Anda di halaman 1dari 15

2.

4 Jenis Jenis Obat


a. Koagulansia
Koagulansia merupakan zat atau obat untuk menghentikan pendarahan. Golongan obat
koagulansia ini dapat diberikan secara oral maupun parenteral. Obat ini berguna untuk
menekan atau menghentikan perdarahan. Yaitu dengan mempercepat perubahan protombin
menjadi thrombin dan secara langsung mengumpalkan fibrinogen. Misalnya: Anaroxil, Adona
AC, Coagulen, Transamin, vitamin K.
b. Antikoagulan
Antikoagulan dapat digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan
menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah.
Atas dasar ini antikongulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus
dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan
laboratorium atau tranfusi.

2.5 Sediaan Kongulansi


a. Sediaan Oral
Sediaan yang banyak digunakan dan murah ialah hidrat sulfas ferosus (FeSO 4.7 H2O) 300
mg yang mengandung 20% Fe. Untuk anemia berat biasanya diberikan 3 x 300 mg Sulfas
Ferosus sehari selama 6 bulan. Dalam hal ini mula-mula absorpsi berjumlah 45 mg/hari,
dan setelah depot Fe terpenuhi, dosis diturunkan menjadi 510 mg/hari. Berbeda dengan
Fero Sulfat, Fero Fumarat tidak mudah mengalami oksidasi pada udara lembap; dosis
efektifnya 600800 mg/hari adalah dosis terbagi.
b. Sediaan Parenteral
Iron-dekstran (imferon) mengandung 50 mg Fe setiap ml-nya (larutan 5%) untuk
penggunaan intra muskular (IM) atau intra vena (IV). Total yang diperlukan dihitung
berdasarkan tingkat kekurangan Hbnya, yaitu 250 mg Fe untuk setiap gram kekurangan Hb.
Untuk memperkecil reaksi toksik pada pemberian IV, dosis permulaan tidak boleh melebihi
25 mg, dan dengan peningkatan bertahap untuk 23 hari sampai mencapai dosis 100
mg/hari. Obat harus diberikan perlahan-lahan yaitu dengan menyuntikkan 2050 mg/menit.
2.6 Sediaan Antikongulansia

Vitamin B12 diindikasikan untuk penderita defisiensi vitamin B12 misalnya anemia
pernisiosa. Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan larutan untuk
suntik. Penggunaan sediaan oral pada pengobatan anemia pernisiosa kurang bermanfaat
dan biasanya terapi oral lebih mahal dari pada terapi pariteral. Tetapi sediaan oral dapat
bermanfaat sebagai supplement diet, namun kecil manfaatnya untuk penderita yang
kekurangan faktor intrinsik atau penderita dengan penyakit pada ileum, karena absorbsi
secara difusi tidak dapat diandalkan sebagai terapi efektif. Maka cara pemberian yang
terbaik adalah secara IM atau SK. Dikenal tiga jenis suntikan vitamin B 12 yaitu: (1)
Sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000 ncg/ml, (2) Larutan ekstrak hati dalam air, (3)
Suntikan depot vitamin B12. Suntikan larutan sianokobalamin jarang sekali menyebabkan
reaksi alergi dan iritasi di tempat suntikan, adapun manfaat larutan ekstrak hati terhadap
anemia pernisiosa di sebabkan oleh vitamin B 12 yang terkandung di dalamnya penggunaan
suntikan ekstrak hati ini dapat menimbulkan reaksi alergi lokal maupun umum, dan dari yang
ringan sampai berat. Dosisianokobalamin untuk penderita anemia pernisiosa tergantung dari
berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respon trhadap pengobatan.
Pada terapi awal, di berikan dosis 100 mcg sehari parenteral selama 5-10 hari.
Dengan terapi ini respon hematologi baik sekali, tetapi respon depot kurang memuaskan
terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis misalnya, infeksi, urenia atau
penggunaan kloramfenikol. Respon yang buruk dengan dosis 100 mcg/hari selama 10 hari,
mungkin juga disebabkan oleh salah diagnosis atau potensi obat yang kurang.
Terapi penunjang, dilakukan dengan memberikan dosis penunjang 100-200
mcg/bulan sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu jumlah eritrosit dalam darah 4,5
juta/mm3 dan morfologi hematologik berada dalam batas-batas normal.
OBAT HEMATOLOGI
1. Adfer
Komposisi

: Fe glukonat 250 mg, Mangan sulfat 200 g, Tembaga sulfat 200

g, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1000 g, Vitamin B12 7,5 g, dan Sorbitol 25 mg.
Indikasi
: Anemia yang disebabkan oleh kekurangan Fe, anemia akibat
traumatik atau anemia endogenik, anemia akibat perdarahan selama masa
pertumbuhan, usia lanjut dan masa penyembuhan, kehamilan, menyusui, dan anemia

yang disebabkan malnutrisi umum atau diet.


