FUNGSI KOMPOSISI
ran
i
kul
squalen
melumasi kulit
lilin ester
memfasilitasi bayi (dihasilkan
(dihasilkan kelanjar
kelanjar sebasea)
sebasea)
melewati jalan lahir sterol
pe kim ukt
hi tras
ne ia ura
st tr
barier
ul
o
lit da l
asam
ian n
mekanik
sebum fosfatase (terhadap
mikoorganisme
)
ve
b
rn po
a
os
iks st
s e
a
ka ma
k erm
se tur
ik s a t
os
e rn
ab
v
ay
i
FRAGILITAS KULIT
bayi aterm:
deskuamasi (+) pada tangan, kaki, dan pergelangan kaki
bayi post matur (> 42 minggu):
GEJALA - deskuamasi generalisata (tangan, kaki, dan tubuh
KLINIS bagian bawah)
- verniks (-)
- kuku dan rambut panjang
- lemak subkutan
DIAGNOSIS BANDING DESKUAMASI NEONATUS
DIAGNOSIS BANDING DESKUAMASI NEONATUS
GENETIK
Gangguan metabolisme lemak
Refsums disease
- Mutasi gen PHYH (90%) dan PEX7
- Degradasi asam fitanik (asam lemak) melalui proses oksidasi-alfa di peroksisom
- Gejala klinis: retinitis pigmentosa, anosmia, iktiosis; ataksia, aritmia (jarang)
Ruds disease
- Autosomal resesif, delesi gen steroid sulfatase pada kromosom X
(X-linked ichtyosis yang jarang dijumpai)
- Gejala klinis: iktiosis, hipogonadisme, mental retardasi, short stature, epilepsi,
hipertrofi polineuropati, retinitis pigmentosa (jarang)
INFEKSI KONGENITAL
Sifilis kongenital
ICHTYOSIS VULGARIS X-LINKED ICHTYOSIS LAMELLAR ICHTYOSIS
DIAGNOSIS BANDING DESKUAMASI NEONATUS
O M ING
YN EEL
E
Biopsi:
- korneosit terpisah
NT
Biopsi:
ICH
udara
(pleksus pembuluh darah kulit)
imatur MOTTLING
dingin pola eritema seperti renda
pada kulit neonatus
IS
KA R
OS sianosis perifer
PE VAS AS
R D ES
N
IA warna memucat dengan
NY KU I
IO PIR
OS penekanan
AK LA
R
AK
bilateral / simetris
IT
sianosis sentral
R
warna tidak memucat
/
dengan penekanan
unilateral atau bilateral
KUTIS MARMORATA
suatu fenomena vaskular kulit yang bersifat jinak
dan sementara pada masa neonatus
respon
bayi aterm pola permukaan
sementara vasomotor
kebiruan kulit tubuh histopatologi
dan seperti dan (beberapa berlebihan
normal
prematur marmer ekstremitas menit atau jam) pada
hipotermia
DIAGNOSIS BANDING:
Sindrom Down
Trisomi 18 kutis marmorata
Hipotiroidisme persisten
Sindrom Cornelia de Lange
KUTIS MARMORATA
PENELITIAN REAKSI VASKULAR NEONATUS
DENGAN TEKNIK THERMOCOUPLE
Perubahan aliran darah ke permukaan kulit dapat diakibatkan oleh
perubahan suhu lingkungan, walaupun suhu inti tetap stabil.
LESI LAIN
Telangiektasi KARAKTERISTIK LESI
Flebektasi
Atrofi
Segmental (jarang simetris)
Ulserasi Terlokaliris
Krusta Batas tegas
Verukosa
Hiperkeratotik (kadang)
CUTIS MARMORATA TELANGIECTATICA
CONGENITA (CMTC)
Dua pertiga neonatus yang lahir dengan CMTC dilaporkan memiliki
abnormalitas; umumnya, bersifat minor dan termasuk malformasi
vaskular kulit lain.
