Anda di halaman 1dari 32

PEMETAAN DAN PENGEMBANGAN

USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)


DI KABUPATEN BOMBANA

KERJASAMA
BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN DAERAH
KABUPATEN BOMBANA
DENGAN UNIVERSITAS HALU OLEO, 2017
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

1. Menyerap tenaga kerja yang


Usaha Kecil dan Eksistensi cukup besar.
Menengah (UKM) 2. Menjadi perekat dan
menstabilkan masalah
kesenjangan sosial dalam
Jumlah UKM di Indonesia pada kehidupan masyarakat.
tahun 2014 sebanyak 57,9 Juta unit 3. Mampu bertahan dari
dan terbukti memberikan guncangan ekonomi dan
kontribusi 58,92% terhadap Produk menjadi roda penyelamat dan
Domestik Bruto (PDB) dan 97,30% penggerak ekonomi, terutama
terhadap penyerapan tenaga kerja pasca krisis ekonomi (krisis
(Abdul Kadir Damanik, 2015). keuangan tahun 1997 dan krisis
global 2008).
1. Belum optimal untuk ikut
berperan serta dalam
memajukan perekonomian
Kabupaten masyarakat.
Bombana 2. Belum berperan nyata
lahan dalam upaya pengentasan
a sa kemiskinan.
m
Per

Pengembangan
UMKM
Belum adanya model dan
Ind strategi pengembangan
ika UMKM untuk dapat
si
mendorong kesejahteraan
masyarakat, sehingga hal
tersebut menjadi titik lemah
pengembangan UMKM.
Teknis Kelemahan lainnya adalah belum
Masalah sepenuhnya diimplementasikannya UU
No. 20 Tahun 2008 Tentang UMKM dan
kebijakan pemerintah yang berkaitan
langsung dengan upaya pengembangan
dan pembangunan ekonomi yang
langsung bersentuhan dengan
pembangunan ekonomi rakyat,
sehingga pendekatan pemberdayaan
ekonomi kerakyatan dapat lebih
terarah dan konsisten, dan secara
sistematis dapat mendorong
percepatan pengembangan UMKM di
Kabupaten Bombana.
Solusi dan
Strategi Perlu kiranya dilakukan strategi pengembangan
program UMKM secara lebih komprehensif dan
terintegrasi serta terkoordinasi lintas instansi
terkait, agar UMKM di Kabupaten Bombana
dapat memainkan peranan penting dalam
pembangunan ekonomi dan terwujudnya
kesejahteraan masyarakat.

2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemetaan Permasalahan, Keunggulan (Kekuatan) dan


Pemetaan Potensi yang dimiliki UMKM yang ada di Kabupaten
Bombana.
2. Bagaimana strategi pengembangan serta penguatan UMKM di
Kabupaten Bombana.
3. Tujuan dan Manfaat

Tujuan penelitian ini adalah untuk melakukan pemetaan potensi


terhadap UMKM di Kabupaten Bombana, mengkaji keunggulan dan
kelemahan UMKM, dan mengembangkan strategi pemetaan dan
pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) dalam
Upaya Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat di Kabupaten
Bombana.

Manfaat yang akan diperoleh dari kegiatan ini adalah sebagai


berikut :
1. Teridentifikasinya Permasalahan, Keunggulan dan Potensi UMKM
di Kabopaten Bombana,
2. Tersusunnya dokumen strategi pengembangan/pemberdayaan
UMKM serta langkah-langkah yang perlu dilakukan terhadap
UMKM dimasa akan datang (jangka pendek, menengah, dan
panjang).
TINJAUAN PUSTAKA
1.Gambaran Umum Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Secara detail berbagai definisi usaha kecil dan menengah
dipaparkan pada tabel berikut ini:
Tabel 2.1. Definisi dan Kriteria UMKM Menurut Berbagai Sumber.
Organisasi Jenis Usaha Kriteria

Usaha Kecil Pekerja 5 19 orang.


Biro Pusat Statistik
(BPS) Usaha Menengah Pekerja 20 99 orang.
Usaha yang dijalankan oleh
rakyat miskin atau mendekati
miskin,
Usaha Mikro
Dimiliki oleh keluarga sumber
(SK Dir BI No 31/24/KEP/ DIR
daya lokal dan teknologi
Tgl 5 Mei 1998)
sederhana,
Lapangan usaha mudah
untuk exit dan entry.
Aset < Rp 5 M untuk
Usaha Menengah industry,
Bank Indonesia (BI) Aset < Rp 600 juta diluar
(SK Dir BI No 30/45/Dir/ UK
tgl 5 Januari 1997) tanah & bangunan,
Omzet tahunan < Rp 3 M.
Jumlah karyawan < 30 orang,
Usaha Kecil Pendapatan setahun < $ 3 juta,
Jumlah aset < $ 3 juta.
Bank Dunia Jumlah karyawan maksimal 300 org,
Pendapatan setahun hingga sejumlah $
Usaha Menengah
15 juta,
Jumlah aset hingga sejumlah $ 15 juta.
Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah
& bangunan) Lebih dari Rp. 50 juta
sampai dengan paling banyak Rp. 500
juta,
Usaha Kecil Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun)
Lebih dari Rp.300 juta sampai dengan
Kementerian paling banyak Rp. 2,5 Milyar.
Koperasi dan UKM
(Undang-undang Kekayaan Bersih (tidak termasuk tanah
No. 20 tahun 2008) & bangunan) Lebih dari Rp. 500 juta
sampai dengan paling banyak Rp. 10
Milyar,
Usaha Menengah Hasil Penjualan Tahunan (Omset/tahun)
Lebih dari Rp. 2,5 Milyar sampai dengan
paling banyak Rp. 50 Milyar.

Sumber : Bank Indonesia; http://infoukm.wordpress.com (diolah)


2. Kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
a. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)
menurut UU Nomor 20 Tahun 2008 digolongkan
berdasarkan jumlah aset dan omset yang dimiliki
oleh sebuah usaha.

Tabel 2.2. Kriteria UMKM


Kriteria
No Usaha
Asset Omzet

1 Usaha Mikro Maks. 50 Juta Maks. 300 Juta


2 Usaha Kecil > 50 Juta 500 Juta > 300 Juta 2,5 Miliar
3 Usaha Menengah > 500 Juta 10 Miliar > 2,5 Miliar 50 Miliar

Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2012


b. Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Berdasarkan
Perkembangan. Selain berdasarkan Undang-undang
tersebut, dari sudut pandang perkembangannya (Rahmana,
2008) mengelompokkan UMKM dalam beberapa kriteria,
yaitu:
1. Livelihood Activities, merupakan Usaha Kecil Menengah
yang digunakan sebagai kesempatan kerja untuk mencari
nafkah, yang lebih umum dikenal sebagai sektor
informal. Contohnya adalah pedagang kaki lima.
2. Micro Enterprise, merupakan Usaha Kecil Menengah
yang memiliki sifat pengrajin tetapi belum memiliki sifat
kewirausahaan.
3. Small Dynamic Enterprise, merupakan Usaha Kecil
Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
mampu menerima pekerjaan subkontrak dan ekspor.
4. Fast Moving Enterprise, merupakam Usaha Kecil
Menengah yang telah memiliki jiwa kewirausahaan dan
akan melakukan transformasi menjadi Usaha Besar (UB).
3. Kerangka Pikir Penelitian

