Chikungunya, DHF, Dss
Chikungunya, DHF, Dss
3
Epidemiologi
4
Continue ...
Penyakit ini pertama kali dicatat di
Tanzania, Afrika pada tahun 1952
Uganda tahun 1963.
Di Indonesia, kejadian luar biasa (KLB)
chikungunya dilaporkan pada tahun 1982
demam chikungunya di Indonesia dilaporkan
pertama kali di Samarinda pada tahun 1973
kemudian berjangkit di Kuala Tungkal,
Martapura, Ternate, Yogyakarta (1983)
Muara Enim (1999)
Aceh dan Bogor (2001)
5
Wabah chikungunya ditemukan di
Port Klang di Malaysia pada tahun 1999,
selanjutnya berkembang ke wilayah-
wilayah lain.
Awal 2001, kejadian luar biasa demam
chikungunya terjadi di Muara Enim dan
Aceh. Disusul Bogor bulan Oktober.
Setahun kemudian, demam chikungunya
berjangkit lagi di Bekasi (Jawa Barat),
Purworejo dan Klaten (Jawa Tengah).
Diperkirakan sepanjang tahun 2001-2003
jumlah kasus chikungunya mencapai
3.918 jiwa dan tanpa kematian yang
diakibatkan penyakit ini.
6
Pendekatan diagnosis
Anamnesis
Manifestasi atipikal
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Kriteria diagnosis
7
Anamnesis
Penyakit dapat bersifat akut, subakut, maupun
kronis.
Fase akut :
Berlangsung 3-10 hari
Demam tinggi mendadak (390C-400C)
Nyeri sendi berat (pasien menjadi lemah, sembuh
dalam beberapa hari sampai minggu)
Sakit kepala
Nyeri seluruh punggung
Mialgia
Mual , muntah
Poliartritis
Bintik merah (rash)
konjungtivitis
8
Fase subakut dan kronis :
Pembengkakan tangan
disertai deskuamasi halus
Hiperpigmentasi wajah
Tenosinovitis pada tangan,
mata kaki, higroma siku
Bengkak dan kaku pada jari-
jari tangan.
9
Manifestasi atipikal
10
Manifestasi atipik dari infeksi Chikungunya
14
Survailans laboratorium untuk CHIKV
menurut variasi epidemiologis
Skenario Tes yang Sampel yang diperiksa
epidemiologis diperlukan
Tidak ada tanda ELISA IgM dan IgG Semua sampel dari pasien dengan
penularan/transmisi gambaran klinis yang serupa
Suspek penyakit CHIKV ELISA IgM dan IgG, Semua sampel dari pasien dengan
RT-PCR real time, gambaran klinis yang serupa
isolasi virus, PRNT
Transmisi berkelanjutan ELISA IgM dan IgG, Sampel dari kasus CHIKV klasik
RT-PCR real time, yang ditentukan oleh lab. Dan
isolasi virus terbatas status epidemiologis; sampel dari
semua kasus berat atau atipikal
sebaiknya diperiksa
Kejadian luar biasa (KLB) ELISA IgM dan IgG, Sampel dari kasus CHIKV klasik
periodik (CHIKV pernah RT-PCR real time, yang ditentukan oleh lab. Dan
terdeteksi pada daerah isolasi virus terbatas status epidemiologis; sampel dari
tersebut) atau survailans semua kasus berat atau atipikal
aktif pada area sekitar sebaiknya diperiksa
transmisi CHIKV
15
Interpretasi hasil pemeriksaan CHIKV
menurut waktu paska infeksi
Hari paska onset Pemeriksaan
penyakit virusPemeriksaan
NTIBOD
16
Kriteria Diagnosis
Kasus suspek
Demam akut >38,50C
Artralgia berat atau artritis yang tidak
dapat dijelaskan oleh kondisi medis lain,
dan telah tinggal atau berkunjung ke
daerah endemis atau epidermis dalam 2
minggu terakhir sebelum muncul gejala.
