Anda di halaman 1dari 19

1 / 19

terapi

Penanganan terhadap hiperkalemia


1. Stop obat yang dapat meningkatkan kadar kalium seperti anti
aldosteron, penyekat- non selektif, ACE-I, dan ARB.
2. Stop makanan dan minuman yang mengandung kalium.
3. Jika kalium serum >6 meq/L maka segera berikan kalsium
glukonas 10% 10 ml secara parenteral selama 2-3 menit atau
kalsium chlorida10% 5-10 ml selama 2-3 menit untuk mencegah
gangguan ritme jantung.

2 / 19
4. Berikan Insulin Regular 10U bersamaan dengan pemberian glukosa
40% sebanyak 50 ml atau hanya glukosa 40% sebanyak 50 ml secara
parenteral dapat menurunkan kadar kalium 0,5-1,5 meq/L. Efek penurunan
kalium dapat terlihat pada menit ke-15, mencapai puncak pada menit ke-60
dan berakhir dalam beberapa jam.

5. Pemberian Beta2-agonis sepeti terbutalin 7 mikrogram/kgBB/subkutan,


Albuterol 10-20 mg secara nebulizer selama 10 menit dimana efek puncak
dapat terlihat dalam 90 menit, atau Albuterol 0,5 mg intravena efek puncak
dapat terlihat dalam 30 menit.

3 / 19
Mengurangi hipertensi intraglomerular dan
proteinuria
Beberapa obat antihipertensi, terutama penghambat enzim
konverting angotensin (ACE inhibitor) dan angiotensin reseptor
bloker melalui berbagai studi terbukti dapat memperlambat proses
perburukan fungsi ginjal, hal ini terjadi lewat mekanisme kerjanya
sebagai antihipertensi dan antiproteinuria. Jika terjadi kontraindikasi
atau terjadi efek samping terhadap obat-obat tersebut dapat
diberikan calcium chanel bloker, seperti verapamil dan diltiazem

4 / 19
Pencegahan dan terapi terhadap penyakit
kardiovaskuler
Hal-hal yang termasuk ke dalam pencegahan dan terapi penyakit
kardiovaskuler adalah pengendalian diabetes, pengendalian
hipertensi, pengendalian dislipidemi, pengendalian anemia,
pengendalian hiperfosfatemia dan terapi terhadap kelebihan
cairan dan gangguan keseimbangan elektrolit.

5 / 19
Penatalaksanaan anemia

Penyebab anemia adalah multifaktorial antara lain defisiensi besi,


defisiensi asam folat, usia sel eritrosit yang memendek, perdarahan
kronik, inflamasi kronik, lingkungan uremik, hiperparatiroid,
keracunan aluminium, dan defisiensi produksi eritropoietin.

6 / 19
Jika penyebab anemia adalah karena defisiensi besi, maka
terapinya adalah dengan memberikan preparat besi.
mengkoreksi anemia defisiensi besi absolut dan fungsional
sampai status besi cukup, yaitu feritin serum >100g/L dan
saturasi transferin >20%
Iron sucrose ( venofer sediaan 20 mg dan 100 mg): bila dapat
ditoleransi 100 mg, diencerkan dengan 100 ml NaCl 0,9%, drip
iv dalam waktu paling cepat 15 menit.
Iron dextran: 100 mg iron dextran diencerkan dengan 50 ml
NaCl 0,9%.

7 / 19
Dosis besi fase koreksi:
bila serum feritin 30g/L : 6x100 mg dalam 4 minggu
bila serum feritin 31 sampai 100 g/L : 4x100 mg dalam 4 minggu

Dosis besi fase pemeliharaan: 80 mg tiap 2 minggu.

Evaluasi status besi dilakukan 1 minggu pasca terapi besi fase


koreksi. Bila status besi cukup, dilanjutkan dengan terapi besi fase
pemeliharaan.

8 / 19
Jika penyebab anemia adalah karena defisiensi eritropoetin,
maka dapat diberi terapi EPO.
Indikasi terapi EPO menurut rekomendasi dari PERNEFRI
adalah bila Hb < 10 g/dL, Ht < 30% pada beberapa kali
pemeriksaan dan penyebab lain anemia sudah disingkirkan

9 / 19
Syarat pemberian adalah:
a. Cadangan besi adekuat : feritin serum > 100 mcg/L, saturasi
transferin > 20%.
b. Tidak ada infeksi yang berat.
Kontraindikasi pemberian EPO yaitu hipersensitivitas terhadap
EPO.
Keadaan yang perlu diperhatikan pada terapi EPO :
a. Hipertensi tidak terkendali
b. Hiperkoagulasi
c. Beban cairan berlebih/fluid overload
10 / 19
11 / 19
Fase koreksi bertujuan untuk mengoreksi anemia renal sampai target Hb/Ht tercapai.

a. Pada umumnya mulai dengan 2000-4000 IU subkutan, 2-3x seminggu selama 4


minggu.

b. Target respon yang diharapkan : Hb naik 1-2 g/dL dalam 4 minggu atau Ht naik 2-4
% dalam 2-4 minggu.

c. Hb,Ht dipantau tiap 4 minggu.

d. Bila target respon tercapai: dosis EPO dipertahankan sampai target Hb tercapai (> 10
g/dL)

e. Bila terget respon belum tercapai dosis EPO dinaikkan 50%.

f. Bila Hb naik >2,5 g/dL atau Ht naik > 8% dalam 4 minggu, turunkan dosis 25%.

g. Pemantauan status besi perlu dilakukan selama pemberian EPO.

12 / 19
Terapi EPO fase pemeliharaan:
a. Dilakukan bila target Hb sudah tercapai (>10 g/dL) dengan dosis 2
atau 1 kali 2000 IU/minggu, Hb dan Ht dipantau setiap bulan, status
besi diperiksa setiap 3 bulan.
b. Bila dengan terapi pemeliharaan Hb mencapai > 12 g/dL (dan status
besi cukup) maka dosis EPO diturunkan 25%.

13 / 19
Agar pemberian terapi EPO optimal, perlu diberikan terapi penunjang
seperti:
a. asam folat : 5 mg/hari
b. vitamin B6: 100-150 mg
c. Vitamin B12 : 0,25 mg/bulan
d. Vitamin C : 300 mg IV pada anemia defisiensi besi fungsional yang
mendapat terapi EPO
e. Vitamin D: mempunyai efek langsung terhadap prekursor eritroid
f. Vitamin E: 1200 IU ; mencegah efek induksi stres oksidatif yang diakibatkan
terapi besi iv.

14 / 19
Bila terjadi defisiensi asam folat, diberi
pengobatan asam folat dengan dosis 1-5 mg/hari
selama 3-4 minggu.

15 / 19
Osteodistrofi ginjal
untuk mencegah timbulnya hiperparatiroidisme sekunder
diet rendah fosfat
Obat pengikat fosfat ada dua jenis, yaitu
a. yang mengandung kalsium (calcium containing phosphate
binder) sepeti kalsium karbonat dan kalsium asetat.
b. yang tidak mengandung kalsium (noncalcium containing
phosphate binder) seperti lantanum karbonat.

16 / 19
Pengobatan segera pada infeksi
Penderita gagal ginjal kronik memiliki kerentanan yang lebih
tinggi terhadap serangan infeksi, terutama infeksi saluran
kemih
Hindari antibiotik yang bersifat nefrotoksik
Perhatikan golongan antibiotik yang memerlukan penyesuaian
dosis.

17 / 19
Penanganan terhadap dislipidemia
Statin merupakan pilihan utama untuk tujuan
renoprotektif karena mempunyai efek pleiotropik pada
vaskuler, mempunyai efek anti inflamasi, anti oksidan,
immunomodulasi, proangiogenik dan anti trombotik.

18 / 19
19 / 19

Anda mungkin juga menyukai