Vitamin B12 diindikasikan untuk penderita defisiensi vitamin B12 misalnya anemia
pernisiosa. Vitamin B12 tersedia dalam bentuk tablet untuk pemberian oral dan larutan untuk
suntik. Penggunaan sediaan oral pada pengobatan anemia pernisiosa kurang bermanfaat
dan biasanya terapi oral lebih mahal dari pada terapi pariteral. Tetapi sediaan oral dapat
bermanfaat sebagai supplement diet, namun kecil manfaatnya untuk penderita yang
kekurangan faktor intrinsik atau penderita dengan penyakit pada ileum, karena absorbsi
secara difusi tidak dapat diandalkan sebagai terapi efektif. Maka cara pemberian yang
terbaik adalah secara IM atau SK. Dikenal tiga jenis suntikan vitamin B 12 yaitu: (1)
Sianokobalamin yang berkekuatan 10-1000 ncg/ml, (2) Larutan ekstrak hati dalam air, (3)
Suntikan depot vitamin B12. Suntikan larutan sianokobalamin jarang sekali menyebabkan
reaksi alergi dan iritasi di tempat suntikan, adapun manfaat larutan ekstrak hati terhadap
anemia pernisiosa di sebabkan oleh vitamin B 12 yang terkandung di dalamnya penggunaan
suntikan ekstrak hati ini dapat menimbulkan reaksi alergi lokal maupun umum, dan dari yang
ringan sampai berat. Dosisianokobalamin untuk penderita anemia pernisiosa tergantung dari
berat anemianya, ada tidaknya komplikasi dan respon trhadap pengobatan.
Pada terapi awal, di berikan dosis 100 mcg sehari parenteral selama 5-10 hari.
Dengan terapi ini respon hematologi baik sekali, tetapi respon depot kurang memuaskan
terdapat keadaan yang menghambat hematopoesis misalnya, infeksi, urenia atau
penggunaan kloramfenikol. Respon yang buruk dengan dosis 100 mcg/hari selama 10 hari,
mungkin juga disebabkan oleh salah diagnosis atau potensi obat yang kurang.
Terapi penunjang, dilakukan dengan memberikan dosis penunjang 100-200
mcg/bulan sampai diperoleh remisi yang lengkap yaitu jumlah eritrosit dalam darah 4,5
juta/mm3 dan morfologi hematologik berada dalam batas-batas normal.
OBAT HEMATOLOGI
1. Adfer
Komposisi
g, Vitamin C 50 mg, Asam folat 1000 g, Vitamin B12 7,5 g, dan Sorbitol 25 mg.
Indikasi
: Anemia yang disebabkan oleh kekurangan Fe, anemia akibat
traumatik atau anemia endogenik, anemia akibat perdarahan selama masa
pertumbuhan, usia lanjut dan masa penyembuhan, kehamilan, menyusui, dan anemia
2. Bufiron
Komposisi
: Fe (II) Fumarat 250 mg, Vitamin B12 10 ug, Mn (II) Sulfat 0,2 mg,
Indikasi
3. Dasabion Kapsul
Komposisi
: Besi (II) Fumarat 360 mg, Kalsium 20 mg, Asam Folat 1,5 mg,
Vitamin B12 15 mkg, Vitamin C 75 mg, Vitamin D3 400 SI, dan Sorbitol 25 mg.
Indikasi
: Segala macam anemia
Kontra Indikasi : Efek Samping
: Nyeri pada saluran pencernaan disertai mual, muntah dan diare.
Pemberian secara terus menerus dapat menyebabkan konstipasi dan feses menjadi
hitam.