17
Kasus terkonfirmasi (confirmed case)
19
Diagnosis banding
Malaria
Demam dengue
Leptospirosis
Demam rematik
Demam typoid
Influenza
20
Perbandingan gambaran klinis dan laboratorium pada infeksi CHIKV
dengan dengue
Gambaran klinis Infeksi CHIKV Infeksi virus
dan laboratorium dengue
Demam >390C +++ ++
Mialgia + ++
Artralgia +++ +/-
Sakit kepala ++ ++
Bintik-bintik merah ++ +
Perdarahan abnormal +/- ++
Syok - +
Leukopenia ++ +++
Neutropenia + +++
Limfopeni +++ ++
Peningkatan - ++
hematokrit
Trombositopeni + +++
21
Tatalaksana
22
Tatalaksana Demam Chikungunya
Fase Akut Fase subakut dan kronis
Rehidrasi (bila muntah, Nyeri sendi : kortikosteroid oral
berkeringat, insensible losses) atau injeksi intra artrikular atau
NSAID oral
Antipiretik : asetaminofen Alternatif : Metotrexat**
(parasetamol)
Anti radang* : ibuprofen, Fisioterapi : kasus artralgia lama
naproxen dan kaku sendi
Nyeri sendi berat yang tidak
membaik dengan NSAID,
narkotik (morfin), kortikosteroid
durasi singkat
24
DENGUE HAEMORAGIC
FEVER (DHF)
25
Definisi
26
Pendekatan Diagnosis
Anamnesis
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Kriteria diagnosis
27
Anamnesis
Demam mendadak tinggi
Tipe demam bifasik
Cenderung perdarahan (perdarahan kulit, gusi,
epistaksis, hematemesis, melena, hematuria)
Sakit kepala, nyeri otot dan sendi
Ruam
Nyeri di belakang bola mata
Mual dan muntah
Pemanjangan siklus menstruasi
Sesak nafas, lemah, penurunan kesadaran
Riwayat adanya penderita DHF di sekitar tempat tinggal,
sekolah atau tempat bekerja pada waktu yang sama
28
Pemeriksaan fisik
Demam
Gejala infeksi viral : injeksi
konjungtiva, mialgia, artralgia
Tanda perdarahan : ptekie, purpura,
ekimosis
Hepatomegali
Tanda-tanda kebocoran plasma :
efusi pleura, asites, edema
29
Pemeriksaan penunjang
31
Definisi kasus untuk Demam
Dengue
Probable, demam akut disertai 2 atau lebih
gejala berikut :
Sakit kepala
Nyeri retro-orbital
Mialgia
Artralgia
Ruam
Manifestasi perdarahan
Leukopenia; dan
Hasil pemeriksaan serologi (+) atau adanya kasus
demam dengue di lokasi dan waktu yang sama
32
Confirmed, kasus dikonfirmasi dengan
kriteria laboratorium
Isolasi virus dengue dari serum atau sampel
autopsi
Kenaikan 4 kali titer antibodi IgG atau IgM
pada sampel plasma
Terdapatnya antigen virus dengue pada
sampel otopsi jaringan , plasma atau cairan
serebro spinal (CSS) dengan teknik
imunohistokimia, imunofluoresens atau ELISA
Deteksi sekuens genom virus dengue di
sampel jaringan atau CSS dengan cara PCR
Reportable, setiap kejadian kasus
probable atau confirmed harus dilaporkan
33
Kriteria diagnosis klinis Demam
Berdarah Dengue (DBD) WHO 1997
Demam atau riwayat demam akut, antara 2-7 hari, biasanya
bifasik
Terdapat minimal 1 dari manifestasi perdarahan berikut :
Uji bendung positif
Ptekie, purpura, ekimosis
Perdarahan mukosa (tersering epistaksis dan perdarahan gusi) atau
perdarahan dari tempat lain
Hematesis atau melena
Trombositopenia (<100.000/ml)
Terdapat minimal 1 tanda-tanda plasma leakage (kebocoran
plasma) sebagai berikut :
Peningkatan hematokrit >20% dibanding standar sesuai dengan umur
dan jenis kelamin
Penurunan hematokrit >20% setelah mendapat terapi cairan,
dibandingkan dengan nilai hematokrit sebelumnya
Tanda kebocoran plasma seperti : efusi pleura, asites, hipoproteinemia
atau hiponatremia 34
Derajat keparahan DHF
Derajat I
Demam disertai gejala-gejala konstitusionalyang tidak
spesifik; satu-satunya manifestasi perdarahan adalah hasil
uji tourniquet yang positif.
Derajat II
Sebagai tambahan dari manifestasi pasien derajat I, terdapat
perdarahan spontan, biasanya dalam bentuk perdarahan
kulit dan/atau perdarahan lainnya.
Derajat III
Kegagalan sirkulasi dengan manifestasi nadi yang lemah dan
cepat, menyempitnya tekanan nadi (20 mmHg atau kurang)
atau hipotensi, serta gelisah dan kulit teraba dingin.
Derajat IV
Renjatan/syok berat dengan nadi dan tekanan darah yang
tidak terdeteksi
35
D EN G U E S H O C K
S Y D R O M E (D SS )
36
Definisi
Semua gejala kriteria DBD
ditambah bukti adanya kegagalan
sirkulasi seperti :
Nadi lemah dan cepat
Tekanan nadi sempit (< 20
mmHg)
Atau adanya manifestasi :
Hipotensi
Akral dingin, lembab dan gelisah.
37
Diagnosis Banding
Demam akut lain dengan
trombositopenia seperti :
Demam typhoid
Malaria
Chikungunya
38
Pemeriksaan Penunjang
Hb
Hematokrit / Ht
Trombosit
Leukosit
Serologi dengue
Foto thorax
Evaluasi Ht dan trombosit setiap 12 /24
jam sesuai keadaan klinis
USG abdomen , sesuai indikasi.
