Anda di halaman 1dari 21

Penggunaan obat dikatakan rasional bila pasien

menerima obat sesuai dengan kebutuhannya, untuk


periode waktu yang adekuat dan dengan harga yg
terjangkau (WHO 1985).
PASIEN

INFORMASI
OBAT

DOSIS
DOKUMENTASI

CARA/RUTE WAKTU PEMBERIAN


PEMBERIAN
Penggunaan obat harus disesuaikan dengan
kondisi pasien, antara lain yang harus
diperhatikan: kontraindikasi obat,
komplikasi, kehamilan, menyusui, lanjut usia
atau bayi.

Pemberian obat yang tidak tepat pasien


dapat terjadi, seperti pada saat order lewat
telepon, ada order tambahan, ada revisi
obat, pada kasus yang penyakitnya sama,
suasana sedang kusut atau adanya pindahan
pasien dari ruang satu ke ruang lainnya.
1) Tanya nama pasien, dengan pertanyaan
siapa namanya, bukan dengan pertanyaan
namanya Bapak Supardi ?
2) Cek identifikasi pasien dalam
bracelet/gelang pasien, dan
3) Cek pasien pada papan nama di tempat
tidur, dan di pintu.
Peresepan kuinolon (misalnya siprooksasin dan ooksasin),
tetrasiklin, doksisiklin, dan metronidazol pada ibu hamil sama
sekali harus dihindari, karena memberi efek buruk pada janin
yang dikandung.

Antiinamasi Non Steroid (AINS) sebaiknya juga dihindari pada


penderita asma, karena obat golongan ini terbukti dapat
mencetuskan serangan asma.

Peresepan beberapa jenis obat seperti simetidin, klorpropamid,


aminoglikosida dan allopurinol pada usia lanjut hendaknya ekstra
hati-hati, karena waktu paruh obat- obat tersebut memanjang
secara bermakna, sehingga resiko efek toksiknya juga meningkat
pada pemberian secara berulang.
Untuk menjamin obat yang diberikan benar,
label atau etiket harus dibaca dengan teliti
setiap akan memberikan obat. Label atau
etiket yang perlu diteliti antara lain : nama
obat, sediaan, konsentrasi, dan cara
pemberian obat serta expired date (tanggal
kadaluarsa).
Serta ketepatan obat pada pasien dengan
alergi obat tertentu. Misalnya : timbulnya
gatal setelah konsumsi antibiotik golongan
sulfa, dan gatal hilang setelah konsumsi obat
tersebut di hentikan.
Gejala demam terjadi pada hampir semua
kasus infeksi dan inamasi. Untuk sebagian
besar demam, pemberian parasetamol lebih
dianjurkan, karena disamping efek
antipiretiknya, obat ini relatif paling aman
dibandingkan dengan antipiretik yang lain.
Pemberian antiin amasi non steroid
(misalnya ibuprofen) hanya dianjurkan untuk
demam yang terjadi akibat proses
peradangan atau inamasi.
Ketepatan dosis sangat berpengaruh pada
efek terapi obat. Pemberian dosis yang
berlebihan akan meningkatkan resiko
terjadinya efek samping, bahkan berakibat
toksik (racun) bagi tubuh (ex: digoksin).
Sebaliknya dosis yang kecil tidak akan
menjamin tercapainya kadar terapi yang di
harapkan
Pemberiaan obat harus sesuai dengan waktu
yang diprogramkan. Jika obat harus diminum
3 x sehari diartikan bahwa obat tersebut
harus diminum dengan interval setiap 8 jam.
Ketepatan waktu ini sangat penting
khususnya bagi obat yang efektivitasnya
tergantung dalam mencapai atau
mempertahankan kadarnya dalam darah. Jika
obat tersebut harus diminum sebelum
makan, maka harus diminum 1 jam sebelum
makan.
Gliquidone dosis kecil dapat diberikan dalam
waktu hingga 30 menit sebelum sarapan
(MIMS, 2011).
Cefuroxime asetil absorpsinya lebih baik jika
diberikan bersama makanan.
Obat Asma diminum saat malam hari, karena
pada malam hari terjadi peningkatan
bronkokontriksi (penyempitan saluran
pernafasan).
Kurva dosis tunggal