PENYAKIT KOMORBID
Retardasi mental
Gangguan pertumbuhan tulang
dan jaringan lunak
Penyakit jantung kongenital
Glaukoma
Branchial cleft cyst
Nevus flammeus (-) respon
Hipotiroid penghangatan
Livedo retcularis
(penyakit kolagen vaskuler)
HARLEQUIN COLOR CHANGE (HCC)
HCC adalah eritema transien pada sebagian sisi tubuh bayi dengan
pemucatan secara simultan pada sisi lainnya, di mana terdapat
demarkasi yang jelas pada garis tengah.
- HCC pertama kali dideskripsikan oleh Neligan dan Strange (1952) pada bayi
prematur.
- 15% bayi prematur diperkirakan mengalami HCC.
- HCC juga dapat dijumpai pada BBLR dan bayi aterm (frekuensi lebih rendah).
destruksi bilirubin
eritrosit (pigmen Hb)
(-)
(-) konjugasi
konjugasi hepar
hepar imatur
imatur
akumulasi JAUNDICE
pO2 bilirubin di kulit FISIOLOGIS
JAUNDICE FISIOLOGIS / IKTERUS NEONATORUM
JAUNDICE AWAL
INKOMPATIBILITAS SINDROM GANGGUAN
ATAU INFEKSI DARAH CIGLER-NAJJAR HEPAR
JAUNDICE PERSISTEN
EKSASERBASI HEMATOMA
DEHIDRASI HEMOLISIS EKIMOSIS
JAUNDICE EKSTENSIF
Argumen: ETN umum terjadi terutama pada anak kedua dan bahwa waktu
pelaksanaan ETN adalah sesuai dengan reaksi GVH. Kesamaan antara
reaksi GVH akut dan ENT dapat diamati secara klinis, kecuali pada reaksi
GVH melibatkan telapak tangan dan kaki yang pada ETN tidak terlibat.
Secara histologi, reaksi interfase dengan vakuolisasi sel basal tidak dicatat
dalam ETN atau TPM. Konsep dari penyakit fisiologi ringan dari bayi baru
lahir masih harus dievaluasi. Reaksi GVH minor akan melibatkan ETN /TPM
sebagi gambaran kulit yang lebih dominan dan juga dikaitkan dengan
pembengkakan getah bening transien dan spenomegali selama minggu
pertama kehidupan dan kadang kala edema, demam transistori, dan diare.
Eritema Toksikum Neonatorum
(ETN)
Etiologi
Akhir-akhir ini, Marchini et al meneliti keberadaan dan juga
ekspresi peptida bakteri pada manusia LL-37 dan b defensin-1 pada
biopsi kulit dari bayi dengan dan tanpa ruam eritema toksikum.
Pada bayi ETN, mereka menemukan ekspresi yang konstitusif dari
defensin-1 b sementara ekspresi LL-37 terlihat telah diinduksi.
Penulis menyimpulkan bahwa bayi baru lahir telah dilengkapi
dengan sistem pertahanan kulit antimikrobial yang aktif sebelum
lahir, dan bahwa sistem antimikrobial ini diperkuat selama beberapa
hari pertama setelah lahir dengan respon peradangan selular akut,
yang menyebabkan ruam ETN.
Eritema Toksikum Neonatorum
(ETN)
Patologi
Meskipun dilakukan dalam sejumlah kasus yang terbatas, biopsi telah memperlihatkan
gambaran yang lebih konsisten. Pada lesi makular eritematosa, edema dari dermis bagian
atas dikaitkan dengan infiltrasi selular ringan dari eosinofil dan neutrofil pada distribusi difusi
atau perivaskular. Tidak ada hubungan dengan folikel rambut atau pembuluh keringat pada
tahapan ini. Pada papul, lebih banyak infiltrasi selular dan edema yang ditemukan, dengan
predominasi leukosit eosinofilik. Infiltrat eosinofilik ditemukan sekitar separuh bagian atas
struktur pilosebaseus, tanpa ada keterlibatan kelenjar sebasea tetapi dengan perluasan ke
adalam lapisan epitel folikel rambut dan juga epidermis yang berdekatan. Pada putul, infiltrat
berada pada bagian subkorneal atau intraepidermal dan sebagian besar berhubungan
dengan pembukaan folikular. Pustul ini didermakasi dan tidak ada spongiosis. Pada
beberapa hal, pustul ini terlihat terletak pada pori-pori ekrin. Dari pengisian sel pada pustul,
70-95% adalah eosinofil.
