Anda di halaman 1dari 42

Farmakologi

Anti Anemia
dr. Ika Artini, M.Kes
Pendahuluan
Anemia

 Kekurangan Hemoglobin atau Eritrosit


 Kadungan Hemoglobin Pria < 130 g/
 Wanita < 120 g/l
 Untuk Diagnosis diperlukan Kandungan:
 Hemoglobin, Eritrosit, Hematokrit

Anemia:
 Gangguan sintesis Hemoglobin = Anemia Kekurangan Zat Besi = Anemia
Sideroblastik = anemia mikrositi-hipokromik
 Pengaruh pada pembentukan Eritrosit baru akibat hambatan pada pematangan dan
regenerasi (Anemia Megaloblastik = Anemia Makrositer = Anemia Aplastik
 Percepatan Pengerusakan Eritrosit = Anemia Hemolitik
 Defisiensi vitamin B12, kurangnya faktor intrinsik = anemia pernisiosa
Agents Used in Anemias and
Hematopoietic Growth Factor
 Blood cells  essential for oxygenation of tissues,
coagulation, protection against infectious agents,
and tissue repair
 The most common cause erytrocyte deficiency or
anemia :
insufficient supply of iron, vitamin B12, or folic
acid
 Didunia, ada 1,62 milyar orang yang terkena
anemia, dimana golongan anak sekolah ada 33%.
Prevalensi anemia dunia menurut WHO masih
berkisar 40-88%. Berdasarkan Survei Kesehatan
Rumah Tangga, prevalensi anemia anak usia
sekolah dan remaja sekitar 26,5%. Prevalensi
anemia nasional menurut publikasi Riset
Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2008
adalah 11,3% dimana anemia pada perempuan
dewasa sebesar 11,9% dan anak-anak 12,8%.4
 Obat yang penting untuk eritropoesis normal
yaitu :
- Zat besi (fe)  anemia hipokromik mikrositik
- Vitamin B12 (sianokobalmin)  kelainan
neurologik
- Asam folat  anemia megaloblastik
Agents Used in Anemias and
Hematopoietic Growth Factor
 Blood cells  essential for oxygenation of tissues,
coagulation, protection against infectious agents,
and tissue repair
 The most common cause erytrocyte deficiency or
anemia :
- insufficient supply of iron, vitamin B12, or folic
acid
 Obat yang penting untuk eritropoesis normal yaitu :
- Zat besi (fe)  anemia hipokromik mikrositik
- Vitamin B12 (sianokobalmin)  kelainan neurologik
- Asam folat  anemia megaloblastik
 Obat ini digunakan untuk mengobati anemia dan
dinamakan juga sebagai HEMATINIK
Antianemia defisiensi
 Tubuh  ±3,5 g Fe  bentuk ikatan komplek
dengan protein.
 Besi (Fe) dan garam-garamnya  untuk produksi
hemoglobin ( Hb)  defisiensi Fe  sel darah
merah lebih kecil  kandungan Hb ↓  anemia
hipokromik mikrositik.
Farmakologi dan terapi UI hal 794
Farmakokinetik
Kebutuhan Fe
 Jumlah Fe yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh
berbagai faktor.
 Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan dan
laktasi pada wanita) dan jumlah Hb dalam badan
 Dalam keadaan normal dapat diperkirakan bahwa seorang laki-
laki dewasa memerlukan 10 mg Fe sehari dan wanita
memerlukan 12 mg fe sehari guna memenuhi ambilan sebesar 1
mg dan 1,2 mg sehari.
 Sedangkan wanita hamil dan menusui diperlukan tambahan
asupan 5 mg sehari.
Farmakologi dan terapi UI hal 794
Indikasi
 Sedian Fe hanya diindikasikan untuk pencegahan dan
pengobatan anemia defisiensi Fe
 Pengunaan di luar indikasi ini, cenderung menyebabkan
penyakit penimbunan besi dan keracunan besi.
 Anemia defisiensi fe paling sering disebabkan oleh kehilangan
darah.
Farmakologi dan terapi UI hal 795
1. Hidrat sulfat ferosus 300mg
Untuk anemia berat 3x300 mg sulfat ferosus sehari selama 6 bulan.
Mula-mula ± 45mg sehari, setelah depot Fe dipenuhi menurun
menjadi 5-10 mg/hari.
2. Fero fumarat 600-800 mg/hari dalam dosis terbagi :
Fero glukanot, fero laktat, fero karbonat dosis efektifnya = Fero
sulfat
Sediaan, dosis
Sediaan oral
Iron dextran