Kontra Indikasi : Penumpukan Fe, gangguan penggunaan Fe.
Efek Samping
: Gangguan saluran pencernaan.

2. Bufiron
Komposisi

: Fe (II) Fumarat 250 mg, Vitamin B12 10 ug, Mn (II) Sulfat 0,2 mg,

Cu (II) Sulfat 0,2 mg, dan Dioktil Natrii Sulfosuccinate 20 mg.

Indikasi

: Pencegahan dan penyembuhan berbagai bentuk anemia seperti

anemia makrositik, anemia hipokromik, anemia pernisiosa. Untuk mengobati keadaan


kurang darah yang disebabkan oleh karena kekurangan zat besi yaitu karena
pendarahan, pada wanita hamil dan pada masa pertumbuhan karena kebutuhan akan

zat besi meningkat.


Kontra Indikasi : Efek Samping
:-

3. Dasabion Kapsul
Komposisi

: Besi (II) Fumarat 360 mg, Kalsium 20 mg, Asam Folat 1,5 mg,

Vitamin B12 15 mkg, Vitamin C 75 mg, Vitamin D3 400 SI, dan Sorbitol 25 mg.
Indikasi
: Segala macam anemia
Kontra Indikasi : Efek Samping
: Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual, muntah dan diare.
Pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan konstipasi dan feses menjadi
hitam.

4. Emineton
Komposisi

: Ferrous Fumarate 90 mg, Cupric Sulfate 0,35 mg, Cobaltous

Sulfate 0,15 mg, Manganese Sulfate 0,05 mg, Pyridoxine Hydrochloride 0,192 mg,
Cyanocobalamine 5 mg, Ascorbicacid 60 mg, Dl-A-Tocopherol Acetate 5 mg, Folicacid

400 mg, Calcium Phosphate Dibasic 60 mg.


Indikasi
: Membantu mengurangi gejala anemia
Kontra indikasi : Efek Samping
: Pemakaian Emineton secara berlebihan dapat menyebabkan
gangguan gastroenterik seperti diare atau gastritis, mual dan muntah.

5. Ferro Glukonat
Komposisi
Indikasi

seperti kekurangan darah (anemia) dan membantu pembentukan darah.


Kontra indikasi :
Efek Samping
: Konstipasi, diare, mual, dan muntah.

6. Fercee
Komposisi

: Besi (II) sulfat 525 mg


: Untuk mencegah dan mengobati kekurangan vitamin dan mineral

: Besi (II) Fumarat 275 mg, Asatn Askorbat 100 mg, Natrium

Dioktilsulfosuksinat 20 mg, dalam bentuk pelepasan yang diperlambat


Indikasi
: Penyakit kurang darah, yang esensial dan sekunder yang
disebabkan oleh kekurangan zat besi, penyakit kurang darah yang disebabkan oleh
pendarahan, masa akil balik, masa hamil dan pada anak-anak.

Kontra Indikasi : Terapi besi kontra indikasi untuk pasien dengan iron storage
diseaseatau

pasien

disebabkan oleh chronic

yang

cenderung

ke

arah

hemolytic anemia (seperti

penyakit
anomali

tersebut

yang

keturunan

dari

struktur/sintesa hemoglobin dan/atau defisiensi enzim darah merah). Anemia oleh

kekurangan piridoksina hidroklorida sirosis hati.


Efek Samping
: Reaksi sensitivitas dan gangguan saluran pencernaan dapat
terjadi.

7. Hemobion
Komposisi

: Ferrous 360 mg, Asam Folat 1,5 mg, Vitamin B 12 15 mcg, Kalsium

Pantotenat 200 mg, Kolekalsiferol 400 UI, dan Vitamin C 75 mg.