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah mempunyai peranan


sangat penting dalam pembangunan ekonomi Indonesia.
Berdasarkan data statistik, sekitar 80% pelaku usaha di
Indonesia adalah kelompok UMKM dan koperasi. Meskipun
UMKM di Indonesia pada tahun 2014 sebanyak 57,9 Juta unit
dan terbukti memberikan kontribusi 58,92% terhadap Produk
Domestik Bruto (PDB) dan 97,30% terhadap penyerapan tenaga
kerja (Abdul Kadir Damanik, 2015). Dalam perjalanannya UMKM
masih menghadapi berbagai kendala seperti kendala SDM,
permodalan, pemasaran, produksi, dan aspek manajemen dan
lain sebagainya.
Berkaitan dengan berbagai kendala UMKM tersebut,
pada dasarnya telah dilakukan berbagai upaya untuk
lebih memberdayakan UMKM tetapi upaya tersebut
belum mampu menjawab semua persoalan yang
berkaitan dengan UMKM. Untuk itu maka penyusunan
strategi pengembangan UMKM di Kabupaten Bombana
ini dipandang penting dan mendesak untuk dilakukan,
sehingga percepatan pengembangan UMKM dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kecil akan
lebih cepat terealisasi.
Berdasarkan hal di atas maka alur pikir dan model
pengembangan UMKM dan Koperasi di Kabupaten
Bombana disusun dengan didasarkan pada kerangka
pikir sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Kerangka Pikir

Potensi UMKM

Pengembangan SDM Inovasi Produk

Manajemen
Organisasi Dan Strategi Pemasaran
Keuangan

Dukungan Finansial Kepastian Pasar

Strategi
Pengembangan
UMKM

Kesejahteraan
Masyarakat
METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian

a. Pendekatan Kualitatif dan Kuantitatif (Analisis Deskriptif)


Penelitian akan dilakukan dengan pendekatan kualitatif
dan kuantitatif terutama dari sisi ilmu ekonomi, dengan
harapan dapat memperoleh pemahaman yang
komprehensif tentang sektor UMKM di Kabupaten Bombana
serta penyusunan model strategi pengembangan/
pemberdayaan, dan pembinaan UMKM dalam rangka
mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Penelitian yang dilakukan terhadap potensi ekonomi UMKM
di setiap kecamatan. Data meliputi:
1. Jumlah usaha/perusahaan/unit UMKM,
2. Jumlah kredit yang diterima UMKM (Modal),
3. Jenis usaha UMKM,
4. Jumlah tenaga kerja yaitu seluruh tenaga kerja yang
bisa terserap di UMKM,
5. Nilai tambah UMKM (Pendapatan),
6. Sistem kelembagaan UMKM,
7. Akses ke pasar (pemasaran) UMKM,
8. Akses bahan baku UMKM,
9. Aspek manajemen UMKM,
10.Model strategi pengembangan dan penguatan UMKM.
2. Pendekatan Pengembangan UMKM (Metode Analisis
SWOT)
Analisis SWOT dilakukan sebagai mekanisme dalam
merumuskan strategi yang akan digunakan untuk
mengembangkan UMKM di Kabupaten Bombana. Analisis
SWOT ini dilakukan dalam dua tahap;
a. Tahap identifikasi SWOT, yaitu tahapan mengidentifikasi
bentuk-bentuk kekuatan (strengths) dan kelemahan
(weaknesses) yang dimiliki, yang sangat berpengaruh
terhadap tingkat perkembangan UMKM tersebut di
Kabupaten Bombana. Disamping itu, pada tahapan ini
juga diidentifikasi berbagai bentuk peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dari pihak
eksternal yang dihadapi UMKM untuk dapat berkembang
di Kabupaten Bombana.
b. Tahap Analisis SWOT, yaitu tahapan untuk merumuskan
strategi dengan mengkombinasikan faktor-faktor internal
(strengths dan weaknesses) serta faktor-faktor eksternal
(opportunities dan threats) kedalam Matriks SWOT.