Ferrandiz et al melakukan biopsi pada pustuk 11 bayi usia 1 hari dan menumukan fitur dari
TPM dan ETN; dalam dua orang pasien, dua pola, neutrofilik intrakorneal pustula dan pustul
eosinofilik intraepidermal yang terlihat dalam dua biopsi yang berbeda.
Eritema Toksikum Neonatorum
(ETN)
Gambaran Klinis
Insidensi bersifat kontroversial dan berkisar 30-70% pada berbagai survei dari bayi baru
lahir. Karena ruam itu dapat bersifat transien atau ringan, beberapa kasus dapat tidak
tampak. Tidak ada predileksi menurut jenis kelamin. Carr et al di Los Angeles menemukan
insidensi rendah pada anak kulit hitam tetapi menekankan bahwa ini berkaitan dengan
kesulitan dalam mengenali lesi eritema pada kulit hitam. Ketika kasus dengan lesi papular
dan pustular, tidak ada perbedaan etnis. Sebagaimana telah dikemukakan di atas, insidensi
ini berhubungan secara positif dengan beberapa parameter dari kematangan, termasuk
berat lahir dan juga dengan jumlah kehamilan.
Untuk sebagian besar pasien waktu serangan adalah antara hari pertama dan hari keempat
setelah lahir. Hari insidensi maksimum bervariasi menurut seri ini di antara hari 1 dan 3. ETN
pada saat lahir telah dijelaskan. Serangan yang terlambat setidaknya pada usia 10 hari pada
bayi cukup bulan, juga telah diamati. Biasanya terjadi singkat, biasanya 2-3 hari. Erupsi
pustular terjadi untuk waktu yang lebih lama. Angka kekambuhan sangat jarang, tetapi
penulis mencatat erupsi seperti ETN setelah akhir bulan pertama, dan fenomena yang sama
dicatat oleh Hidano et al.
Eritema Toksikum Neonatorum
(ETN)
Gambaran Klinis
Dua tipe erupsi akan dipertimbangkan:
1. Tipe klinis yang sering terjadi dari eritem dan lesi papuler (70% dari kasus).
Bercak eritema berukuran 1-3 cm dengan batasan yang tidak teratur,
terbentuk ketika lesi menjadi konfluen. Sebagian karakteristik adalah fitur
dengan gigitan flea dengan papula kuning putih pada dasar eritem.
2. Dalam 30% kasus erupsi adalah pustular yang lebih dominan. Pustul
adalah putih, berdiameter 1-2 mm dan kadangkala dikelilingi oleh pinggiran
eritema kecil. Lesi berada pada batang tubuh dengan predileksi pada
bagian punggung tetapi gampang ditemukan pada lengan bagian atas,
paha dan wajah. Telapak tangan dan telapak kaki relatif tidak terkena.
Kasus atipikal ETN dengan pustul terlokalisir pada bagian genital telah
dilaporkan.
Eritema Toksikum Neonatorum
(ETN)
Diagnosis Banding
ETN tipikal pada bayi sehat yang baru lahir dengan karakteristik lesi papuler
eritematosa mudah untuk dikenali dan pemeriksaan laboratorium tidak
dibutuhkan. Namun, ketika papula tipikal sedikit djumpai, maka perbedaan dari
warna kemerahan fisiologis akan sangat sulit. TPM umumnya lebih mudah
dikenali ketika makula berpigmen terdapat pada saat lahir dengan adanya pustul.