Indikasi
: Sebagai vitamin pada anemia pada masa kehamilan dan laktasi,

pada masa kehamilan, dan anemia karena kehilangan darah oleh berbagai sebab
Kontra indikasi : Efek samping
:-

8. Livron B. Plex
Komposisi

: Vitamin B1 1,5 mg, Vitamin B2 0,25 mg, Vitamin B12 0,5 mcg,

Vitamin C 12,5 mg, Kalsium Pantotenant 1,5 mg, Nikotinamid 10 mg, Asam Folat 0,5

mg, Besi (II) Glukonat 7,5 mg, Tembaga (II) Sulfat 0,65 mg, dan Hati Kering 100 mg
Indikasi
: Anemia makrositik hiperkromik, seperti: anemia megaloblasnak
tropikal. Anemia hiperkromik. Anemia yang bertalian dengan gangguan fungsi hati,
perdarahan pada gusi. Anemia hiperkromik sehabis keracunan. Untuk segalat macam
penyakit oleh karena kekurangan vitamin B. Sesudah pengobatan dengan antibiouka,
sulfonamida dan sebagai tambahan vitamin. Dalam halhal yang tak memungkinkan
penyunukan dengan preparat hati, misalnya oleh karena terlalu peka. Sebagai tonikum
umum untuk pertumbuhan anakanak yang tidak sehat. Sesudah mengalami berbagai

penyakit infeksi dan dalam masa sembuh dari suatu penyakit.


Kontra indikasi : Efek Samping
: Nausea, Nyeri Lambung, Konstipasi, Diare dan Koli

JENIS OBAT ANTI KANKER DAN KEMOTERAPI KANKER


A. Golongan Alkilator
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan alkilator yaitu
1) Siklofosfamid
Sediaan : Siklofosfamid tersedia dalam bentuk kristal 100, 200, 500 mg dan 1,2

gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin,
Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru, Cerviks, Testis,
Jaringan Lunak atau tumor Wilm.

Mekanisme kerja : Siklofosfamid merupakan pro drug yang dalam tubuh


mengalami konversi oleh enzim sitokrom P-450 menjadi 4-hidroksisiklofosfamid dan
aldofosfamid yang merupakan obat aktif. Aldofosfamid selanjutnya mengalami
perubahan non enzimatik menjadi fosforamid dan akrolein. Efek siklofosfamid
dipengaruhi

oleh

penghambat

atau

perangsang

enzim

metabolismenya.

Sebaliknya, siklofosfamid sendiri merupakan perangsang enzim mikrosom,


sehingga dapat mempengaruhi aktivitas obat lain.
2) Klorambusil
Sediaan : Klorambusil tersedia sebagai tablet 2 mg. Untuk leukemia limfositik
kronik, limfoma hodgkin dan non-hodgkin diberikan 1-3 mg/m2/hari sebgai dosis
tunggal (pada penyakit hodgkin mungkin diperlukan dosis 0,2 mg/kg berat badan,

sedangkan pada limfoma lain cukup 0,1 mg/kg berat badan).


Indikasi : Leukimia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, dan limfoma non Hodgkin,

Makroglonbulinemia primer.
Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang
kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan
paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma
non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan
dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan

ovarium.
3) Prokarbazin
Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang
dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu
pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya,
kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah
4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien

dengan gangguan hati, ginjal dan sumsum tulang.


Indikasi : Limfoma Hodgkin.
Mekanisme kerja : Mekanisme kerja belum diketahui, diduga berdasarkan alkilasis
asam nukleat. Prokarbazin bersifat non spesifik terhadap siklus sel. Indikasi
primernya ialah untuk pengobatan penyakit hodgkin stadium IIIB dan IV, terutama

dalam kombinasi dengan mekloretamin, vinkristin dan prednison (regimen MOPP).


4) Karboplatin
Sediaan : Serbuk injeksi 50 mg, 150 mg, 450 mg.
Indikasi : Kanker ovarium lanjut.
Mekanisme kerja : Mekanisme pasti masih belum diketahui dengan jelas, namun
diperkirakan sama dengan agen alkilasi. Obat ini membunuh sel pada semua
tingkat siklus, menghambat biosintesis DNA dan mengikat DNA melalui ikatan
silang antar untai. Titik ikat utama adalah N7 guanin, namun juga terjadi interaksi
kovalen dengan adenin dan sitosin.

B. Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
1) 5-fluorourasil (5-FU)
Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL untuk IV.
Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia limfositik

dan mielositik akut, Limfoma non-Hodgkin.


Target enzim untuk 5-FU ini adalah timidilat sintetase. Perbedaan respon ini
berkaitan erat dengan adanya polimorfisme gen yang bertanggungjawab terhadap
ekspresi enzim timidilat sintetase (TS). Enzim ini sangat penting dalam sintesis
DNA yaitu merubah deoksiuridilat menjadi deoksitimidilat. Diketahui bahwa sekuen
promoter dari gen timidilat sintetase bervariasi pada setiap individu. Ekspresi yang
rendah dari mRNA TS berhubungan dengan meningkatnya kemungkinan sembuh

dari penderita kanker yang diobati dengan 5-FU.


2) Gemsitabin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk larutan infus 1-1,2 g/m2.
Indikasi : Kanker paru, pankreas dan ovarium.
Mekanisme kerja : Sebelum menjadi bahan aktif, gemsitabin mengalami fosforilasi
oleh enzim deoksisitidin kinase dan kemudian oleh nukleosida kinase menjadi
nukleotida di- dan trifosfat yang dapat menghambat sintesis DNA. Gemsitabin
difosfat dapat menghambat ribonukleotida reduktase sehingga menurunkan kadar
deoksiribonukleotida trifosfat yang penting untuk sintesis DNA.
3) 6-Merkaptopurin
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 50 mg.
Indikasi : Leukimia limfositik akut dan kronik, leukemia mieloblastik akut dan kronik,

kariokarsinoma.
Mekanisme kerja

Merkaptopurin

dimetabolisme

oleh

hipoxantin-guanin

fosforibosil transferase (HGPRT) menjadi bentuk nukleotida (asam-6-tioinosinat)


yang menghambat enzim interkonversi nukleotida purin. Sejumlah asam tioguanilat
dan 6-metilmerkaptopurin ribotida (MMPR) juga dibentuk dari 6-merkaptopurin.
Metabolit ini juga membantu kerja merkaptopurin. Metabolisme asam nukleat purin
menghambat proliferasi sel limfoid pada stimulasi antigenik.
4) Methotrexat
Sediaan : Tablet 2,5 mg, vial 5 mg/2ml, vial 50 mg/2ml, ampul 5 mg/ml, vial 50

mg/5ml.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan

kepala, paru, buli-buli, Sarkoma osteogenik.


Mekanisme kerja : Metotreksat adalah antimetabolit folat yang menginhibisi
sintesis DNA. Metotreksat berikatan dengan dihidrofolat reduktase, menghambat
pembentukan reduksi folat dan timidilat sintetase, menghasilkan inhibisi purin dan
sintesis asam timidilat. Metotreksat bersifat spesifik untuk fase S pada siklus sel.
Mekanisme kerja metotreksat dalam artritis tidak diketahui, tapi mungkin

mempengaruhi fungsi imun. Dalam psoriasis, metotreksat diduga mempunyai kerja


mempercepat proliferasi sel epitel kulit.
5) Sitarabin
Sediaan : Vial 100 mg/ml, dan Vial 1 g/10 ml.
Indikasi : Termasuk zat paling aktif untuk leukemia, juga untuk limphoma, leukemia

meningeal, dan limphoma meningeal. Sedikit digunakan untuk tumor solid.


Mekanisme kerja : Inhibisi DNA sintesis. Sitosin memasuki sel melalui proses
carrier dan harus mengalami perubahan menjadi senyawa aktifnya : arasitidin
trifosfat. Sitosin adalah analog purin dan bergabung ke dalam DNA, sehingga cara
kerja utamanya adalah inhibisi DNA polimerase yang mengakibatkan penurunan
sintesis dan perbaikan DNA. Tingkat toksisitasnya mempunyai korelasi linear
dengan masuknya sitosin ke dalam DNA, bergabungnya DNA dengan sitosin
berpengaruh terhadap aktivitas obat dan toksisitasnya.

C. Golongan Produk Alamiah


Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Produk Alamiah yaitu :
1) Vinkristin (VCR)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial berisi larutan 1, 2, dan 5 mL yang

mengandung 1 mg/mL zat aktif untuk penggunaan IV.


