Anda di halaman 1dari 51

ODONTEKTOMI

SHARON NATHANIA TIRTADINATA


Instrumentasi

komplikasi Teknik

Instruksi Manajemen
post pre
operative operative
Langkah-
langkah
INSTRUMENTASI
INSTRUMEN UNTUK INSISI JARINGAN
Scalpel
Handle
Paling sering digunakan : no.3 dan no.7 , ujung dari handle didesain supaya dapat disisipkan dengan berbagai bentuk
scalpel blade yang bervariasi

Blade
No.15 bentuknya kecil dan digunakan untuk membuat insisi di sekeliling gigi sampai ke mukoperiosteum : insisi flap
No.10 bentuknya menyerupai blade no.15, digunakan untuk insisi area yang lebih luas seperti insisi kulit
No.11 blade berujung runcing dan tajam, digunakan untuk membuat insisi / tusukan kecil, untuk insisi abses
Hooked blade no.12 untuk prosedur mukogingiva, insisi pada aspek posterior gigi atau pada area tuberositas
maksilaris.
Saat memasukkan blade ke dalam handle, blade dijepit dengan needle holder, untuk mencegah trauma pada jari
operator. Tangan kiri operator memegang handle. Kemudian, blade secara perlahan dimasukan ke dalam handle
sampai terasa click pada posisinya.
INSTRUMEN UNTUK ELEVASI MUKOPERIOSTEUM
Elevator periosteal atau raspatorium
Yang paling sering digunakan : molt periosteal elevator no.9, terdiri dari 2 tip: ujung runcing yang tajam
untuk mengangkat interdental papilla dari gigi, dan ujung membulat pipih untuk elevasi periosteum dari
tulang.

3 metode elevasi dengan elevator periosteal:


Ujung runcing digunakan untuk mengelevasi jaringan lunak dengan gerakan prying (menggunakan kekuatan,
dipaksa, seperti elevasi interdental papila).
Push stroke ujung pipih instrumen diselipkan ke bawah flap, dan memisahkan periosteum dari tulang di
bawahnya (paling efisien dan bersih).
Pull stroke berguna pada daerah tertentu, namun cenderung mengakibatkan robeknya periosteum jika tidak
dilakukan dengan hati-hati.
INSTRUMEN UNTUK MERETRAKSI JARINGAN LUNAK

Retraktor digunakan untuk meretraksi jaringan lunak seperti pipi, lidah, dan mucoperiosteal flap untuk
menyediakan akses dan visibilitas selama proses bedah.
Retraktor juga dapat melindungi jaringan lunak dari instrument-instrumen yang tajam.
Jenis-jenis retractor yang umum digunakan adalah austin retractor dan minnesota retractor untuk
retraksi pipi dan flap, serta weider retractor untuk retraksi lidah ke media dan anterior.
INSTRUMEN UNTUK MEMEGANG/MENAHAN JARINGAN LUNAK
Instrumen ini digunakan untuk memegang dan stabilisasi jaringan lunak saat proses insisi dan penjahitan
Alat yang digunakan berupa pinset surgical/ piset chirrugis/tissue forceps.

Tissue forceps yang umum digunakan yaitu :


Adson forceps (beak halus/tidak bergerigi; didesain untuk mengunci), fungsinya untuk memegang jaringan
lunak dengan lembut dan stabil jika terlalu kencang dapat merusak jaringan.
Stilies forceps memiliki bentuk yang lebih panjang sehingga digunakan untuk di area posterior
Allis forceps bentuknya mirip dengan needle holder namun memiliki beak yang bergerigi, biasa digunakan
untuk memegang jaringan lunak yang akan dieksisi, contoh: epulis fissuratum
INSTRUMEN UNTUK MENGONTROL PERDARAHAN