2. Jenis dan Sumber Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data


primer dan sekunder. Data primer akan dikumpulkan dari
obyek penelitian, yaitu pelaku usaha UMKM di Kabupaten
Bombana. Data sekunder akan dikumpulkan dari instansi
terkait seperti BPS, Disperindag Kabupaten Bombana, dan
instansi terkait lainnya. Pengumpulan data sekunder bertujuan
untuk memperoleh gambaran kinerja UMKM yang ada selama
ini.
3. Teknik Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data melalui survei


lapangan, Focus Group Disscusion (FGD) dan
dokumentasi. Selanjutnya dilakukan pengolahan
data setelah terlebih dahulu dilakukan proses
editing, kompilasi, klasifikasi, dan standarisasi data
yang ada. Kemudian dilakukan penyusunan master
plan yang bersisi informasi dan rencana induk
pengembangan UMKM di Kabupaten Bombana
kedepan.
IV. PEMETAAN HASIL

PERMASALAHAN UMKM PENELITIAN


DAN

KAB.BOMBANA
PEMBAHASAN

1. Masalah Finansial

Gambar 6.1. Komposisi Modal Sendiri dan Pinjaman Bank Usaha Mikro Kabupaten Bombana (Rp 000,000) Gambar 6.2. Komposisi Modal Modal Sendiri dan Pinjaman Bank Usaha Kecil Kabupaten Bombana (Rp 000,000)

Pinj. Bank; 4147.9; 25% Pinj. Bank; 2000.000%; 0%

Modal Sendiri; 12369.32; 75% Modal Sendiri; 414790.000%; 100%


Gambar 6.3. Jumlah Omzet Per Tahun, Modal Sendiri dan Pinjaman Bank Usaha Menengah Kabupaten Bombana (Rp 000,000)

Kurangnya pengetahuan manajemen keuangan/SDM; 30%

Kurangnya informasi dalam mendapatkan pinjaman/kredit; 45%


Pinj. Bank; 1,756.00 ; 6%

Bunga pinjaman/kredit yang tinggi; 5%

Kurangnya aksesibilitas dalam mendapatkan pinjaman/kredit; 20%


Modal Sendiri; 28,720.00 ; 94%

Berdasarkan Gambar 6.1, 6.2, dan Terdapat beberapa alasan yang dikemukakan
6.3 secara umum dapat oleh pelaku UMKM tersebut, yaitu sebanyak 45%
disimpulkan bahwa pelaku UMKM mengatakan bahwa kurangnya informasi dalam
di Kabupaten Bombana dalam mendapatkan pinjaman.kredit. factor lainya
menjalankan usahanya masih adalah kurangnya pengetahuan manajemen
mengandalkan modal sendiri atau keuangan/SDM sebanyak 30% dan kurangnya
dengan kata lain kurang aksesbilitas dalam mendapatakan pinjaman
menfaatkan fasilitas pendanaan sebesar 20%. Hanya 5% yang mengatakan bahwa
dari lembaga penyedia keuangan bunga pinjaman/kredit tinggi sepertin terlihat
seperti bank dan lainnya. pada Gambar 6.4
Gambar 6.5. Jumlah Omzet Per Tahun UMKM Kabupaten Bombana (Rp 000,000)
Dengan terbatasnya sumber pemodalan
sebagaimana yang telah dikemukakan, maka
tentunya hal tersebut akan berdampak pada
besarnya omset yang diperoleh oleh UMKM
Usaha Mikro; 20.00 tersebut. Berdasarkan data Dinas Perindustrian dan
Usaha Kecil; 12,369.32
Koperasi, nilai omset UMKM Kabupaten Bombana
terlihat pada Gambar 6.5. Dengan hanya
mengandalkan sumber pendanaan sendiri, telihat
Usaha Menengah; 39,621.59
bahwa omset pelaku UMKM, untuk usaha mikro
hanya sebesar Rp. 20.000.000.- Pertahun, usaha
kecil sebesar Rp 12.369.320.000. per tahun dan
usaha menengah sebesar Rp 39.621.590.000.-per
No Kecamatan
Jumlah Tenaga Jumlah Investasi tahun.
Nilai Produksi (Rp.
Kerja (Rp. 000) 000)
1 Kabaena 313 330,750.00 5,034,000.00
2 Kabaena Utara 46 85,000.00 1,572.00
3 Kabaena Selatan 224 222,200.00 1,165,200.00
4 Kabaena Barat 170 471,200.00 2,326,800.00
5 Kabaena Timur 18 9,000.00 486.00
6 Kabaena Tengah 230 289,500.00 8,942,400.00
7 Rumbia 173 1,737,700.00 2,958,600.00
8 Mata Oleo 22 112,000.00 252.00
9 K. Masaloka Raya - - -
10 Rumbia Tengah 24 350,000.00 249.00
11 Rarowatu 88 259,500.00 1,346,000.00
12 Rarowatu Utara 114 494,500.00 839.00
13 Lantari Jaya 74 4,270,000.00