Indikasi
:
Leukimia
limfositik
akut,
neuroblastoma,

Rabdomiosarkoma, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin.


Mekanisme kerja : Berikatan dengan tubulin dan inhibisi formasi mikrotubula,

tumor

Wilms,

menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik
untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis
protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
2) Vinblastin (VLB)

Sediaan : Tersedia dalam bentuk vial 10 mg/10 ml.

Indikasi : Penyakit Hodgkin, limfosarkoma, kariokarsinoma dan tumor payudara.


Mekanisme kerja : Vinblastin berikatan pada tubulin dan menghambat formasi
mikrotubula, kemudian menahan sel pada fase metafase dengan cara mengganggu
spindel mitotik, spesifik untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam
nukleat dan sintesis protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
3) Paklitaksel
Sediaan : Anzatax (vial), Ebetaxel (vial), Paxus kalbe farma (vial)
Indikasi : Kanker ovarium, payudara, paru, buli-buli, leher dan kepala.
Mekanisme kerja : Obat ini berfungsi sebagai racun spindel dengan cara berikatan
dengan

mikrotubulus

yang

menyebabkan

polimerisasi

tubulin.

menyebabkan terhentinya proses mitosis dan pembelahan sel kanker.


4) Etoposid
Sediaan : Tersedia dalam bentuk kapsul dan larutan injeksi.

Efek

ini

Indikasi : Kanker testis, paru, payudara, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,

leukimia mielositik akut, sarkoma kaposi.


Mekanisme kerja : Etoposid bekerja untuk menunda transit sel melalui fase S dan
menahan sel pada fase S lambat atau fase G2 awal. Obat mungkin menginhibisi
transport mitokrondia pada level NADH dehidrogenase atau menginhibisi uptake
nukleosida ke sel Hella. Etoposid merupakan inhibitor topoisomerase II dan

menyebabkan rusaknya strand DNA.


5) Irinotekan, Topotekan
Indikasi : Karsinoma ovarium, karsinoma paru sel kecil, karsinoma kolon.
Mekanisme kerja : Irinotekan merupakan bahan alami yang berasal dari tanaman
Camptotheca acuminata yang bekerja menghambat topoisomerase I, enzim yang
bertanggung jawab dalam proses pemotongan dan penyambungan kembali rantai
tunggal DNA. Hambatan enzim ini menyebabkan kerusakan DNA.
6) Daktinomisin ( AktinimisinD)
Sediaan : Tersedia dalam bentuk Injeksi, bubuk untuk rekonstitusi : 0,5 mg

(mengandung manitol 20 mg).


Indikasi : Kariokarsinoma, tumor Wilms, testis, rabdomiosarkoma, sarkoma Kaposi.
Mekanisme kerja : Terikat pada posisi guanin pada DNA, mengalami interkalasi
antara pasang basa guanin dan sitosin sehingga menginhibisi sintesis DNA dan

RNA serta protein.


7) Antrasiklin : Daunorubisin, Doksorubisin, Mitramisin
Sediaan : Daunorubisin tersedia dalam bentuk 20 mg daunorubisin hidroklorida
dengan mannitol 100 mg. 2 mg/mL (50 mg) daunorubisin dengan 10 : 5 : 1 rasio
molar distearofosfatidilkolin : kolesterol : daunorubisin.Doksorubisin tersedia dalam

bentuk vial 10 mg dan 50 mg.


Indikasi : Leukimia limfositik dan mielositik akut sarkoma jaringan lunak, sarkoma
ostiogenik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin, leukemia akut, karsinoma payudara,
genitourinaria, tiroid, paru, lambung, neuroblastoma dan sarkoma lain pada anak-

anak.
Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi transkripsi dan replikasi
secara langsung. Selain itu, obat ini juga mampu membentuk kompleks tripartit
dengan topoisomerase II dan DNA. (Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP
yang terikat pada DNA dan memisahkan untai DNA dimulai dari 3 fosfat,
menyebabkan DNA terpisah dan kemudian menggabungkannya lagi, fungsi penting
dalam replikasi DNA dan repair). Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan
etoposid menghambat pengikatan kembali untai DNA rusak, mengakibatkan
apoptosis. Efek ini memungkinkan sel rusak karena obat ini, sementara adanya
overekspresi repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi. Antrasiklin juga
membentuk radikal bebas dalam larutan pada jaringan normal dan maligna.
Intermediat

semikuinon

yang

dihasilkan

dapat

bereaksi

dengan

oksigen

membentuk radikal anion superoksida yang membentuk radikal hidroksil dan


hidrogen

peroksida

yang

menyerang

dan

mengoksidasi

basa

DNA

(~kardiotoksisitas). Produksi ini dipicu interaksi antrasiklin dengan besi. Antrasiklin


berik atan dengan membran sel mempengaruhi fluiditasdan transpor ion.
Inhibisi sintesis DNA dan RNA dengan interkalasi antara basa DNA oleh inhibisi
topoisomerase II dan obstruksi sterik. Doksurubisin menginterkalasi pada titik lokal
uncoiling dari ikatan heliks ganda. Meskipun mekanisme aksi yang pasti belum
diketahui, mekanismenya diduga melalui ikatan langsung DNA (interkalasi) dan
inhibisi pembentukan DNA (topoisomerase II) yang selanjutnya memblokade
sintesis DNA dan RNA dan fragmentasi DNA. Doksorubisin merupakan logam
khelat yang kuat, komplek logam doksorubisin dapat mengikat DNA dan sel
membran dan menghasilkan radikal bebas yang akan merusak DNA dan membran
sel dengan cepat.
8) Bleomisin
Sediaan : Bleomisin sulfat terdapat dalam vial berisi 15 unit untuk pemberian IV, IM,

atau kadang-kadang SK atau intraarterial.


Indikasi : Kanker paru, lambung dan anus karsinoma testis dan serviks, limfoma

Hodgkin dan non-Hodgkin.


Mekanisme kerja : Menghambat sintesis DNA, ikatan-ikatan DNA untuk selanjutnya

terjadi pemutusan untai tunggal dan ganda.


9) L-asparaginase
Sediaan : Obat ini tersedian dalam bentuk serbuk untuk Injeksi.
Indikasi : Leukemia limfositik akut.
Mekanisme kerja : Asparaginase menghambat sintesis protein melalui hidrolisis
asparaginase menjadi asam aspartat dan amonia. Sel leukimia, terutama limfoblast,
memerlukan asparaginase eksogen, sel normal dapat memproduksi asparaginase.
Asparaginase adalah daur spesifik untuk fase G1.
D. Golongan Hormon dan Antagonis
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan Hormon dan Antagonis yaitu :
1) Prednison
Sediaan : Obat tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan kaptab 5 mg.
Indikasi : Leukemia limfositik akut dan kronik, limfoma Hodgkin dan non-Hodgkin,

tumor payudara.
Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti

radang.
2) Medroksiprogesteron asetat
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.
Indikasi : Tumor endometrium.
Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang akan menghambat
maturasi follicular yang menyebabkan penebalan endometrial.
3) Etinil estradiol

Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan 0,5

mg.
Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan
menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala kecemasan
atau depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu
tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita. Terapi
paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada tahap lanjut terapi paliatif
kanker payudara yang tak dapat dioperasi, hanya dilakukan dengan pertimbangan
khusus : misalnya pada wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan

4)

penyakit yang makin parah dan resisten terhadap radiasi.


Tamoksifen
Sediaan : Tamoksifen tersedia dalam bentuk tablet 10 mg dan 20 mg.
Indikasi : Tumor payudara.
Mekanisme kerja : Berikatan secara kompetitif dengan reseptor estrogen pada
tumor atau target lain, membentuk kompleks nuklear yang menurunkan sintesis
DNA dan

menghambat

efek

estrogen,

agen

nonstreroidal

dengan

sifat

antiestrogenik yang berkompetisi dengan estrogen untuk berikatan di bagian aktif


pada payudara dan jaringan lain, sel terakumulasi pada fase Go dan G1. Sehingga
tamoksifen lebih sifat sitostatik daripada sitosidal.
5) Testosteron propionate
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk kapsul, injeksi, topikal, mucoadhesive,

pellet, dan transdermal.


Indikasi : Tumor payudara.
Mekanisme kerja : Androgen endogen bertanggung jawab terhadap pertumbuhan
dan perkembangan organ seks pria dan mempertahankan karakteristik seks
sekunder pada pria yang mengalami defisiensi androgen.

