. Dermatitis Seboroik Pada
a. JenisBadan dan daerah
ini mengenai
Sela- Sela Badan presternal (anterior
sternum), interskapula,
ketiak, inframama,
umbilicus, krural (lipatan
paha, perineum).
b. Dijumpai ruam berbentuk
makula eritema yang pada
permukaannya ada skuama
berminyak berwarna
kekuning-kuningan.
c. Pada daerah badan, lesinya
bisa berbentuk seperti
lingkaran dengan
penyembuhan sentral.
d. Di daerah intertrigo, kadang-
Dermatitis Seboroik Pada Area Badan kadang bisa timbul fisura
sehingga menyebabkan
infeksi sekunder.
Komplikasi
Dermatitis seboroik yang meluas sampai
menyerang saluran telinga luar bisa
menyebabkkan otitis eksterna yaitu radang yang
terdapat pada saluran telinga bagian luar. Jika
tidak mendapatkan pengobatan yang adekuat,
maka DS akan meluas ke daerah sternal, aerola
mamae, umbilikus, lipat paha dan daerah
anogenital. Karena kerontokan yang berlebihpun
dapat menyebabkan kebotakan (Djuanda, Adhi,
2007).
Pemeriksaan Penunjang
1. Kultur jamur dan kerokan kulit amat bermanfaat
untuk menyingkirkan tinea kapitis maupun infeksi
yang disebabkan kuman lainnya.
2. Pemeriksaan serologis untuk menyingkirkan
dermatitis atopik. Pemeriksaan komposisi lemak
pada permukaan kulit dimana memiliki
karakteristik yang khas yakni menigkatnya kadar
kolesterol, trigliserida dan parafin disertai
penurunan kadar squalene, asam lemak bebas dan
wax ester.
3. Pemeriksaan histopatologi: gambaran dermatitis
kronis, spongiosis lebih jelas. Pada epidermis dapat
ditemukan parakeratosis fokal dengan abses
Munro. Pada dermis terdapat pelebaran ujung
pembuluh darah di puncak stratum papilaris
disertai sebukan sel-sel neutrofil dan monosit.
Penatalaksanaan
Medik
1. Obat Anti Inflamasi
(immunomodulatory)
Shampo: fluocinolon (Synalar), solusio steroid topikal, losio
yang dioleskan pada kulit kepala atau krim pada kulit. Efek
utama penggunaan kortikosteroid secara topikal pada
epidermis dan dermis ialah efek vasokonstriksi, efek anti
inflamasi, dan efek antimitosis. Adanya efek vasokonstriksi
akan mengakibatkan berkurangnya eritema.
Dermatitis seboroik pada dewasa umumnya menggunakan
steroid topikal 1-2x/hari, sering diberikan sebagai
tambahan ke shampo.
Topikal inhibitor calcineurin (misalnya oinment tacrolimus
(Protopix), krim pimecrolimus (Elidel) memiliki efek
fungisidal dan anti inflamasi tanpa resiko atropi kutaneus.
2.Keratolitik

Keratolitik yang secara luas dipakai


untuk dermatitis seboroik adalah
tar, asam salisiklik dan shampo zinc
pyrithion.
Zinc pyrithion memliki efek
keratolitik non spesifik dan anti
fungi, dapat diberikan 2-3x/minggu.
Pasien sebaiknya membiarkan
rambutnya dengan shampo tersebut
selama lima menit agar shampo
mencapai kulit kepala.
3.Anti Fungi

Dosis 1x sehari gel ketokonazol (Nizoral) dalam dua


minggu.
Shampo yang mengandung selenium sulfide (Selsun)
atau azole dapat diberikan 2-3x seminggu.
Ketokonazole (krim atau gel foaming) dan terbinfin
(Lamisil) oral dapat berguna.
Anti jamur topikal lainnya seperti ciclopirox (Loprox)
dan flukonazole (Diflucan) mempunyai efek anti
inflamasi juga.
Anti jamur (selenium sulfide, pytrithion zinc, azola,
sodium sulfasetamid dan topical terbinafin) dapat
menurunkan kolonisasi oleh ragi lipopilik.
1x sehari regimen desonide (Desowan) dapat
berguna untuk dermatitis seboroik pada wajah.
Asuhan Keperawatan
1.Pengkajian
a. Identitas Klien: Meliputi nama, jenis kelamin, umur,
pekerjaan, pendidikan, alamat klien.
b. Keluhan Utama: Gejala yang sering menyebabkan
penderita datang ketempat palayanan kesehatan
adalah gatal pada lesi yang timbul.
c. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat Penyakit Sekarang
2) Riwayat Penyakit Dahulu
3) Riwayat Penyakit Keluarga
d. Riwayat Psikososial
Klien dengan penyakit kulit, terutama yang lesinya
berada pada bagian yang dapat dilihat oleh orang,
biasanya mengalami gangguan konsep diri. hal itu
meliputi perubahan citra tubuh, ideal diri tubuh, ideal
diri, harga diri, penampilan peran, atau identitas diri.
e. Kebiasaan sehari-hari
e. Pemeriksaan Integumen