 Indications Treatment of iron deficiency anemia when oral


administration of iron is unsatisfactory or impossible.
Unlabeled use(s): Use with epoetin to ensure hematological
response to epoetin.
  Contraindications Anemia not associated with iron deficiency.
  Route/Dosage

Prior to the first IV or IM iron dextran injection, give a 0.5 ml


test dose by the same route, respectively. Anaphylactic reactions
occurring following iron dextran injection are usually evident
within a few minutes; however, at least 1 hr should elapse before
the remainder of the therapeutic dose is given.
 ADULTS & CHILDREN: TEST DOSE: IM/IV with
dose based on formula that 1 ml of normocytic,
normochromic RBC cells contains 1 mg of elemental
iron (maximum 2 ml/day undiluted iron dextran):
 Mg iron — blood loss (ml) × Hct
 Each day's dose should not exceed 0.5 ml (25 mg iron)
for infants < 10 lb or 1 ml (50 mg iron) for children <
20 lb, or 2 ml (100 mg iron) for other patients.
 Pregnancy: Safety not established. Based on animal
studies, avoid if possible. Lactation: Undetermined.
Children: Not recommended in children < 4 mo.
b. Sediaan parenteral
IM dan IV hanya di benarkan jika pemberian oral
tidak mungkin. Misalnya penderita bersifat intoleran
terhadap sediaan obat atau pemberian oral tidak
menimbulkan respon terapeutik.
Iron-dextran (imferon) 50mg/ml (larutan 5%) untuk
penggunaan IM/IV. Dosis total 250mg Fe untuk
setiap kekurang Hb.
pada pemberian pertama disuntikan 50mg,
kemudian dilanjutkan 100-250mg setiap hari atau
beberapa hari sekali.
Untuk memperkecil reaksi pemberian IV dosis permulaan tidak
boleh melebihi 25mg dan diikuti dengan peningkatan
bertahap untuk 2-3hari sampai tercapai dosis 100mg/hari.
Obat harus diberikan secara perlahan-lahan dengan menyuntikan
20-50mg/menit.
Iron Sucrose
 Product : Venofer (Injection: 20 mg/mL)
  Indications Treatment of iron deficiency anemia in patients undergoing
chronic hemodialysis who are receiving erythropoietin therapy.
  Contraindications Iron overload; anemia not caused by iron deficiency.
  Route/Dosage

ADULTS: IV 100 mg elemental iron (5 mL) directly into dialysis line by


slow injection (ie, 20 mg [1 mL] undiluted solution/min) or by infusion
(ie, 100 mg of elemental iron diluted in a max of 100 mL of 0.9% NaCl
infused over ³ 15 min). Most patients will require 1000 mg of elemental
iron, administered over 10 sequential dialysis sessions.
  Interactions

Oral iron Absorption of oral iron may be reduced. Do not mix with other
medication or add to parenteral nutrition solutions for IV infusion.
Pregnancy: Category B. Lactation: Undetermined. Children: Safety and
efficacy not established
Vitamin B12
 Vitamin B12 merupakan satu-satunya kelompok senyawa
alam yang mengadung unsur Cobalamin dengan struktur yang
mirip derivat porfirin alam lain.
 Fungsi metabolik : vitamin B12 sangat penting untuk
metabolisme intrasel, dibutuhkan untuk sintesis DNA normal
 Defisiensi : kekurangan Vit. B12 dapat disebabkan kurang
asupan, terganggunya absorpsi, terganggunya utilisasi,
meningkatnya kebutuhan, destruksi yang berkeleihan atau
eksresi yang meningkat.
Farmakologi dan terapi UI hal 797
 Kebutuhan : kebutuhan vit. B12 bagi orang sehat kira kira 1 g
sehari yaitu sesuai dengan jumlah yang dieksresikan oleh
tubuh
 Setiap hari tubuh akan mengeluarkan 3-7 g sehari kedalam
saluran empedu
 Sumber alami vit. B12 : sumber asli satu satunya untuk vit.
B12 adalah microorganisme, bateri dalam kolon manusia juga
membentuk vit. B12 tetapi tidak berguna untuk memenuhi
kebutuhan absorpsi vit. b12 sebab absorpsi vit. B12 terutama
berlangsung dalam ileum.
Farmakologi dan terapi UI hal 797
Sianokobalmin (Vit.B12)
Umumnya senyawa dalam kelompok ini dinamaknan KOBALAMIN.
bentuk aktif dalam tubuh adalah deoksiadenosil kobalamin dan
metilkobalamin.
 Fungsi metabolik.