4. Emineton
Komposisi
Sulfate 0,15 mg, Manganese Sulfate 0,05 mg, Pyridoxine Hydrochloride 0,192 mg,
Cyanocobalamine 5 mg, Ascorbicacid 60 mg, Dl-A-Tocopherol Acetate 5 mg, Folicacid
5. Ferro Glukonat
Komposisi
Indikasi
6. Fercee
Komposisi
: Besi (II) Fumarat 275 mg, Asatn Askorbat 100 mg, Natrium
Kontra Indikasi : Terapi besi kontra indikasi untuk pasien dengan iron storage
diseaseatau
pasien
yang
cenderung
ke
arah
penyakit
anomali
tersebut
yang
keturunan
dari
7. Hemobion
Komposisi
: Ferrous 360 mg, Asam Folat 1,5 mg, Vitamin B 12 15 mcg, Kalsium
pada masa kehamilan, dan anemia karena kehilangan darah oleh berbagai sebab
Kontra indikasi : Efek samping
:-
8. Livron B. Plex
Komposisi
: Vitamin B1 1,5 mg, Vitamin B2 0,25 mg, Vitamin B12 0,5 mcg,
Vitamin C 12,5 mg, Kalsium Pantotenant 1,5 mg, Nikotinamid 10 mg, Asam Folat 0,5
mg, Besi (II) Glukonat 7,5 mg, Tembaga (II) Sulfat 0,65 mg, dan Hati Kering 100 mg
Indikasi
: Anemia makrositik hiperkromik, seperti: anemia megaloblasnak
tropikal. Anemia hiperkromik. Anemia yang bertalian dengan gangguan fungsi hati,
perdarahan pada gusi. Anemia hiperkromik sehabis keracunan. Untuk segalat macam
penyakit oleh karena kekurangan vitamin B. Sesudah pengobatan dengan antibiouka,
sulfonamida dan sebagai tambahan vitamin. Dalam halhal yang tak memungkinkan
penyunukan dengan preparat hati, misalnya oleh karena terlalu peka. Sebagai tonikum
umum untuk pertumbuhan anakanak yang tidak sehat. Sesudah mengalami berbagai
gram untuk suntikan, dan tablet 25 dan 50 gram untuk pemberian per oral.
Indikasi : Leukemia limfositik Kronik, Penyakit Hodgkin, Limfoma non Hodgkin,
Mieloma multiple, Neuro Blastoma, Tumor Payudara, ovarium, paru, Cerviks, Testis,
Jaringan Lunak atau tumor Wilm.
oleh
penghambat
atau
perangsang
enzim
metabolismenya.
Makroglonbulinemia primer.
Mekanisme kerja : Klorambusil (Leukeran) merupakan mustar nitrogen yang
kerjanya paling lambat dan paling tidak toksik. Obat ini berguna untuk pengobatan
paliatif leukemia limfositik kronik dn penyakin hodgkin (stadium III dan IV), limfoma
non-hodgkin, mieloma multipel makroglobulinemia primer (Waldenstrom), dan
dalam kombinasi dengan metotreksat atau daktinomisin pada karsinoma testis dan
ovarium.
3) Prokarbazin
Sediaan : Prokarbazin kapsul berisi 50 mg zat aktif. Dosis oral pada orang
dewasa : 100 mg/m2 sehari sebagai dosis tunggal atau terbagi selama minggu
pertama, diikuti pemberian 150-200 mg/m2 sehari selama 3 minggu berikutnya,
kemudian dikurangi menjadi 100 mg/m2 sehari sampai hitung leukosit dibawah
4000/m2 atau respons maksimal dicapai. Dosis harus dikurangi pada pasien
B. Golongan Antimetabolit
Jenis-jenis obat yang termasuk dalam golongan antimetabolit yaitu :
1) 5-fluorourasil (5-FU)
Sediaan : Obat ini tersedia sebagai larutan 50 mg/mL dalam ampul 10 mL untuk IV.
Indikasi : Kanker payudara, kolon, esofagus, leher dan kepala, Leukimia limfositik
kariokarsinoma.
Mekanisme kerja
Merkaptopurin
dimetabolisme
oleh
hipoxantin-guanin
mg/5ml.
Indikasi : Leukimia limfositik akut, kariokarsinoma, kanker payudara, leher dan
tumor
Wilms,
menahan sel pada fase metafase dengan mengganggu spindel mitotik, spesifik
untuk fase M dan S. Vinblastin juga mempengaruhi asam nukleat dan sintesis
protein dengan memblok asam glutamat dan penggunaannya.
2) Vinblastin (VLB)
mikrotubulus
yang
menyebabkan
polimerisasi
tubulin.
Efek
ini
anak.
Mekanisme kerja : Interkalasi dengan DNA, mempengaruhi transkripsi dan replikasi
secara langsung. Selain itu, obat ini juga mampu membentuk kompleks tripartit
dengan topoisomerase II dan DNA. (Topoisomerase II adalah enzim dependen ATP
yang terikat pada DNA dan memisahkan untai DNA dimulai dari 3 fosfat,
menyebabkan DNA terpisah dan kemudian menggabungkannya lagi, fungsi penting
dalam replikasi DNA dan repair). Formasi kompleks tripartit dengan antrasiklin dan
etoposid menghambat pengikatan kembali untai DNA rusak, mengakibatkan
apoptosis. Efek ini memungkinkan sel rusak karena obat ini, sementara adanya
overekspresi repair DNA terkait transkripsi menunjukkan resistensi. Antrasiklin juga
membentuk radikal bebas dalam larutan pada jaringan normal dan maligna.
Intermediat
semikuinon
yang
dihasilkan
dapat
bereaksi
dengan
oksigen
peroksida
yang
menyerang
dan
mengoksidasi
basa
DNA
tumor payudara.
Mekanisme kerja : Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti
radang.
2) Medroksiprogesteron asetat
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 5 mg, 10 mg, 100 mg.
Indikasi : Tumor endometrium.
Mekanisme kerja : Mencegah sekresi gonadotropin pituitari yang akan menghambat
maturasi follicular yang menyebabkan penebalan endometrial.
3) Etinil estradiol
Sediaan : Obat ini tersedia dalam bentuk tablet 0,02 mg, 0,03 mg, 0,05 mg dan 0,5
mg.
Indikasi : Gejala vasomotor sedang atau parah yang dihubungkan dengan
menopause (Tidak ada bukti bahwa estrogen efektif mengatasi gejala kecemasan
atau depresi yang mungkin terjadi selama atau sebelum menopause, oleh sebab itu
tidak boleh diberikan untuk indikasi tersebut). Hipogonadism pada wanita. Terapi
paliatif karsinoma prostat yang tak dapat dioperasi, pada tahap lanjut terapi paliatif
kanker payudara yang tak dapat dioperasi, hanya dilakukan dengan pertimbangan
khusus : misalnya pada wanita yang sudah lebih 5 tahun postmenopause dengan
4)
menghambat
efek
estrogen,
agen
nonstreroidal
dengan
sifat
Indikasi
Persyaratan Pasien yang Layak diberi Kemoterapi :
Pasien dengan keganasan memiliki kondisi dan kelemahan kelemahan, yang apabila
diberikan kemoterapi dapat terjadi untolerable side effect. Sebelum memberikan
kemoterapi perlu pertimbangan sbb :
1) Menggunakan kriteria Eastern Cooperative Oncology Group (ECOG) yaitu status
penampilan <= 2
Jumlah lekosit >=3000/ml
Jumlah trombosit>=120.0000/ul
Cadangan sumsum tulang masih adekuat misal Hb > 10
Creatinin Clearence diatas 60 ml/menit (dalam 24 jam) ( Tes Faal Ginjal )
Bilirubin <2 mg/dl. , SGOT dan SGPT dalam batas normal ( Tes Faal Hepar ).
Elektrolit dalam batas normal.
Mengingat toksisitas obat-obat sitostatika sebaiknya tidak diberikan pada usia diatas
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
70 tahun.
Status Penampilan Penderita Ca ( Performance Status ) Status penampilan ini
mengambil indikator kemampuan pasien, dimana penyait kanker semakin berat pasti akan
mempengaruhi penampilan pasien. Hal ini juga menjadi faktor prognostik dan faktor yang
menentukan pilihan terapi yang tepat pada pasien dengan sesuai status penampilannya.
Bentuk Sediaan
Kemoterapi dapat diberikan dengan cara Infus, Suntikan langsung (pada otot, bawah
kulit, rongga tubuh) dan cara Diminum (tablet/kapsul).
Dalam bentuk tablet atau kapsul yang harus diminum beberapa kali sehari.
yang terlatih).
Dosis
Dihitung berdasar Luas Permukaan Tubuh (LPB). Sedangkan LPB dihitung dengan
table berdasarkan tinggi badan dan berat badan. Apabila tubuh pasien makin kurus
selama pemberian kemoterapi seri I dan II maka untuk pemberian seri selanjutnya
harus diukur lagi LPB-nya, mis: BB = 56 kg, TB = 150 cm, LPT = 1,5m2. Dosis obat X :
50 mg/m2, berarti penderita harus mendapat obat 50 x 1,5 mg = 75 mg.
Efek Samping Kemoterapi
Intensitas efek samping tergantung dari karakteristik obat, dosis pada setiap
pemberian, maupun dosis kumulatif, selain itu efek samping yang timbul pada setiap
penderita berbeda walaupun dengan dosis dan obat yang sama, faktor nutrisi dan psikologis
juga mempunyai pengaruh bermakna.
Efek samping yang selalu hampir dijumpai adalah gejala gastrointestinal, supresi
sumsum tulang, kerontokan rambut. Gejala gastrointestinal yang paling utama adalah mual,
muntah, diare, konstipasi, faringitis, esophagitis dan mukositis, mual dan muntah biasanya
timbul selang beberapa lama setelah pemberian sitostatika dan berlangsung tidak melebihi
24 jam.
Gejala supresi sumsum tulang terutama terjadinya penurunan jumlah sel darah putih
(leukopenia), sel trombosit (trombositopenia), dan sel darah merah (anemia), supresi
sumsum tulang belakang akibat pemberian sitistatika dapat terjadi segera atau kemudian,
pada supresi sumsum tulang yang terjadi segera, penurunan kadar leukosit mencapai nilai
terendah pada hari ke-8 sampai hari ke-14, setelah itu diperlukan waktu sekitar 2 hari untuk
menaikan kadar laukositnya kembali. Pada supresi sumsum tulang yang terjadi kemudian
penurunan kadar leukosit terjadi dua kali yaitu pertama-tama pada minggu kedua dan pada
sekitar minggu ke empat dan kelima. Kadar leukosit kemudian naik lagi dan akan mencapai
nilai mendekati normal pada minggu keenam. Leukopenia dapat menurunkan daya tubuh,
trombositopenia dapat mengakibatkan perdarahan yang terus-menerus/ berlabihan bila
terjadi erosi pada traktus gastrointestinal.
Kerontokan rambut dapat bervariasi dari kerontokan ringan dampai pada kebotakan.
efek samping yang jarang terjadi tetapi tidak kalah penting adalah kerusakan otot jantung,
sterilitas, fibrosis paru, kerusakan ginjal, kerusakan hati, sklerosis kulit, reaksi anafilaksis,
gangguan syaraf, gangguan hormonal, dan perubahan genetik yang dapat mengakibatkan
terjadinya kanker baru.
Kardiomiopati akibat doksorubin dan daunorubisin umumnya sulit diatasi, sebagian
besar penderita meninggal karena pump failure, fibrosis paru umumnya iireversibel,
kelainan hati terjadi biasanya menyulitkan pemberian sitistatika selanjutnya karena banyak
diantaranya yang dimetabolisir dalam hati, efek samping pada kulit, saraf, uterus dan
saluran kencing relatif kecil dan lebih mudah diatasi.
Tergantung jenisnya, Kemoterapi ada yang diberikan setiap hari, seminggu sekali,
tiga
minggu
sekali,
bahkan
sebulan
sekali.
Berapa
seri
penderita
harus
menjalaniKemoterapi, juga tergantung pada jenis kanker penderita. Yang paling ditakuti dari
kemoterapi adalah efek sampingnya. Ada orang yang sama sekali tidak merasakan adanya
efek samping Kemoterapi. Ada yang mengalami efek samping ringan. Tetapi ada juga yang
sangat menderita karenanya. Ada-tidak atau berat-ringannya efek samping kemoterapi
tergantung pada banyak hal, antara lain jenis obat kemoterapi, kondisi tubuh Anda, kondisi
psikis Anda, dan sebagainya. Efek samping Kemoterapi timbul karena obat-obat kemoterapi
sangat kuat, dan tidak hanya membunuh sel-sel kanker, tetapi juga menyerang sel-sel
sehat, terutama sel-sel yang membelah dengan cepat. Karena itu efek samping kemoterapi
muncul pada bagian-bagian tubuh yang sel-selnya membelah dengan cepat. Efek samping
dapat muncul ketika sedang dilakukan pengobatan atau beberapa waktu setelah
pengobatan.
Efek samping yang bisa timbul adalah antara lain:
1) Lemas
Efek samping yang umum timbul. Timbulnya dapat mendadak atau perlahan. Tidak
langsung menghilang dengan istirahat, kadang berlangsung terus hingga akhir
pengobatan.
2) Mual dan Muntah
Ada beberapa obat Kemoterapi yang lebih membuat mual dan muntah. Selain itu ada
beberapa orang yang sangat rentan terhadap mual dan muntah. Hal ini dapat dicegah
dengan obat anti mual yang diberikan sebelum,selama, atau sesudah pengobatan
Kemoterapi. Mual muntah dapat berlangsung singkat ataupun lama.
3) Gangguan Pencernaan
Beberapa jenis obat Kemoterapi berefek diare. Bahkan ada yang menjadi diare disertai
dehidrasi berat yang harus dirawat. Sembelit kadang bisa terjadi. Bila diare: kurangi
makanan berserat, sereal, buah dan sayur. Minum banyak untuk mengganti cairan yang
hilang.
Bila
susah
BAB:
perbanyak
makanan
berserat,
olahraga
ringan
bila
memungkinkan.
4) Rambut Rontok
Kerontokan rambut bersifat sementara, biasanya terjadi dua atau tiga minggu setelah
kemoterapi dimulai. Dapat juga menyebabkan rambut patah di dekat kulit kepala. Dapat
terjadi setelah beberapa minggu terapi. Rambut dapat tumbuh lagi setelah kemoterapi
selesai.
5) Otot dan Saraf
Beberapa obat kemoterapi menyebabkan kesemutan dan mati rasa pada jari tangan atau
kaki serta kelemahan pada otot kaki. Sebagian bisa terjadi sakit pada otot.
6) Perdarahan
Keping darah (trombosit) berperan pada proses pembekuan darah. Penurunan jumlah
trombosit mengakibatkan perdarahan sulit berhenti, lebam, bercak merah di kulit.
7) Anemia
Anemia adalah penurunan jumlah sel darah merah yang ditandai oleh penurunan Hb
(hemoglobin). Karena Hb letaknya di dalam sel darah merah. Akibat anemia adalah
seorang menjadi merasa lemah, mudah lelah dan tampak pucat.
8) Kulit dapat menjadi kering dan berubah warna
Lebih sensitive terhadap matahari. Kuku tumbuh lebih lambat dan terdapat garis putih
melintang.
Setiap obat memiliki efek samping yang berbeda! Reaksi tiap orang pada tiap siklus
juga berbeda! Tetapi Anda tidak perlu takut. Bersamaan dengan kemoterapi, biasanya
dokter memberikan juga obat-obat untuk menekan efek sampingnya seminimal mungkin.
Lagi pula semua efek samping itu bersifat sementara. Begitu kemoterapi dihentikan,
kondisi Anda akan pulih seperti semula.
Beberapa produk suplemen makanan mengklaim bisa mengurangi efek samping
kemoterapi
sekaligus
membangun
kembali
kondisi
tubuh
Anda.
Anda
bisa
tidak dapat menggosok gigi karena gusi berdarah, gunakan pembersih mulut
Berikan pelembab bibir sesuai kebutuhan
Hindari rokok, makanan pedas dan air es.
Dalam beberapa penelitian kemoterapi mampu menekan jumlah kematian penderita
kanker tahap dini, namun bagi penderita kanker tahap akhir / metastase, tindakan
kemoterapi hanya mampu menunda kematian atau memperpanjang usia hidup pasien untuk
sementara waktu. Bagaimanapun manusia hanya bisa berharap sedangkan kejadian akhir
hanyalah Tuhan yang menentukan.