1) Warna
Ditemukan karakteristik lesi adalah vesikel yang berkembang
menjadi sebuah bula kurang dari 1 cm pada kulit normal,
dengan sedikit atau tidak ada kemerahan disekitarnya.
Awalnya vesikel berisi cairan bening yang menjadi keruh.
bula akan pecah, pabila bula pecah akan meninggalkan
jaringan parut di pinggiran.
2) Kelembapan
Apabila ada infeksi bakteri, virus, dan jamur maka
kelembapan akan cenderung mengering atau basah disekitar
lesi.
3) Suhu: Apabila ada infeksi biasanya akan memyebabkan
hipertermi.
4) Turgor
5) Tekstur: Normal terasa halus, lembut dan kenyal. Abnormal
terasa bengkak atau atrofi.
6) Lesi: Lesi dilihat dimana lokasinya, distribusi, ukuran, warna,
adanya drainase.
7) Edema
8) Odor
2. Diagnosa Keperawatan Prioritas

a. Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala


Terkait Penyakit
b. Gangguan Citra Tubuh b.d Penyakit
c. Risiko Infeksi ditandai dengan adanya
Gangguan Integritas Kulit
3. Intervensi
a. Gangguan Rasa Nyaman b.d Gejala Terkait
Penyakit

Tujuan: status kenyamanan: fisik klien dapat


ditingkatkan dari skala 1 (sangat terganggu) menjadi
skala 4 (sedikit terganggu).
Kriteria hasil:
Gatal- gatal dapat berkurang dari skala 1 (berat) hingga
skala 3 (sedang)

Manajemen Pruritus
1) Tentukan penyebab dari terjadinya pruritus.
2) Lakukan pemeriksaan fisik untuk mengidentifikasi
terjadinya kerusakan kulit (misalnya, lesi, bula,
ulserasi dan abrasi).
3) Berikan kompres dingin untuk meringankan iritasi.
b. Gangguan Citra Tubuh b.d Penyakit

Tujuan: citra tubuh klien dapat meningkat dari skala 1


(tidak pernah positif) menjadi skala 4 (sering positif).
Kriteria hasil:
Gambaran internal klien meningkat dari skala 1 (tidak
pernah positif) menjadi skala 4 (sering positif).

Peningkatan citra tubuh


1) Tentukan harapan gambaran diri pasien berdasarkan
tahap perkembangan.
2) Gunakan bimbingan antisipasi untuk mempersiapkan
pasien terhadap perubahan tubuh yang dapa
diprediksi.
3) Bantu klien untuk mendiskusikan stressor yang
mempengaruhi citra diri terkait kondisi penyakit.
4) Monitor frekuensi pernyataan dari mengritisi diri.
5) Identifikasi budaya pasien,agama,jenis kelamin dan
umur
c. Risiko Infeksi ditandai dengan adanya
Gangguan Integritas Kulit

Tujuan: integritas jaringan: kulit & Membran Mukosa


dapat ditingkatkan.
kriteria hasil:
Integritas kulit klien ditingkatkan dari skala 1
(sangat terganggu), menjadi skala 4 (sedikit
terganggu).
Eritema dapat berkurang dari skala 1 (berat),
menjadi skala 4 (ringan)
Lesi pada kulit dapat berkurang, dari skala 1
(berat), menjadi skala 4 (ringan).


Kontrol Infeksi
1) Batasi jumlah pengunjung.
2) Gunakan sabun anti mikroba untuk mencuci tangan dengan
benar.
3) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan perawatan pada
pasien.
4) Gosok kulit pasien dengan alat anti bakteri dengan tepat.
5) Lakukan terapi antibiotik yang tepat.
6) Ajarkan pasien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala
infeksi dan kapan harus melaporkannya pada tim kesehatan.

)Penyembuhan Luka
1) Catat karakteristik dari luka.
2) Cuci /bersihkan dengan sabun antibiotik, sebagai tambahan.
3) Gunakan obat salep dengan tepat pada kulit / luka jika perlu.
4) Bandingkan dan catat perubahan pada luka.

Anda mungkin juga menyukai