Kurva dosis ganda


Cara dalam pemberian obat harus diperhatikan
karena berpengaruh terhadap efek terapi obat.
Beberapa cara/rute pemberian obat adalah :
a) Oral adalah cara pemberiaan obat melalui
mulut atau saluran cerna.
b) Parenteral adalah pemberian obat tidak melalui
saluran cerna, yaitu melalui vena
(perset/perinfus).
c) Topikal ialah pemberiaan obat melalui kulit
atau membran mukosa. Misalnya salep, lotion,
krim, spray, tetes mata.
Inhalasi ialah pemberian obat melalui
saluran pernafasan. Saluran nafas memiliki
epitel untuk absorpsi yg sangat luas,
dengan demikin berguna untuk pemberian
obat secara lokal pada salurannya. Misalnya
combiven, barotec, dan oksigen untuk
keadaan darurat.

Rektal adalah cara pemberian obat dengan


memasukkan obat melalui anus atau
rektum, dengan tujuan memberikan efek
lokal dan sistemik
Seperti pemberian obat Antasida seharusnya
dikunyah dulu baru ditelan.
Pemberian antibiotik tidak boleh dicampur
dengan susu, karena akan membentuk
ikatan, sehingga menjadi tidak dapat
diabsorpsi dan menurunkan efektivitasnya.
Epinefrin diberikan secara subkutan pada
pasien asma karena diabsorpsi secara lambat
dan efek timbul kira-kira 20 menit kemudian,
jika diberikan secara IM akan menyebabkan
nekrosis (kematian sel) jaringan karena
terjadi vasokontriksi berlebihan.
Aspek dokumentasi sangat penting dalam
pemberian obat karena sebagai sarana untuk
evaluasi dan sebagai alat bukti tindakan.
Menurut beberapa ahli, dokumentasi
merupakan bagian dari pemberian yang obat
rasional. Dokumentasi pemberian obat yang
harus dikerjakan meliputi nama obat, dosis,
jalur pemberian, tempat pemberian, alasan
kenapa obat diberikan dan tanda tangan yang
memberikan.
Informasi yang tepat dan benar dalam penggunaan obat sangat penting
dalam menunjang keberhasilan terapi.
Beberapa informasi yang perlu disampaikan kepada pasien :
1. Cara pemakaian, (berapa x sehari, cara pakai, berapa lama dipakai)
2. Khasiat dari obat
3. Efek samping yang harus diwaspadai
4. Cara penyimpanan
Contoh :
Peresepan antibiotik harus disertai informasi bahwa obat tersebut harus
diminum sampai habis selama satu kurun waktu pengobatan (1 course of
treatment), meskipun gejala-gejala klinik sudah mereda atau hilang sama
sekali. Interval waktu minum obat juga harus tepat, bila 4 kali sehari
berarti tiap 6 jam. Untuk antibiotik hal ini sangat penting, agar kadar
obat dalam darah berada di atas kadar minimal yang dapat membunuh
bakteri penyebab penyakit.
Obat dapat menimbulkan efek samping, yaitu efek
tidak diinginkan yang timbul pada pemberian obat
dengan dosis terapi, seperti timbulya mual, muntah,
gatal-gatal, dan lain sebagainya.
Contoh :
muka merah setelah pemberian atropin (bukan
alergi), tetapi efek samping sehubungan vasodilatasi
pembuluh darah di wajah.
Pemberian tetrasiklin tidak boleh dilakukan pada
anak kurang dari 12 tahun, karena menimbulkan
kelainan pada gigi dan tulang yang sedang tumbuh.
Kejadian munculnya efek samping dari penggunaan
obat harus terdokumentasi dan dilaporkan.

Anda mungkin juga menyukai