Yang lebih sulit adalah erupsi pustular dari ETN/TPM khususnya ketika lesi tipikal
tidak dijumpai. Kondisi menyeluruh dari neonatus harus diperhitungkan; sepsis
umum sering berkaitan dengan hiper/hipotermia, makanan yang kurang baik dan
tanda-tanda penyakit serius. Dalam kebanyakan kasus, bayi dalam kondisi baik
dan meonatologis dapat salah menginterpretasikan tanda-tanda kulit sebagai
tanda infeksi. Tzank smear sangat membantu untuk menyingkirkan penyakit virus
dan infeksi Candida. Ketika sebagian besar eosinofil ditemukan, maka
diagnosisnya adalah ETN.
Eritema Toksikum Neonatorum
(ETN)
Diagnosis Banding
Inkoktinensia pigmentasi harus dipetimbangkan, khususnya pada anak perempuan dan
ketika pola Blashko liner ditemukan. Pada bayi dengan potongan multi lesi, pola ini tentu
sangat sulit dikenali. Biopsi kulit sangat membantu dalam kasus ini. Pustulosis eosinofilik
dari kulit kepala, seringkali tidak diberi istilah tidak tepat sebagai penyakit infantil ofuci,
yang jarang dimulai pada saat lahir. Kondisi penyakit dan biopsi akan mengkonfirmasi
diagnosis. Sangat jarang, sindroma Job Buckley dapat ada pada saat lahir dengan erupsi
eosinofilik seperti pada kombinasi imunodefisiensi Omen yang berat.
Akropustulosis bayi juga dapat saja terjadi, walau jarang, pada saat lahir atau setelah
usia 3 minggu dan pustul ini mengandung eosinofil. Sebagian besar kasus ditandai oleh
infiltrat neutrofilik dan awal serangan setelah masa neonatus. Lokasi lesi dan
kekambuhan membantu untuk mendiagnosis ini.
Bentuk atipikal dari histositosis juga telah dijelaskan baru-baru ini dan dapat dijumpai
dengan vesikel atau pustul pada saat lahir. Biopsi kuit wajib dilakukan untuk
mendapatkan diagnosis.
Transien Pustular Melanosis (TPM)
Definisi
Entitas yang digambarkan akhir-akhir ini selain ETN, TPM yaitu ditandai oleh pustul yang
terdapat pada saat lahir dan berevolusi menjadi daerah pigmentasi makular. Isi dari pustul ini
umumnya neutrofilik dan lamanya ruam khususnya pigmentasi lebih lama. TPM lebih umum pada
neonatus kulit hitam dan kemungkinan merupakan penyebab freckling atau lentigenes neonatorum
dalam 15% dari bayi lahir kulit hitam.
Penyebab kedua tipe erupsi (ETN dan TPM) yang dapat terjadi bersamaan dan tidak berhubungan
dengan zat infeksius masih belum jelas, sterile transient neonatus pustulosis, istilah yang
mengarahkan ruam pustular dari ETN dan TPM juga telah diajukan.
Etiologi
Perin et al menemukan adanya insidensi metaplasia skuamous yang tinggi dari plasenta pada
ibu dari anak yang terserang dibandingkan ibu dari bayi kontrol. Temuan ini tidak dikonfirmasi dan
juga tidak ada argumen untuk menghubungkan TPM pada proses infeksi. Insidensi yang lebih tinggi
pada neonatus kulit hitam dapat berhubungan dengan akselerasi stimulasi melanosit negroid
karena sitokin dan untuk melepaskan faktor pertumbuhan oleh sel pada infiltrat epidermal.
Transien Pustular Melanosis (TPM)
Patologi
Pada lesi makular, hiperkeratosis dengan penampilan seperti keranjang dapat dijumpai.
Pewarnaan Fontana Masson menunjukkan peningkatan jumlah melanin pada lapisan basal
dan lapisan suprabasal. Pada pustul, fitur seperti ETN dapat terlihat. Sebagian besar secara
karakteristik, pustul subkorneal ini mengandung leukosit polimorfonukelar dan eosinofil yang
menyebar. Kotoran keratin, cairan serous dan rambut fragmen juga ada. Akantosis yang
sedang kadangkala juga dijumpai. Pada dermis, eosinifil dan atau neutrofil terlihat di sekitar
kapiler dan juga sekitar bagian atas dari folikel rambut. Merlob et al telah menjelaskan adanya
fitur hiperkeratosis, juga melaporkan suatu plug keratotik dan juga dengan krusta dan skuama
yang mengandung leukosit.