14 Mata Usu 122 248,450.00 1,085,800.00


15 Poleang Timur 127 1,043,000.00 2,054,880.00
16 Poleang Utara 109 408,000.00 9,856.00
17 Poleang Selatan 34 268,000.00 676.00
18 Poleang Tenggara

19 Poleang 315 2,150,500.00 3,244,600.00


20 Poleang Barat 228 996,000.00 2,566,500.00
21 Tontonunu 34 88,000.00 210.00
Jaringan Distribusi dan Promosi
2. Masalah Non Finansial
1. Kurangnya pengetahuan atas teknologi yang Telah menerapkan; 40; 27%
disebabkan oleh minimnya kesempataan
untuk mengikuti perkembangan teknologi Belum menerapkan; 110; 73%
serta kurangnya pendidikan dan pelatihan
2. Kurangnya pengetahuan akan pemasaran, yang
disebabkan oleh terbatasnya informasi yang
dapat dijangkau oleh UMKM mengenai pasar
dan keterbatasan kemampuan untuk Hubungan Kekerabatan dengan Tenaga Kerja
menyediakan produk/jasa sesuai keinginan
konsumen
Bukan Keluarga; 45; 30%
3. Keterbatasan sumber daya manusia serta
kurangnya sumber daya untuk
mengembangkan SDM Keluarga; 105; 70%
4. Kurangnya pemahaman mengenai keuangan
dan akuntansi
Sistem Pengelolaan SDM dan Penggajian karyawan

Telah Menerapkan sistem akuntansi; 50; 33%

Telah menerapkan; 60; 40%


Belum menerapkan sistem akuntansi; 100; 67%

Belum menerapkan; 90; 60%


3. Permasalahan Lainnya HASIL
PENELITIAN
a. Permasalahan Perizinan, Jenis perizinan cukup DAN
PEMBAHASAN
banyak sehingga menyulitkan pelaku UMKM untuk
mengetahui perizinan mana saja yang harus
mereka miliki dan biaya pengurusan perinjinan
relatif mahal.
b. Permasalahan Bahan Baku, ketersediaan bahan
baku belum terjamin continuenitasnya. Terkadang
sulit memperoleh bahan baku.
c. Permasalahan Pemasaran Berorientasi ekspor,
kurangnya informasi tentang standarisasi kualitas
barang ekspor dan negara tujuan ekspor
4. Rekapitulasi Pemetaan Permasalahan UMKM HASIL
Menurut Urgensinya PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN

Prioritas Masalah
No Permasalahan UMKM Menurut Pelaku
IMKM
1 Dukungan Kebijakan Pemerintah 69.0%
2 Akses Tenaga Kerja 31.0%
3 Akses Modal 27.6%
4 Kemampuan Bersaing 27.6%
5 Akses Pasar 20.7%
6 Kualitas Produk 20.7%

Tabel di atas menunjukkan bahwa urutan permasalahan yang dihadapi oleh


UMKM di Kabupaten Bombana menurut urutan prioritasnya adalah dukungnan
kebijakan pemerintah , akses tenaga kerja, akses modal , kemampuan
bersaing, akses pasar dan kualitas produk
V. PENGEMBANGAN HASIL
PENELITIAN

UMKM KAB. BOMBANA


DAN
PEMBAHASAN

Kekuatan (S)
1. Semangat dan motivasi yang tinggi dari pelaku UMKM.
2. Keragaman jenis produk yang dihasilkan UMKM bervariasi.
3. Pelaku-pelaku UMKM mulai muncul dari tokoh-tokoh muda yang mempunyai
visi kuat untuk maju.
Kelemahan (W)
1. Keterbatasan modal UMKM.
2. Kualitas SDM UMKM rendah.
3. Keterbatasan dan penguasaan teknologi UMKM
4. Leadership UMKM.
5. Keterbatasan akses pasar.
6. Kemampuan manajemen UMKM.
7. Pengetahuan tentang UMKM.
8. Kualitas bahan baku UMKM.
HASIL
PENELITIAN
DAN
PEMBAHASAN

Peluang (O)
1. Dukungan pemerintah baik daerah maupun pusat (Pembinaan).
2. Pengembangan ekonomi kerakyatan.
3. Dukungan anggaran pemerintah APBD.
4. Potensi SDA dan kearifan local.
5. Keinginan untuk berkembang
6. Potensi pasar domestik, regional, nasional, dan internasional
(MEA).
Ancaman (T)
1. Persaingan dengan pelaku ekonomi usaha besar
2. Kurangnya bahan baku yang berkualitas.
3. Lemahnya koordinasi antar instansi.
4. Lemahnya komitmen dari pemerintah daerah (Kebijakan Prasarana).
Matriks SWOT UMKM Kabupaten Bombana
Lima Strategi Pengembangan UMKM
Kabupaten Bombana HASIL
Strategi pengembangan UMKM Kabupaten Bombana pada PENELITIAN
DAN
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi lima kegiatan PEMBAHASAN
utama, yaitu :
1. Peningkatan Kompetensi SDM UMKM
2. Penguatan Modal dan Kelembagaan UMKM Kabupaten
Bombana ,
3. Pembinaan UMKM Kabupaten Bombana
4. Pengembangan dan Penguatan Jaringan Pemasaran Hasil
UMKM Kabupaten Bombana
5. Penciptaan Iklim Bisnis yang Kondisif.

Kelima kelompok tersebut diharapkan dapat dijalankan


secara terintegrasi sehingga dapat menghasilkan sinergi
yang besar untuk mewujudkan UMKM yang dapat bersaing
dengan usaha besar dan mampu bersaing pula dengan
produk-produk UMKM daerah lainnya
I. Peningkatan Kompetensi SDM UMKM. Untuk meningkatkan
kompetensi SDM pelaku UMKM dapat dilakukan dengan
pendidikan dan pelatihan, pendampingan, magang, on the
job training dan juga Peningkatan kualitas SDM dilakukan
dengan cara seperti seminar dan lokakarya dan kerja sama
usaha.
II. Penguatan modal dan kelembagaan UMKM. Pada hal ini
dapat dilakukan dengan cara memberikan kemudahan dala
akses permodalan terutama dari sisi pinjaman dibank, dan
pemberian bantuan pembangunan prasanan UMKM seperti
pembangunan prasarana produksi dan pemasaran. Usaha
pemberdayaan UMKM melalui aspek permodalan ini adalah
memberi jamin kredit mereka di lembaga kuangan yang
ada, dan atau memberi subsidi bunga atas pinjaman
mereka di lembaga keuangan.dan pemberian bantuan
modal (dana bergulir).
III. Pembinaan UMKM menekankan pada upaya peningkatan SDM, penguatan dan
pengunaan teknologi, dan penciptaan produk yang bernilai dan berkualitas tinggi
yang didasarkan pada kealifan lokal. Peningkatan kualitas SDM dilakukan melalui
berbagai cara seperti pendidikan dan pelatihan, seminar dan lokakarya, on the job
training, pemagangan dan kerja sama usaha. Pelatihan, pendidikan dan atau
pemagangan ini penting karena bertujuan untuk memperkuat dan
mengembangkan UMKM Kabupaten Bombana . Disamping itu pendidikan pelatihan
ini juga dapat digunakan sebagai sarana untuk memperkuat dan meningkatkan
kapasitas pengurus dan manajemen UMKM. Diklat ini diharapkan menghasilkan
output pengembangan daya kreativitas, inovasi, produktivitas sehingga akan
meningkatkan nilai tambah serta membangun rantai nilai baik antar para pelaku
UMKM itu sendiri.
IV. Pengembangan dan Penguatan Jaringan Pemasaran Hasil UMKM Kabupaten
Bombana, Upaya mengembangkan jaringan usaha ini dapat dilakukan dengan
berbagai macam pola jaringan misalnya dalam bentuk jaringan sub kontrak
maupun pengembangan kluster. Pola-pola jaringan semacam ini sudah terbentuk
akan tetapi dalam realiatasnya masih belum berjalan optimal. Pola jaringan
usaha melalui sub kontrak dapat dijadikan sebagai alternatif bagi eksistensi UMKM
di Indonesia. Disamping itu dapat pula dilakukan dengan cara menjalin
kerjsama/kemitraan dengan berbagai pusat-pusat informasi bisnis, asosiasi-
asosiasi dagang baik di dalam maupun di luar negeri, pendirian dan pembentukan
pusat-pusat data bisnis UMKM.
VI. PENUTUP KESIMPULAN
DAN
REKOMENDASI

Kesimpulan
Strategi Pengembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) untuk
mengatasi persoalan yang dihadapi oleh UMKM yang ada di Kabupaten Bombana ,
yaitu: Peningkatan Kompetensi SDM UMKM, Penguatan Modal dan Kelembagaan
UMKM Kabupaten Bombana, Pembinaan UMKM Kabupaten Bombana, dan
Pengembangan dan Penguatan Jaringan Pemasaran Hasil UMKM Kabupaten
Bombana , serta Penciptaan Iklim Bisnis yang Kondisif.

Hal lain adalah meskipun strategi ini telah tersusun, akan tetapi dukungan
regulasi dari pemerintah Kabupaten Bombana akan memberikan peluang
berkembangnya UMKM terutama dukungan yang meliputi perbaikan sarana dan
prasarana, akses perbankan dan perbaikan iklim ekonomi yang lebih baik
untuk mendukung dan meningkatkan daya saing mereka serta untuk
meningkatkan pangsa pasar. Tetapi tidak hanya itu masih diperlukan pula
langkah-langkah yang lebih pragmatis, rencana aksi yang lebih konkrit sehingga
strategi ini dapat lebih diimplementasikan.
Saran (Rekomendasi)
Di bidang Kebijakan
Dari segi kebijakan, langkah yang mesti dilakukan oleh pemerintah Kabupaten
Bombana :
Peningkatan kompetensi SDM pelaku UMKM,
Perluasan akses pembiayaan,
Peningkatan nilai tambah dan jangkauan pemasaran UMKM,
Penguatan kelembagaan UMKM dan Koperasi, dan
Peningkatan Kemudahan, Kepastian dan Perlindungan Usaha.
Di bidang Program
Dari sisi program Dinas Koperasi dan UKM dan pemerintah Kabupaten Bombana
dapat melakukan langkah-langkah sebagai berikut :
Penataan peraturan daerah yang berkaitan dengan UMKM,
Pemberian bantuan sarana produksi bagi pelaku UMKM,
Peningkatan kapasitas SDM UMKM yang berbasis Teknologi,
Pembentukan dan Pengembangan kemitraan dengan pelaku usaha besar,
Peningkatan sarana dan prasarana pendukung UMKM,
Penataan kelembagaan UMKM,
Penguatan Koperasi sebagai akses modal UMKM, dan
Pemberian jaminan pinjaman/KUR.

Anda mungkin juga menyukai