39
Diannosis Banding
40
Tata Laksana
Nonfarmakologis
Istirahat, makanan lunak, tingkatkan
asupan cairan oral
Pantau tanda-tanda syok, terutama
pada transisi fase febris (hari 4-6)
Klinis : tingkat kesadaran, nadi,
tekanan darah
Laboratorium, Hb, Ht trombosit,
lekosit
41
Farmakologis
Simptomatis : antipiretik (parasetamol) bila
demam
Tatalaksana terinci pada lampiran protokol
tatalaksana DBD
Cairan intra vena : Ringer Lactat atau Ringer
Acetat 4-6 / kolf. Evaluasi jumlah cairan,
kondisi klinis, perbaikan/perburukan
hemokonsentrasi. Koloid/plasmaekspander
pada DBD stadium III dan IV bila diperlukan
Transfusi trombosit dan komponen darah
sesuai indikasi
Pertimbangan heparinisasi pada DBD stadium
III dan IV dengan Koagulasi Intravaskular
Diseminata (KID)
42
Kriteria merujuk pasien ke RS / ICU
Takikardia
Capillary refill time < 2 detik
Kulit dingin, lembab dan pucat
Nadi perifer lemah atau hilang
Perubahan status mental
Oliguria
Peningkatan mendadak hematokrit (Ht)
atau peningkatan kontinyu Ht setelah
terapi cairan diberikan
Tekanan nadi sempit (< 20 mmHg)
Hipotensi
43
Protokol Penatalaksanaan DBD
pada Pasien Dewasa
Protokol 1 : Penanganan tersangka
(probable) DBD dewasa tanpa syok
Protokol 2 :Pemberian cairan pada
tersangka DBD dewasa di ruang rawat
Protokol 3 : Penatalaksanaan DBD dengan
peningkatan Ht > 20%
Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan
spontan pada DBD dewasa
Protokol 5 : Tatalaksana sindroma syok
dengue pada dewasa
44
Protokol 1 : Penanganan tersangka
(probable) DBD dewasa tanpa syok
Keluhan DBD (kriteria WHO 1997
Observasi Observasi
rawat rawat jalan Rawat Rawat
jalan , , periksa
Hb, Ht, Penanganan
periksa Hb,
leuko, protokol rawat
Ht, leuko,
trombo/24 inap untuk DBD
trombo/24
jam (protokol 2)
jam 45
Protokol 2 :Pemberian cairan pada
tersangka
Suspek
Hb, Ht
DBD
DBD
normal,
dewasa
Perdarahan
trombo
didan
spontan
ruang
<100.000, infus
rawat, periks
masifkristaloid
(-), syok (-)
Protokol
pemberian
cairan DBD
dengan Ht
meningkat
20%
46
Volume cairan kristaloid yang
diperlukan :
Rumus : 1500 + 20 x Berat badan (Kg)
20
Volume rumatan untuk BB 55 kg :
1500 + 20 x ( 55 20 ) = 2200 ml
Pemantauan disesuaikan dengan
fase/hari perjalanan penyakit dan
kondisi klinis
47
Setelah cairan diberikan dilakukan
pemeriksaan Hb, Ht, trombosit tiap
24 jam :
Bila Hb, Ht meningkat 10-20% dan
trombosit <100.000 jumlah pemberian
cairan tetap seperti rumus , tetapi
pemantauan Hb, Ht, trombosit dilakukan
tiap 12 jam
Bila Hb, Ht meningkat >20% dan
trombosit <100.000 maka pemberian
cairan sesuai protokol penatalaksanaan
DBD dengan peningkatan Ht >20%.
48
Protokol 3 : Penanganan DBD dengan peningkatan HT
>20% 5% defisit
cairan
PERBAIKAN TIDAK MEMBAIK
Ht dan frek. Nadi Terapi awal Ht dan frek.nadi
turun , TD cairan IV naik, TD turun <20
membaik, produksi kristaloid 6-7 mmHg, produksi urin
urin meningkat ml/kg/jam menurun
Kurangi infus Evaluasi
kristaloid 5 3-4 jam Infus kristaloid 10
ml/kg/jam ml/kg/jam
TANDA VITAL &
Ht MEMBURUK TIDAK
PERBAIKAN
MEMBAIK
Kurangi infus
kristaloid 3 Infus kristaloid
PERBAIKA 10 ml/kg/jam
ml/kg/jam N
PERBAIKAN Kondisi
MEMBURUK,
tanda syok
Terapi cairan
Terapi sesuai
dihentikan 24-48 jam
PERBAIKAN protokol syok &49
Protokol 4 : Penatalaksanaan perdarahan
spontan pada DBD dewasa
Kasus DBD :
Perdarahaan spo ntan masif :
Epistaksis tidak terkendali, gross hematuria, hematemesis
dan atau melena, hematoskezia, perdarahan otak
Syok (-)
KID
Hb, Ht, (+) trombosit , pemeriksaan hemostasisi (KID), Golongan darah, uji cocok serasi
lekosit,
50
Komplikasi
Renjatan (syok)
Ensefalopati dengue
Perdarahan saluran cerna
KID (koagulasi intravaskular
diseminata)
51