Gambaran Klinis
Ketika hiperpigmentasi residual dimasukan dalam definisi, TPM dikatakan lebih sering
pada neonatus kulit hitam (4,4% pada neonatus hitam vs 0,6% pada neonatus putih di
Chicago). Di Israel, 0,24% yang terpengaruh secara irespektif dari Oriental atau Ashkenazi. Di
Spanyol, insidensi menyeluruh 0,48% telah dicatat.
Transien Pustular Melanosis (TPM)
Gambaran Klinis
Erupsi selalu terjadi pada saat lahir. Lesi ini terdapat pada dagu, leher, nape, dada bagian atas,
punggung bagian bawah dan bokong, tetapi juga dapat terdapat pada abdomen bagian bawah dan sisi
medial dari paha. Sangat jarang kulit kepala, telapak tangan dan telapak kaki dilibatkan. Kluster dari
pustul ini terjadi sekitar puting susu dan pada area yang tertekan. Dalam kasus khusus, pada saat
serangan, makula berpigmen dapat bersamaan dengan vesikopustul flaccid. Lesi ini berdiameter 1,5-3
mm dan tidak memiliki eritema; mudah ruptur yang akan meninggalkan kolerat dengan sisik putih.
Pustul individual mengering dan akan meninggalkan krusta coklat datar yang dapat dicabut hanya
dengan garukan lembut. Krusta yang tidak diganggu bertahan selama beberapa minggu dan pada
pasien berkulit hitam ini bertahan sampai beberapa bulan. Lesi ETN tipikal terjadi pada banyak pasien
dengan TPM, pada kondisi waktu khusus.
Penanganan
Tidak ada penanganan yang dibutuhkan
perembesa
kelainan oklusi
ekrin
transien
kelenjar
keringat
n keringat
di epidermis
atau papila
MILIARIA
dermis
Gejala Klinis
tepi lapisan parakeratotik obstruksi duktus intraepidermal obstruksi kelenjar ekrin pada
menutupi akrosiringium perembesan keringat taut dermoepidermal
vesikel subkorneal dan sedikit vesikel di sekitar kelenjar ekrin
neutrofil, limfosit, serta eritrosit
PENATALAKSANAAN MILIARIA
Hindari lingkungan yang hangat dan lembab.
Bila bayi menggunakan inkubator, atur suhu dan kelembaban.
Mandi air dingin dan beraktivitas di ruangan yang
menggunakan AC.
Pada kasus dengan kecurigaan superinfeki, antibiotik
diberikan sampai terdapat hasil pemeriksaan mikrobiologi.
Larutan pembersih klorheksidin dapat diaplikasikan pada
miliaria rubra dengan superinfeksi.
Isotretinoin dapat diberikan pada miliaria profunda ekstensif.
retensi kista
kelainan
MILIA
keratin di epidermal 30-50%
kulit bagian di folikel
superfisial neonatus
transien pilosebaseus
dermis
lesi hilang
papul putih atau kuning
1-2 mm
(-) terapi spontan
topikal dalam
Lokasi: beberapa
hidung, dagu, pipi, dan kening
spesifik
tubuh dan ekstremitas (jarang)
minggu
MILIA
Milia persisten dan ekstensif dijumpai pada:
Epstein pearl
Kista Bohn
Kelainan genodermatosis:
- Sindrom Bazex-Dupre-Christol
- Sindrom Rombo
- Sindrom Brooke-Spiegler
- Sindrom orofasiodigital tipe 1
- Rikettsia bergantung vitamin D herediter tipe II A
- Pakionikia kongenital yipt II
- Sindrom nevus sel basal
- Sindrom hamartoma folikuler basaloid generalisata kista epiermal kecil yang dikelilingi oleh
- Milia familial dan dermatoglifik (-) epitel dengan lapisan keratin pada
- Sindrom Nicolau-Balus orifisium pilosebasea (antara epidermis
- Hipotrikosis rambut berwarna-cerah dan milia fasial dan dermis) atau folikel
- Sindrom Keratosis-Ichthyosis-Deafness
- Epidermolisis bulosa
- Porfiria herediter
AKNE NEONATUS
EPIDEMIOLOGI 50% neonatus
TATA
- umumnya, hilang secara sontan
LAKSANA - pada beberapa kasus ditatalaksana dengan:
ketokonazol, benzoil peroksida, atau eritromisin
SUCKING EROSION DAN SUCKING BLISTER
Lesi berupa 1-2 erosi atau suatu gelembung oval non
inflamasi yang intak di atas kulit pada bayi baru lahir.
Lesi terletak pada jari dan pergelangan tangan.
Sucking blister diperkirakan akibat bayi menghisap jari saat
berada di dalam rahim.
Lesi menghilang sendiri tanpa sekuele pada minggu II.
DIAGNOSIS BANDING SUCKING EROSION DAN SUCKING BLISTER
e r pes lo sa b u losa
sh b u sis
viru etigo o s it o
infe
ks i imp mast
en s ia
is b ulosa
o n tin rmolis
in k
m e nti epide
pig
HIPERPLASIA KELENJAR SEBASEUS
jarang 50%
> 50%
pada komorbid
bayi bayi dengan
aterm prematur milia
papul kekuningan
Hiperplasia kelenjar sebaseus multipel
dipengaruhi androgen maternal pada pin point
folikel pilosebaseus selama bulan akhir (folikel pilosebaseus)
gestasi, di mana terjadi peningkatan Lokasi:
jumlah dan volume sel sebaseus. hidung, pipi, bibir
bagian atas, dahi
(banyak kelenjar sebaseus)
HIPERPLASIA KELENJAR SEBASEUS
lesi hilang
tidak perlu
setelah penatalaksanaan
beberapa bulan
POLIP KULIT DAN ADNEKSA NEONATUS
Hidano dan Kobayashi
tumor jinak dengan gambaran histopatologi berupa miniatur apendiks kulit.
4,1% neonatus di Jepang.
lesi kecil, soliter, skin tag di sekitar puting susu.
lesi dapat lepas secara spontan.
terdapat dua kasus dengan lesi persisten, yaitu pada bayi berusia 53 hari
dan 370 hari.
ETIOLOGI
- susu formula
- pH feses tidak normal
GEJALA
KLINIS
makula eritematosa (2-3 mm)
rambut
velus
tanpa
(-)
pigmen
bayi
prematur LANUGO
medula
Garis rambut dan alis mata pada neonatus tidak tampak jelas
dibandingkan dengan anak-anak.
Bulu mata neonatus tidak dapat dijumpai pada saat lahir.
Rambut terminal akan berganti menjadi rambut velus yang
hipopigmentasi selama tahun pertama kehidupan.
Pola pertumbuhan rambut terminal yang matang biasanya dimulai
pada semester kedua tahun pertama kehidupan.
POLA RAMBUT DAN PERUBAHAN SIKLUS RAMBUT NEONATUS
BULAN
BULAN V
V
TE RIN rambut gugur
A U
T R
IN
BULAN
BULAN VI-VII
VI-VII
fase telogen
(depan ke belakang)
fase anagen
LAHIR
rambut gugur dan tumbuh kembali
(depan ke belakang)
AKHIR
AKHIR TAHUN
TAHUN II
pertumbuhan rambut tetap
HIPOTRIKOSIS HIPERTRIKOSIS
familial Kaukasia
ras (+) pigmen tipe I dan II
ALOPESIA POSTNATAL
ALOPESIA OKSIPITAL
FREKUENSI : sering
WAKTU : beberapa bulan awal kehidupan
PATOFISIOLOGI
- dianggap akibat trauma gesekan kulit kepala posterior dengan kain
- fase telogen pada daerah oksipital terjadi paling akhir , yaitu sesaat
sebelum neonatus lahir
ALOPESIA DIFUSA
TELOGEN EFFLUVIUM
FREKUENSI: jarang
WAKTU : periode neonatus
TERIMA KASIH