Untuk metabolisme intrasel.


 Defisiensi Vit.B12

ditandai dengan gangguan hematopoesis, gangguan neurologi, kerusakan sel


epite (saluran cerna) dan diabetes umum.
pada orang dewasa karena Anemia pernisiosa addison.
 Kebutuhan Vit.B12

bagi orang sehat = 1µg sehari sesuai jumlah ekskresi oleh tubuh.
setiap hari dikeluarkan 3-7 µg sehari kedalam saluran empedu
 Sumber Vit.B12

dalam makanan seperti : jeroan ( hati, ginjal, jantung )


 Farmakokinetik

Absorpsi : mencapai puncak dalam waktu 1 jam setelah suntikan


IM. Absorpsi peroral berlangsung lambat di ileum, kadar
puncak dicapai 8-12 jam setelah pemberian 3mcg.
Absorpsi dengan 2 mekanisme yaitu
1. Absorpsi dengan perantara FIC (factor intrinsik castle)
2. Absorpsi secara langsung
 Ekskresi

Sianokobalmin maupun hidroksokobalmin dalam jaringan dan


darah terikat oleh protein.
Didalam hati kedua kobalmin tersebut akan diubah menjadi
koenzim B12.
Pengurangan jumlah kobalamin disebabkan oleh ekskresi
melalui saluran empedu, sebanyak 3-7 mcg sehari harus
diabsorpsi dengan perantara FIC
Vit.B12 dapat menembus sawar urin dan masuk kedalam
sirkulasi bayi.
 Sediaan dan posologi (tablet dan larutan)
Vit B12 diindikasi untuk penderita defisiensi Vit B12 misalnya
anemia pernisiosa.
Disuntikan 100mcg sianokabalamin IM dan 1-2mg asem folat/oral
diberikan selama 1-2 minggu.
 Dosis percobaan sebelum dilakukan pengobatan 1-10mcg sehari
selama 10hari.
 Terapi awal : dosis 100 mcg sehari parenteral selama 5-10hari
 Terapi penunjang : dosis penunjang 100-200 sebulan sekali
sampai diperoleh remisi lengkap yaitu jumlah eritrosit darah
±4,5juta/mm3 dan morfologi hematologik berada dalam batas
normal.
 kemudian 100 mcg sebulan sekali cukup untuk mempertahankan
remisi.
Farmakokinetik
Sediaan dan posologi
 Vitamin B12 diindikasikan untuk pasien defisiensi vit. B12
misalnya anemia pernisiosa
 Walaupun diagnosis pasti belum ditegakan, sebaiknya langsung
disuntikan 100 g sianokobalamin dan asam folat 1-5 mg secara
IM. Selanjutya 100 g sianokobalamin dan asam folat 1-5mg
secara IM
 Selanjutnya 100 g sianokobalamin IM dan 1-2 mg asam folat
peroral diberikan selama 1-2 minggu
 Sediaan suntikan : dikenal 3 jenis suntikan vitamin B12 (1.) larutan
sianokobalamin yang berkekuatan yag berkekutan 10-1000 g/ml
(2.) larutan ekstrak hati dalam air dan (3.) suntikan depot vit B12
Farmakologi dan terapi UI hal 797
Asam folat
 Asam folat (asam pteroimonoglutamat, PmGa) terdiri atas
bagian-bagian pteridin, asam paraminobenzoat dan asam
glutamat
 Fungsi metabolik : PmGa merupakan prekurso inaktif dari
beberapa koenzim yang berfungsi pada tranfer unit karbon
tunggal
 Sintesis purin melalui pembentukan asam insolat
 Sintesis nukleotida pirimidan melalui metilasi asam
deoksiuridilat menjadi asam timidin
Farmakologi dan terapi UI hal 798
Farmakokinetik
 Pada pemberian oral absopsi folat baik sekali, terutama di 1/3
bagian proksimal usus halus.
 Ada tidaknya transport protein belum dapat dipastikan, tetapi
yang jelas 2/3 yang terdapatdalam plasma darah terikat pada
protein yang tidak difiltrasi ginjal.
 Ekskresi berlangsung melalui ginjal, sebagian besar dalam
bentuk metabolit
Farmakologi dan terapi UI hal 799
Indikasi