Ketika insisi jaringan dilakukan, arteri dan vena kecil juga ikut terinsisi, sehingga mengakibatkan
perdarahan yang tidak dapat dikontrol hanya dengan tekanan diperlukan hemostat
Hemostat tersedia dalam beragam bentuk; kecil/besar, lurus/melengkung. Yang paling sering
digunakan adalah hemostat lengkung (curved hemostat).
Hemostat juga digunakan untuk membuang jaringan granulasi dari socket gigi dan untuk mengambil
ujung akar yang kecil, serpihan kalkulus, fragment restorasi amalgam, dan partikel kecil lainnya yang
ada dalam mulut atau daerah luka.
INSTRUMEN UNTUK MEMBUANG TULANG
RONGEUR FORCEPS
Forcep pemotong tulang yang memiliki handle pegas
BUR DAN HANDPIECE
Sebagian menggunakan bur untuk membuang tulang dan membagi gigi (sectioning) pada bedah pencabutan
gigi lebih cepat dan efisien.
Alat yang digunakan : highspeed- hightorque handpiece, sharp carbide bur fissure bur no.557 dan 703
atau round bur no.8.
CHISEL DAN MALLET
Biasanya digunakan untuk menghilangkan lingual torus.
Monobevel chisel untuk membuang tulang, bibevel chisel memotong gigi
BONE FILE
Digunakan untuk penghalusan tulang yang terakhir sebelum flap mukoperiosteal dijahit kembali.
Bentuk : double-ended dengan ujung kecil dan besar, bergerigi.
KURET PERIAPIKAL
instrumen double-ended yang bersudut.
Digunakan untuk membuang jaringan lunak dari defek tulang, debris dan jaringan granulasi dari socket
gigi.
Bisa juga digunakan untuk menghilangkan granuloma atau kista kecil dari lesi periapikal.
INSTRUMEN UNTUK MENJAHIT MUKOSA
Needle holder
Permukaan beak needle holder bermotif crosshatch, supaya dapat memegang jarum dan benang jahit dengan erat. Kalau
hemostat, permukaannya parallel
Jarum
Bentuknya melengkung supaya jarum dapat melewati daerah-daerah tertentu yang tidak bisa dicapai oleh jarum lurus.
Bentuk ujung jarum bervariasi tapered, dan triangular/cutting needle. Jarum dengan ujung triangular lebih mudah
melewati mucoperiosteum dibandingkan ujung tapered
Bahan sutur (benang)
Bahan suture yang paling banyak digunakan pada bedah mulut adalah sutra hitam polifilament ukuran 3-0. Alasan
ukuran cukup untuk memberikan kekuatan yang adekuat, mudah dijahit, warna hitam mudah dilihat saat pelepasan jahitan,
tidak mengiritasi jaringan lunak, tahan tidak lebih dari 5-7 hari sehingga penyerapan cairan yang dapat membawa
bakteri dapat dihindari.
Gunting
Gunting terdiri dari 2 jenis:
Gunting benang : yang paling sering digunakan adalah dean scissors handle melengkung dan blade bergerigi,
sehingga menggunting benang jadi lebih mudah.
Gunting jaringan : ada yang berukuran besar/kecil, memiliki blade lurus/melengkung, dan berujung tajam/tumpul
(membulat). Tipe yang umum digunakan adalah iris scissors dan metzenbaum scissors.
SURGICAL SUCTION
Untuk menjaga visualisasi yang cukup, darah, saliva, dan larutan irigasi harus dihisap dari area
operatif. Surgical
Suction berbeda dengan yang umumnya digunakan. Suction ini memiliki ujung dengan diameter yang
lebih kecil dan hole untuk mengontrol tekanan suction.
Pada pengeburan tulang yang disertai irigasi, hole ditutup dengan ibu jari untuk meningkatkan tekanan
suction darah dan larutan irigasi dihisap lebih cepat.
Pada operasi yang melibatkan jaringan lunak, hole dibiarkan terbuka untuk mencegah aspirasi dan
trauma jaringan.
INSTRUMENT TRAY SYSTEM