MACAM MACAM OBAT KEMOTERAPI


Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
1) Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin obst
golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga sel-sel
tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
2) Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang berakibat
menghambat sintesis DNA.
3) Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja pada
gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
4) Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat sintesis
protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-sel kanker
tersebut.

Indikasi Dan Kontraindikasi Obat Anti Kanker Dan Kemoterapi

Indikasi
Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1) Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan <= 2
Jumlah lekosit >=3000/ml
Jumlah trombosit>=120.0000/ul
Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
Elektrolit dalam batas normal.
Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas

2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)

70 tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini
mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya.

Kontra Indikasi Kemoterapi


Kontra indkasi absolut:
pada stadium terminal
Kehamilan trimester pertama
Kondisi septikemia dan koma.
Kontra indikasi relatif :

Bayi <>8g/dl, leukosit > 3000/mm

Bentuk Sediaan Dan Dosis Dari Obat Kemoterapi

Bentuk Sediaan
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah
kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).
Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari.

Keuntungan kemoterapi oral semacam ini adalah: bisa dilakukan di rumah.


Dalam bentuk suntikan atau injeksi. Bisa dilakukan di ruang praktek dokter, rumah

sakit, klinik, bahkan di rumah.


Dalam bentuk infus. Dilakukan di rumah sakit, klinik, atau di rumah (oleh paramedis

yang terlatih).
Dosis

Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung dengan
table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien makin kurus
selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian seri selanjutnya
harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X :
50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75 mg.
Efek Samping Kemoterapi
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis
juga mempunyai pengaruh bermakna.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi
sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual,
muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya
timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi
24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi
sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian,
pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai
terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk
menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian
penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada
sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai
nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh,
trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila
terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan.
efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung,
sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis,
gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian
besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis paru umumnya iireversibel,
kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak
diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan
saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.

Tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali,
tiga

minggu

sekali,

bahkan

sebulan

sekali.

Berapa

seri

penderita

harus

menjalaniKemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling ditakuti dari
kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya
efek samping Kemoterapi. Ada yang mengalami efek samping ringan. Tetapi ada juga yang
sangat menderita karenanya. Ada-tidak atau berat-ringannya efek samping kemoterapi
tergantung pada banyak hal, antara lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi
psikis Anda, dan sebagainya. Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi
sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel
sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi
muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping
dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah
pengobatan.
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1) Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak
langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir
pengobatan.
2) Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah
dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan
Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.
3) Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai
dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi
makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang
hilang.

Bila

susah

BAB:

perbanyak

makanan

berserat,

olahraga

ringan

bila

memungkinkan.
4) Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat
terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi
selesai.
5) Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau
kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
6) Perdarahan

Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah
trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
7) Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah
seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
8) Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih
melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap siklus
juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya
dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin.
Lagi pula semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan,
kondisi Anda akan pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping
kemoterapi

sekaligus

membangun

kembali

kondisi

tubuh

Anda.

Anda

bisa

menggunakannya, tetapi konsultasikanlah dengan ahlinya, dan sudah tentu dengan


dokter Anda juga.
Saat ini, dengan semakin maraknya penggunaan obat-obatan herbal (yang semakin
diterima kalangan kedokteran), banyak klinik yang mengaku bisa memberikan kemoterapi
herbal yang bebas efek samping. Kalau Anda bermaksud menggunakannya, pastikan
yang menangani Anda di klinik tersebut adalah seorang dokter medis. Paling tidak Anda
harus berkonsultasi dengan dokter yang merawat Anda, dan lakukan pemeriksaan
laboratorium secara teratur untuk memantau hasilnya.
Cara mengatasi efek samping Kemoterapi

Pemberian anti mual dan muntah


Saat merasa mual duduk ditempat yang segar
Makan makanan tinggi kadar protein dan karbohidrat (sereal, bakso, puding, susu, roti

panggang, sup, yoghurt, keju, susu kental, kurma, kacang, dll)


Lakukan perawatan mulut dengan menggosok gigi sebelum tidur dan setelah makan. Bila

tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih mulut
Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita

kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan
kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk
sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap sedangkan kejadian akhir
hanyalah Tuhan yang menentukan.

Anda mungkin juga menyukai