 Penggunaan folat yang rasional adalah pada
pencegahan dan pengobatan defisiensi folat
 Kebutuhan asam folat meningkat pada wanita hamil
 Menurut beberapa hasil penelitaian terdapat
hubungan kuat antara defisiensi asam folat pada ibu
dengan insidens defek neural tube, seperti spina
bifida dan anesenfalus, pada bayi baru lahir.
Farmakologi dan terapi UI hal 799
Sediaan dan pasologi
 Asam folat tersedia dalam bentuk tabet yang
mengandung 0,4 ; 0,8 dan 1 mg asam pteroilglutamat
dan dalam larutan injeksi asam folat 5 mg/ml.
 Selain itu, asam folat terdapat dalam berbagai sediaan
multivitam atau digabungkan dengan antianemia lainnya
 Asam folat injeksi biasanya harus digunakan sebagai
antidotum pada intoksikasi antifolat (antikanker)
Farmakologi dan terapi UI hal 799
Obat lain
Riboflavin
 Anemia defisiensi riboflavin banyak terdapat pada
malnutrisi protein kalori, dimana ternyata faktor
defisiensi Fe dan penyakit penyakit infeksi
memegang pernana pula
 Dosis yang digunakan cukup 10 mg sehari peroral
atau IM
Farmakologi dan terapi UI hal 799
Pridoksin
 Berfungsi sebagai koenzim yang merangsang
pertumbuhan heme
 Defisiensi akan menimbulkan anemia mikrositik
hipokromik
Farmakologi dan terapi UI hal 800
Kobal
 Defiensi kobal belum pernah dilaporkan pada manusia
 Kobal dapat meningkatkan jumlah hematokrit,
hemoglobin dan eritrosit pada beberapa pasien dengan
anemia refrakter, seperti yang terdapat pada pasien
talasemia, infeksi kronik atau penyakit ginjal, tetapi
mekanisme yang pasti tidak diketahui.
 Kobal serig terdapat dalam campuran sediaan Fe, karena
ternyata kobal dapat meningkatkan absorpsi Fe melalui
usus.
Tembaga
 Hingga sekarang belum ada kenyataan yang
menunjukan pentingganya penambahan Cu baik dalam
makanan ataupun sebagai obat, dan defisiensi Cu pada
manusia sangat jarang terjadi.
 Pada hewan percobaan, pengobatan anemia defisiensi
Fe yang disertai hipokupremia dengan sediaan Fe,
bersamaan atau tanpa Cu, memberikan hasil yang sama.
Farmakologi dan terapi UI hal 800
Eritropoietin
 Eritropoietin,suatu glikoprotein dengan berat
molekul 34-39 DA, merupakan faktor pertumbuhan
hematoietik yag pertama kali di isolasi.
 Eritropoietin merupakan faktor pertumbuhan sel
darah merah yang diproduksi terutama oleh ginja
dalam sel peritubular dan tubuli prokimal

Farmakologi dan terapi UI hal 800


Farmakokinetik
 Setelah pemberian IV masa paruh eritropoietin
pada gagal ginjal kronik sekitar 4-13 jam
 Eritropoietin alfa merupakan eritropoietin bentuk
glikosilasi memeliki masa paruh 2-3 kali
eritropoietin

Farmakologi dan terapi UI hal 800


Indikasi
 Eritropoietin terutama diindikasikan untuk anemia pada pasien gagal
ginjal kronik
 Pada pasien ini pemberian eritropoietin umumnya meningkatkan kadar
hematokrit dan hemoglobin, dan mengurangi/ menghindarkan
kebutuhan tranfusi
 Peningkatan jumah retikulosit umumnya terlihat dalam sekitar 10 hari,
dan peningkatan kadar hematokrit dan hemoglobin dalam 2-6 minggu.
 Umumnya pasien anemia akibat gangguan primer atau sekunder pada
sumsum tulang kurang memberikan respon terhadap pembentukan
eritropoiesis
Farmakologi dan terapi UI hal 801
Terimakasih
Semoga bermanfaat

Anda mungkin juga menyukai