BASIC EXTRACTION PACK


SURGICAL EXTRACTION PACK
Untuk insisi dan pengangkatan flap, pembuangan tulang, sectioning gigi, pengangkatan sisa akar,
debridement luka, dan menjahit jaringan lunak.
BIOPSI TRAY
Untuk insisi, eksisi, pembedahan specimen jaringan lunak dan penutupan luka dengan menjahit
POSTOPERATIVE TRAY
Untuk irigasi daerah pembedahan dan melepaskan jahitan
TEKNIK ODONTEKTOMI
Sebenarnya sama dengan surgical extraction lain. Terdapat 5 teknik dasar :

1. Mendapatkan exposure yang cukup ke area gigi impaksi hal ini berarti pengangkatan flap
jaringan lunak harus memberikan dimensi yang adekuat bagi operator untuk melakukan pembedahan.
2. Menilai seberapa banyak dibutuhkan pembuangan tulang agar gigi dapat terlihat untuk selanjutnya
dilakukan sectioning dan pengangkatan.
3. Membelah/membagi gigi dengan bur agar ekstraksi gigi dapat dilakukan tanpa pembuangan tulang
berlebihan.
4. Mengangkat potongan gigi dari prosesus alveolar menggunakan elevator.
5. Penghalusan tulang dengan bone file irigasi dengan larutan fisiologis steril pembersihan mekanis
dengan kuretase dan penutupan flap dengan simple interrupted suture.
MANAJEMEN PRE OPERATIVE
Informed consent
Odontektomi merupakan tindakan yang invasif. Oleh karena itu, sebaiknya meminta persetujuan dari pasien dengan
sebelumnya menjelaskan garis besar perawatan, sensasi atau hal-hal yang mungkin terjadi selama dan pasca operasi, serta
risiko komplikasi yang dapat muncul.
Kontrol kecemasan
Dengan memberikan sedasi intravena yang dalam, general anesthesia, atau long-acting local anesthesia. Anestesi lokal yang
dipilih untuk odontektomi gigi M3 mandibula adalah mandibular blok untuk anestesi n. Alveolaris inferior, n. Lingualis, dan n.
Buccalis. Tipe anestesi ini memberikan periode bebas nyeri selama 4-8 jam.
Pemberian analgesik
Ada yang memberikan analgesik untuk mencegah timbulnya sensasi yang tidak diinginkan selama operasi. Analgesik yang
biasa diberikan adalah kombinasi codeine, codeine congeners, atau oxycodone dengan aspirin atau asetaminofen.
Untuk meminimalisir bengkak yang biasa terjadi pasca od, beberapa operator juga memberikan kortikosteroid secara
parenteral atau glukokortikoid intravena antiinflamasi untuk mencegah edema. Selain obat-obat tersebut, 8 mg
dexamethasone dapat diberikan per oral untuk mengontrol edema. Konsumsi dexamethasone dapat dilanjutkan hingga 2-3
hari pasca OD dengan dosis 0.75-1.34 mg 2 kali sehari.
Antibiotik
Jika pasien memiliki perikoronitis atau abses periapikal, sebaiknya konsumsi antibiotik beberapa hari sebelum operasi. Jika
pasien sehat dan tidak menderita infeksi, pasien tidak perlu antibiotik sistemik. Penggunaan antibiotik topikal, contoh
tetracycline dapat diberikan pada soket M3 mandibula untuk mencegah terjadinya dry socket.
LANGKAH-LANGKAH
LANGKAH 1: PENGANGKATAN FLAP JARINGAN LUNAK

Tipe-tipe flap yang biasa digunakan pada teknik odontektomi adalah:


Envelope flap
Indikasi : impaksi superfisial.
Three-corner/ triangular flap
Indikasi : operator membutuhkan akses yang luas hingga ke apikal gigi, yang mungkin dapat menyebabkan
robeknya mukosa apabila dilakukan dengan envelope flap dibutuhkan jika impaksi molar 3 mandibula yang
dalam/sangat tertanam dalam tulang dan membutuhkan pembuangan tulang yang banyak.
LANGKAH 2: PENGAMBILAN TULANG DI ATAS GIGI IMPAKSI

Jumlah tulang yang diambil bergantung pada kedalaman impaksi, morfologi akar, dan angulasi akar.
Bur yang digunakan adalah round bur no.8 berukuran besar memiliki end cutting dan efektif untuk
pengeburan dengan gerakan mendorong, dan fissure bur no.703 tidak dapat memotong dengan
baik tapi dapat mengikis tulang dengan cepat, dapat membagi gigi jika digunakan dalam arah
lateral.
LANGKAH 3 : PEMBELAHAN GIGI

Pembelahan gigi memudahkan gigi untuk diangkat secara terpisah dengan menggunakan
elevator melalui pembukaan yang disediakan dari pengangkatan tulang
Arah pembelahan gigi disesuaikan dengan angulasi gigi impaksi.
Sectioning dilakukan dengan menggunakan bur fissure:
Gigi dibagi ke arah aspek lingual.
Bein dimasukkan ke dalam ruang yang sudah dibuat oleh bur dan diputar untuk memisahkan gigi.

Bur tidak boleh digunakan untuk membelah gigi seluruhnya dengan arah lingual dapat melukai
n.Lingualis.
IMPAKSI MESIOANGULAR

Paling mudah diangkat.


Setelah tulang buccodistal diambil, mahkota distal dibelah pada buccal groove sampai di bawah
garis servikal aspek distal. Bein dimasukkan di antara belahan gigi. Rotasi bein hingga mahkota distal
bergerak ke arah distobuccal, kemudian angkat.
Sisa gigi diangkat dengan menggunakan bein yang ditempatkan di aspek mesial gigi pada garis
servikal.
Impaksi mesioangular juga bisa diangkat dengan menyiapkan purchase point/jalur pada gigi dengan
drill dan gunakan crane pick elevator untuk mengelevasi gigi dari soket.
IMPAKSI HORIZONTAL

Setelah tulang diambil sampai ke garis servikal untuk mengekspos aspek superior dari akar distal dan
sebagian besar permukaan bukal mahkota, gigi dibelah dengan membagi mahkota dari akar pada
garis servikal.
Mahkota gigi diangkat dengan bein dan akar dipindahkan menggunakan cryer elevator dengan
gerakan rotasi ke tempat mahkota sebelumnya.
Jika akar molar 3 divergen membutuhkan pembelahan 2 bagian terpisah yang diambil satu-satu.
IMPAKSI VERTIKAL

Prosedur pengambilan tulang dan separasi gigi hampir mirip dengan tahapan pada impaksi
mesioangular, dimana tulang bagian oklusal-bukal dan distal yang diambil lebih dahulu.
Bagian distal mahkota dibelah di atas garis servikal dan diambil dengan triangular elevator/cryer.
Sisa gigi kemudian diluksasi dan diangkat dengan menggunakan bein pada bagian mesial di garis
servikal.
Prosedur ini lebih sulit daripada pengangkatan mesioangular karena akses di sekitar m2 mandibula
sangat susah didapatkan, serta terkadang membutuhkan lebih banyak pengambilan tulang bagian
bukal dan distal.
IMPAKSI DISTOANGULAR

Setelah tulang diambil dari aspek bukooklusal dan distal, tindakan selanjutnya adalah melakukan
separasi mahkota dengan akar gigi di atas garis servikal. Mahkota diangkat dengan menggunakan
bein/ straight elevator.
Jika akar gigi berfusi, cryer atau elevator lurus dapat digunakan untuk mengelevasi gigi. Jika akar gigi
divergen, biasanya dilakukan separasi terlebih dulu pada kedua bagian akar tersebut kemudian
masing-masing bagian diangkat.
Kasus ini tergolong sulit karena membutuhkan pengambilan tulang distal yang banyak dan gigi
cenderung dielevasi ke arah distal, sehingga mengenai ramus mandibula.
LANGKAH 4 : PENGANGKATAN GIGI DENGAN ELEVATOR

Pada impaksi mandibula, elevator yang biasa digunakan adalah bein/straight elevator, sepasang cryer
elevator, dan crane pick.
Perbedaan pengambilan gigi impaksi dengan ekstraksi biasa adalah pengambilan gigi impaksi hampir tidak
diperlukan luksasi gigi karena tulang telah dibuang dan gigi telah dipotong.
Pemberian tekanan yang berlebihan malah menyebabkan gigi patah, kerusakan tulang buccal,
membahayakan gigi m2 di sebelahnya dan mungkin keseluruhan mandibula.
Elevator didesain bukan untuk memberikan tekanan berlebih pada gigi, tetapi untuk mengungkit gigi atau
akar ke arah yang diinginkan dengan tekanan yang sesuai.Gigi impaksi tidak menerima tekanan oklusal
secara langsung, oleh karena itu ligamen periodontalnya lemah sehingga ketika tulang diambil,
pengangkatan gigi lebih mudah dilakukan tanpa tekanan yang berlebihan.
Pengangkatan gigi m3 dilakukan dengan bein. Ujung bein (bagian cekung menghadap gigi) dimasukkan
ke garis servikal mesial M3 dan tekanan diaplikasikan untuk menggerakkan gigi ke arah distobuccal.
Operator harus mengontrol tekanan yang diberikan dengan meletakkan jari kiri di tuberositas maxilla
(terutama bila impaksi mesioangular) untuk mencegah terjadinya risiko fraktur tuberositas.
LANGKAH 5 : PERSIAPAN PENUTUPAN FLAP

Setelah gigi impaksi diangkat, palpasi area operatif apakah ada ujung-ujung tulang yang tajam atau kasar,
khususnya pada area dimana elevator berkontak dengan tulang. Jika ada tulang tajam, haluskan tulang
menggunakan bone file dengan gerakan menarik (pull stroke).
Kemudian, lakukan pembersihan soket dari debris dan pecahan tulang melalui irigasi dengan larutan saline
steril dan pembersihan mekanis dengan kuret periapikal.
Mosquito hemostat dapat digunakan untuk mengambil sisa dental folikel dalam soket.
Irigasi final dan inspeksi harus dilakukan sebelum flap ditutup. Periksa apakah ada:
Postoperative bleeding kemungkinan pembuluh darah flap atau sumsum tulang terpotong oleh bur. Sebenarnya
perdarahan ini relatif muncul setelah ekstraksi M3, tetapi dapat dihindari dengan kontrol hemostatis yang baik. Bila
terjadi perdarahan berlebih, aplikasikan tetracycline topikal ke dalam soket M3 untuk mencegah timbulnya osteitis
sicca/ dry socket.
Jika kondisi area operatif sudah halus dan bersih, lakukan penutupan insisi dengan tipe jahitan berupa
simple interrupted suture. Penjahitan awal dibuat melalui perlekatan jaringan pada aspek posterior dari
M2. Jahitan tambahan dilakukan ke posterior dari posisi tersebut dan ke anterior melalui mesial papilla M2.
Biasanya 3-4 jahitan diperlukan untuk menutup insisi envelope. Jika insisi yang dilakukan berupa
triangular flap, maka insisi vertikal juga harus dijahit dengan baik.
INSTRUKSI POST OPERATIVE
1. KONTROL PENDARAHAN

Instruksikan pasien untuk menggigit kassa sekurang-kurangnya 30 menit.


Beritahu pasien bahwa normalnya pada soket gigi akan terjadi rembesan darah selama 24 jam pasca
ekstraksi. Jika pendarahan cukup banyak, pasien harus mengganti gulungan kassa dan menahan kembali
selama 1 jam.
Dilarang merokok dalam 12 jam pertama pasca ekstraksi dan jangan minum menggunakan sedotan karena
ada tekanan negatif yang terjadi saat mulut mengisap rokok/sedotan, yang mungkin akan mendorong
terjadinya pendarahan.
Bila perdarahan sangat banyak dan berlangsung lebih dari 24 jam konsul ke dokter gigi.
Darah yang merembes hingga ke subkutan dan submucosa disebut ekimosis. Ekimosis umumnya dialami
pasien tua karena tonus jaringan yang berkurang, meningkatnya kerapuhan kapiler, dan perlekatan intersel
yang lemah.
2. KONTROL NYERI PASCA OPERASI

Karakteristik nyeri yang muncul pasca operasi: pertama, nyeri belum terlalu parah dan dapat diatasi
dengan analgesic ringan. Puncak nyeri biasanya muncul 12 jam pasca pencabutan kemudian mereda.
Umumnya, nyeri akan hilang dalam 2 hari pasca operasi.

3. ORAL HYGIENE

Pasien harus tetap menjaga kebersihan mulutnya untuk mempercepat healing.


Setelah pulang operasi, pasien dianjurkan untuk tetap menyikat gigi yang jauh dari area bedah.
Jangan menyikat gigi yang dekat dengan area pembedahan karena dapat menyebabkan perdarahan,
mengganggu jahitan, dan timbul nyeri.
Keesokan harinya, pasien dianjurkan berkumur dengan air hangat atau menggunakan dilute hydrogen
peroksida 3-4 kali sehari selama seminggu setelah operasi dapat mempercepat penyembuhan.
4. DIET
Hindari makanan yang menyebabkan nyeri local makanan keras, panas, pedas, asam.
Diet tinggi kalori dan kontrol intake cairan (minimal 2 liter) merupakan diet terbaik selama 12 24 jam
pertama. Konsumsi cairan yang adekuat dapat berupa jus, susu atau air putih.
12 jam pertama makanan harus lunak dan dingin. Makanan yang dingin, seperti es krim dan milkshake,
dapat menjaga area local menjadi nyaman.
Pasien disarankan untuk mengunyah pada sisi yang berlawanan dari area pencabutan.

5. EDEMA
Edema dapat terjadi khususnya pada pencabutan gigi impaksi yang melibatkan pengangkatan jaringan
lunak dan pengambilan tulang.
Edema ini normal terjadi sebagai reaksi jaringan terhadap trauma pembedahan.
Edema terjadi maksimal 48 72 jam setelah prosedur pembedahan. Mulai surut pada hari ke-3 atau 4 dan
benar- benar hilang pada akhir minggu pertama.
Edema yang semakin parah di hari ke-3 pasca operasi merupakan indikasi adanya infeksi.
Kompres es di pipi yang bengkak sangat membantu untuk mengurangi edema dan mempercepat proses
pembekuan darah. Kompres es dilakukan sesering mungkin selama 2 hari pasca operasi.
6. TRISMUS
Trismus dapat terjadi akibat inflamasi pada otot mastikasi.
Pada prosedur ekstraksi, trismus terjadi akibat injeksi berulang dari anestesi local, khususnya jika injeksi berpenetrasi ke otot.
Otot yang terlibat yaitu otot medial pterygoid yang mungkin terkena saat inferior alveolar nerve block.
Prosedur od juga seringkali menyebabkan trismus karena adanya respon inflamasi jaringan terhadap prosedur pembedahan
yang meluas hingga ke otot mastikasi.
Trismus biasanya tidak berat dan tidak menghambat aktivitas pasien. Namun, pasien harus diperingati sebelumnya saat
informed consent.

7. KONTROL INFEKSI
Infeksi umumnya terjadi pada pasien yang mengalami penurunan system imun. Antibiotik preoperative dan postoperative
perlu diberikan untuk pasien dengan imunitas yang lemah.
Tanda khas infeksi pasca operasi : demam, edema dan nyeri semakin parah di hari ke-3 dan 4 pasca operasi, area luka
yang dioperasi menunjukkan gejala inflamasi, kadang ditemukan purulensi.

8. FOLLOW-UP PASIEN
Kunjungan pasca operasi biasanya dilakukan setelah 1 minggu.
Pembukaan jahitan juga dilakukan 1 minggu setelah pembedahan.
Bila timbul gejala-gejala infeksi atau dry socket (seperti nyeri hilang di hari pertama, tapi meningkat di hari ketiga/empat
disertai bengkak) pasien dapat melakukan kunjungan secepatnya (kurang dari seminggu).
KOMPLIKASI ODONTEKTOMI
BLEEDING
Perdarahan yang terjadi dapat diminimalisir dengan teknik pembedahan yang baik dan menghindari
pembukaan flap yang berlebih dan trauma pada jaringan lunak disekitar area pembedahan.
Ketika pembuluh darah terpotong, perdarahan yang terjadi harus segera ditutup untuk menghindari
terjadinya perdarahan sekunder.
Cara paling efektif untuk mencapai keadaan hemostatis ketika terjadi perdarahan adalah dengan
menggunakan moist gauze pack secara langsung menutupi area perdarahan dengan penekanan (pasien
diinstruksikan untuk menggigit moist gauze pack)
Pada bebebrapa pasien, keadaan hemostatis sulit dicapai, oleh karena itu cara lain untuk menghentikan
perdarahan adalah dengan oversuturing atau dengan pemakaian topical thrombin pada sponge gelatin yang
dimasukkan ke dalam soket. Pada keadaan lain, microfibliar collagen dapat pula digunakan untuk memicu
formasi pembekuan darah.
HEMATOMA
Pada kasus ini, akumulasi darah akan terkumpul didalam jaringan, tanpa ada jalan keluar karena luka telah dijahit.
Perawatan: jika hematoma baru terbentuk beberapa jam, maka manajemen yang dapat dilakukan adalah dengan
mengkompres secara ekstraoral dengan es selama 24 jam pertama. Dapat juga ditambahkan dengan antibiotik dan
analgesik untuk mengurangi sakit.

PEMBENGKAKAN
Penggunaan kortikosteroid dapat membantu mengurangi pembengkakan yang terjadi.
Penggunaan ice packs juga dapat meningkatkan kenyamanan pasien (walaupun tidak berpengaruh untuk mengurangi
bengkak).
Pembengkakan akan berkurang di hari kedua pasca pembedahan dan berangsur-angsur sembuh hingga hari ke 5-7 hari
pasca bedah.

STIFFNESS
Kesulitan saat membuka mulut akibat kejang pada otot mastikasi.
Kejang ini daat disebabkan oleh cedera pada otot pterigoid mesial yang diakibatkan oleh suntikan (injeksi berulang
pada blok nervus alveolar inferior) atau oleh trauma pada bedah. Sama dengan pembengkakan, trismus akan berkurang
di hari kedua dan sembuh pada hari kelima atau ketujuh pasca odontektomi.
PAIN
Rasa sakit yang timbul pasca odontektomi terjadi ketika pengaruh dari anestesi lokal sudah hilang (12 jam pasca
operasi). Analgesik harus diberikan sebelum efek obat anestesi lokal menghilang, yang sering diberikan adalah
kombinasi kodein, kodein kongeners atau oxycodone dengan asam asetilsalisilat atau acetominophen. Dengan
begitu, rasa sakit akan lebih mudah dikontrol dan mengindari dosis atau obat analgesik yang lebih potent. Rasa
sakit pasca operasi bergantung pada lamanya waktu operasi, sama juga dengan trismus dan pembengkakan.

INFEKSI
Komplikasi yan terjadi terkait pasca odontektomi adalah infeksi. Insidensi terjadinya infeksi pasca bedah sangat
jarang, berkisar 1-3% dan merupakan komplikasi minor. 50% kejadian infeksi merupakan localized subperiosteal
abcess yang terjadi 2-4 minggu pasca odontektomi. Hal ini biasanya disebabkan karena debris yang tertinggal
dibawah mucoperiosteal flap dan dapat ditangani dengan surgical debridement dan drainase. Resiko timbulnya
infeksi ini dapat diminimalisir dengan pemberian antibiotik profilaksis (sebagai perawatan prabedah).

FRAKTUR
Komplikasi dapat terjadi dalam situasi:
Ketika kortikal plate bukal atau lingual serta daerah ujung akar gigi posterior maksilla terkikis. Dalam hal ini akar
atau tip akar mudah terpindah saat melakukan gerakan luksasi ke jaringan lunak bukal atau dasar mulut atau di
antara tulang dan mukosa sinus maksillaris.
Pada kasus perforasi tulang akibat dari percobaan terus menerus dari pemindahan tip akar.
ALVEOLAR OSTEITIS
Terbentuknya jaringan granulasi. Fibrinolisis biasanya terjadi pada hari ketiga dan keempat pasca operasi dan pasien akan mengalami sakit dan
malodor. Fibrinolisis dapat diakibatkan oleh saliva atau bakteri. Peranan bakteri dapat dibuktikan secara empiris melalui fakta bawa pemberian
antibiotik profilaksis sebelum odontektomi dapat mengurangi insidensi terjadinya dry socket hingga 50-75%. Pasien yang merokok atau pada pasien
wanita yang minum pil kontrasepsi memiliki potensi terjadinya dry socket yang lebih tinggi dari biasanya.

DISLOKASI TEMPOROMANDIBULAR JOINT


Komplikasi ini terjadi ketika prosedur bedah yang lama dilakukan pada pasien yang memiliki mandibular fossa yang dangkal, artikularis anterior
tuberkel yang rendaahm dan kepala prosesus kondilar yang bulat. Pada dislokasi unilateral, terjadi deviasi ke arah yang normal, sedangkan pada
dislokasi bilateral, mandibula meluncur ke posisi prognatik.
Pasien tidak dapat menutup mulut (terjadi open bite) dan gerakannya menjadi terbatas. Untuk menghindarinya, mandibula harus didukung secara kuat
selama proses ekstraksi dan pasien tidak boleh membuka mulutnya terlalu lebar, terutama pasien dengan riwayat habitual temporomandibula joint
luxation. Penanganan:
Segera setelah terjadi dislokasi, ibu jari ditempatkan pada permukaan oklusal gigi sedangkan gigi lainnya mengelilingi badan mandibula di kiri dan kanan.
Kemudian berikan tekanan dengan ibu jari ke bawah dan secara simultan berikan tekanan ke arah posterior atas dengan menggunakan jari-jari lainnya hingga kondilus
kembali ke posisinya.
Setelah reposisi, pasien harus membatasi pergerakan mandibula. Ketika luksasi ini merupakan habitual, mandibula biasanya terreposisi secara spontan.

NERVE DISTURBANCES
Injuri saraf umumnya terjadi pada nervus alveolaris inferior, mentalis, dan lingualis. Trauma saraf umumnya menyebabkan gangguan sensori:
Anesthesia atau hypesthesia: hilangnya atau berkurangnya area sensasi
Paresthesia: sensasi subyektif seperti terbakar, rasa sakit tajam menusuk, dan mati rasa.
Dysesthesia: sensasi abnormaal yang tidak menyenangkan terhadap stimulus normal, misalnya sensasi terbakar meski dengan sentuhan halus.
THANK YOU

Anda mungkin juga menyukai