Anda di halaman 1dari 26

KEPERAWATAN GERONTIK

DIMENSI SPIRITUAL PADA


LANSIA

Disusun Oleh:
Aisiyah Iman Brilian (010114A004)
Erika Risnamingtyas (010115A037)
Sahrul (010115A107)
Defisini
Spiritual adalah keyakinan dalam
hubungannya dengan Yang Maha Kuasa
dan Maha Pencipta (Hamid, 1999).
Pengertian spiritual adalah kebutuhan
dasar dan pencapaian tertinggi seorang
manusia dalam kehidupannya tanpa
memandang suku atau asal-usul.
Kebutuhan dasar tersebut meliputi:
kebutuhan fisiologis, keamanan dan
keselamatan, cinta kasih, dihargai dan
Karakteristik Spiritual :
Adapun karakteristik spiritualitas menurut
Hamid (2002) meliputi :

Hubungan dengan diri sendiri


Hubungan dengan orang lain
Hubungan dengan alam
Hubungan dengan Tuhan
Faktor yang Mempengaruhi
Spiritual
Menurut Taylor dan Craven & Hirnle dalam
Hamid (2002), faktor penting yang dapat
mempengaruhi Spiritual seseorang adalah:

1. Tahap perkembangan
2. Peranan keluarga penting dalam
perkembangan
3. Latar belakang etnik dan budaya
4. Pengalaman hidup sebelumnya
5. Krisis dan perubahan
6. Terpisah dari ikatan spiritual
7. Isu moral terkait dengan terapi
Kehilangan Versus Harapan
Konsep kehilangan masuk kedalam proses penuaan, sejalan dengan
penurunan kumulatif dalam hal mental, fisik, dan sosial. Kehilangan adalah
satu kata yang paling menyimpulkan masalah-masalah usia tua, yang
meliputi kehilangan pekerjaan, waktu, harga diri, martabat pribadi,
kesehatan fisik, kontak sosial, peran, pendapatan, barang, ketajaman
mental, energi, dan kehilangan kehidupan itu sendiri yang tidak dapat
dihindari.
Kehilangan dinyatakan sebagai deprivasi yang berkaitan dengan status
masa lalu, sekalipun intensitas kehilangan tersebut bergantung pada
sistem nilai seseorang. Jika frekuensi dan intensitas kehilangan semakin
cepat, maka orang tersebut akan kurang mampu beradaptasi dan
berintergrasi, yang oleh karena itu, membahayakan kesehatan mental dan
fisiknya.
Peran Perawat dalam Spiritualitas (Sofia Rhosma, 2014)
1. Pengkaji
Pengkajian spiritual mencakup pengumpulan informasi tentang
riwayat spiritual dan status saat ini dan menganalisis signifikansi dari
hasil tersebut.
2. Teman Sejalan
Kebutuhan terpenting bagi lansia adalah seseorang merawatnya
sebagai individu. Perawat yang mengasuh harus menyediakan waktu
untuk lansia, membiarkan mereka menjadi diri mereka sendiri, dan
mengenal nilai mereka sebagai individu. Mungkin hadiah terbesar
dapat diberikan seseorang kepada lansia adalah waktu.
3. Advokat
Peran advokasi perawat untuk lansia meliputi mendapatkan sumber-
sumber spiritual berdasarkan latar belakang klien yang unik.
4. Pemberi Asuhan
5. Manajer Kasus
6. Peneliti
Manifestasi Perubahan Fungsi
Spiritual
Manifestasi perubahan fungsi spiritual menurut
Taylor & Craven (1997) dalam Dwidiyanti
(2008)

1. Verbalisasi distress
2. Perubahan perilaku
Ekspresi Kebutuhan Spiritual Adaptif & Maladaptif
Proses Keperawatan dalam Pemenuhan
Spiritualitas
A. Pengkajian
Pada dasarnya informasi awal yang perlu digali adalah:

1. Alifiasi nilai
Partisipasi klien dalam kegiatan agama apakah dilakukan secara aktif
atau tidak
Jenis partisipasi dalam kegiatan agama

2. Keyakinan agama dan spiritual


Praktik kesehatan : diet, mencari dan menerima ritual atau upacara
agama
Strategi koping

3. Nilai agama atau spiritual, mempengaruhi:


Tujuan dan arti hidup
Tujuan dan arti kematian
Kesehatan dan arti pemeliharaan
Hubungan dengan Tuhan, diri sendiri dan orang lain
Diagnosa Keperawatan (NANDA, 2015 )

1. Distress spiritual
2. Koping inefektif
3. Ansietas
4. Disfungsi seksual
5. Harga diri rendah
6. Keputusasaan
Perencanaan (NOC, 2016) (NIC, 2016)
1. Distress spiritual b.d anxietas
Definisi : gangguan pada prinsip hidup yang meliputi semua aspek dari seseorang
yang menggabungkan aspek psikososial dan biologis
NOC :
Menunjukkan harapan
Menunjukkan kkan kesejahteraan spiritual:
Berarti dalam hidup
Pandangan tentang spiritual
Ketentraman, kasih sayang dan ampunan
Berdoa atau beribadah
Berinteraksi dengan pembimbing ibadah
Keterkaitan denganorang lain, untuk berbagi pikiran, perasaan dan kenyataan
Klien tenang
NIC :
Kaji adanya indikasi ketaatan dalam beragama
Tentukan konsep ketuhanan klien
Kaji sumber-sumber harapan dan kekuatan pasisien
Dengarkan pandangan pasien tentang hubungan spiritiual dan kesehatan
Berikan prifasi dan waktu bagi pasien untuk mengamati praktik keagamaan
Kolaborasi dengan pastoral
1. Koping inefektif b.d krisis situasi
Definisi : ketidakmampuan membuat penilaian yang tepat terhadat
stressor, pilihan respon untuk bertindak secara tidak adekuat dan
atau ketidakmampuan menggunakan sumber yang tersedia
NOC:
Koping efektif
Kemampuan untuk memilih antara 2 alternatif
Pengendalian impuls : kemampuan mengendalikan diri dari prilaku
kompulsif
Pemrosesan informasi : kemampuan untuk mendapatkan dan
menggunakan informasi
NIC :
Identifikasi pandangan klien terhadap kondisi dan kesesuaiannya
Bantu klien mengidentifikasi kekuatan personal
Peningkatan koping:
Nilai kesesuaian pasien terhadap perubahan gambaran diri
Nilai dampak situasi kehidupan terhadap peran
Evaluasi kemampuan pasien dalam membuat keputusan
Anjurkan klien menggunakan tehnik relakssi
Berikan pelatihan ketrampilan sosial yang sesuai
Libatkan sumber sumber yang ada untuk mendukung pemberian
pelayanan kesehatan.
Pelaksanaan
Dilaksanakan sesuai dengan NIC yang telah ditentukan

Evaluasi
Evaluasi dengan melihat NOC yang telah ditentukan,
secaara umum tujuan tercapai apabila klien ( Hamid,
1999)
Mampu beristirahat dengan tenang
Menyatakan penerimaan keputusan moral
Mengekspresikan rasa damai
Menunjukkan hubungan yang hangat dan terbuka
Menunjukkan sikap efektif tanpa rasa marah, rasa berslah
dan ansietas
Menunjukkan prilaku lebih positif
Mengekspresikan arti positif terhadap situasi dan
keberadaannya
Koping pada Loss, Grieving, Dying, and
Death
1. Kehilangan
Kehilangan pribadi adalah segala kehilangan yang dialami seseorang
secara jelas dan membutuhkan terapi untuk beradaptasi dalam
proses pemulihannya. Pasien kemungkin akan mengalami kehilangan
maturasional (kehilangan yang dialami seseorang untuk yang
pertama kalinya). Kehilangan situasional(kehilangan orang yang
dicintai yang terjadi secara tiba-tiba atau kematian mendadak).

Kehilangan dikelompokan dalam 5 kategori :


1. Kehilangan objek eksternal
2. Kehilangan lingkungan yang telah dikenal
3. Kehilangan orang terdekat
4. Kehilangan aspek diri
5. Kehilangan hidup
2. Dukacita, berkabung, dan kehilangan karena kematian

Kehilangan karena kematian adalah suatu keadaan, pikiran,


perasaan, dan aktivitas yang mengikuti kehilangan. Dukacita
adalah proses mengalami reaksi psikologis, sosial dan fisik
terhadap kehilangan yang di persepsikan (Rando, 1991).

Berkabung adalah proses kehilangan yang mencakup upaya


untuk melewati dukacita.

Dukacita mencakup pikiran, perasaan, dan perilaku. Tujuan


dukacita adalah untuk mencapai fungsi yang lebih efektif
dengan mengintegrasikan kehilangan kedalam pengalaman
hidup seseorang. pencapaian ini membutuhkan waktu dan
upaya.
Respon dukacita khusus : dukacita adaptif dan
dukacita terselubung

Dukacita adaptif termasuk proses berkabung, koping, interaksi,


perencanaan dan pengenalan psikosoial. hai ini dimulai dalam
memproses terhadap kesadaran tentang suatu ancaman
kehilangan dan pengenalan tentang kehilangan yang berkaitan
dengan masa lalu, saat ini, dan masa mendatang.

Dukacita terselubung terjadi ketika seseorang mengalami


kehilangan yang tidak atau tidak dapat dikenali, rasa berkabung
yang luas, atau didukung secara sosial. konsep mengenali bahwa
masyarakat mempunyai serangkaian norma mengenai aturan
dukacita yang berupaya yang mengkhususkan siapa, kapan,
dimana, bagaimana, berapa lama, dan kepada siapa orang harus
berduka.
Konsep dan Teori berduka
Dukacita adalah respon normal terhadap setiap kehilangan. perilaku dan
perasaan yang berkaitan dengan proses berduka terjadi pada individu
yang menderita kehilangan seperti perubahan fisik atau kematian teman
dekat. proses ini juga terjadi ketika individu menghadap kematian mereka
sendiri. seseorang yang mengalami kehilangan, keluarganya, dan
dukungan sosial lainnya juga mengalami dukacita.

1. Teori Engel
Teori ini mengajukan proses berduka mempunyai 3 fase :
a. Fase I (shock dan tidak percaya)
b. Fase II (berkembangnya kesadaran)
c. Fase III (realitas kehilangan)
Tahapan menjelang ajal menurut Kubler-Ross

Penyangkalan (Denial)
Kemarahan (Anger)
Depresi (Depression)
Penerimaan (Acceptance)
Penawaran (Bargaining)
Fase berduka menurut Rando
Penghindaran
Konfrontasi
Akomodasi
Diagnosa Keperawatan Dan Dukacita

1. Pengkajian
Perawat menganalisa terlebih dahulu apakah keluarga pasien
bersedia dilibatkan dalam perawatan pasien yang menjelang ajal.
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pengkajian antara lain:
a. Karakteristik personal
b. Peran jenis kelamin
c. Sifat Hubungan
d. Sifat Pendukung Sosial
e. Sifat Kehilangan
f. Keyakinan Spiritual dan Budaya
g. Kehilangan Tujuan Hidup Pribadi
h. Harapan
i. Fase Duka Cita
j. Dukacita Klien Menjelang Ajal dan Keluarganya
k. Faktor Risiko Terhadap Orang Yang Ditinggal
l. Dukacita Perawat
Evaluasi

Asuhan keperawatan untuk keluarga pasien


yang berduka dan pasien yang menjelang ajal
dapat didasarkan pada perubahan sikap yang
dapat diketahui melalui proses berkabung.
Perawat pasien menjelang ajal harus mendata
kembali kenyamanan,penyakit dan kondisi
tubuh pasien.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai