ASMA BRONCHIALE
Diana K.J. , Teguh Widjaja, L.K. Liana, Johan Lucianus
http://fk.unsoed.ac.id/sites/default/files/img/mo
dul%20labskill/modul%20B3/Modul%20B3%20-
%20Pemeriksaan%20Saraf%20Kranialis.pdf
ANATOMI SALURAN PERNAFASAN
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
7
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
Sistem Respirasi Bagian Atas
Hidung
Rongga hidung
Sinus
Faring
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
Sistem Respirasi Bagian
Bawah
Laring
Trakea
Bronkus dan cabang-
cabangnya
Paru-paru
Bronkus dan cabang-cabangnya
Trakea akan bercabang menjadi
2, membentuk bronkus
Bronkus dibagi menjadi 3 ;
Bronkus primer / Bronchus
principales
Bronkus sekunder / Bronchus
lobares
Bronkus tersier / Bronchus
segmentales
HISTOLOGI SALURAN
PERNAFASAN
diFiores Atlas of Histology. 11th Edition.
Histologi Saluran Pernafasan
Saluran pernafasan mempunyai dinding yang dilapisi epitel yang
tumbuh dari endoderm.
Dinding saluran pernafasan terdiri dari lapisan-lapisan:
Epitel umumnya epitel respirasi (epitel silindris bertingkat bersilia dan
bersel Goblet)
Lamina propria mengandung kelenjar mukosa & cartilago untuk
melindungi saluran dari kolaps
Otot polos untuk mengatur diameter lumen
Tunika adventitia mengandung serabut kolagen + elastis
Trakhea
Epitel Epitel respirasi
Lamina propria Jaringan pengikat yang tersusun jarang dan
mengandung banyak serabut elastis.
Tunika submukosa Terdapat lamina elastika dan glandula trachealis
Tunika adventitia Tulang rawan hyalin dan jaringan pengikat kolagen
Bronkus
Tunika mukosa bronkus tampak berkelok kelok, dilapisi oleh
epitel respirasi
Lamina propria jaringan pengikat padat yang mengandung
banyak serabut elastis, kolagen, dan retikuler, juga
mengandung kelenjar campur dan cartilago hyalin
Tunika submukosa Terdapat nodulus limfatikus dan limfosit
Tunika adventitia Jaringan pengikat padat
Bronkiolus
Epitel respirasi tetapi hanya sedikit
terdapat sel goblet.
Lamina propria tipis dan
mengandung serabut elastis.
Dibawah nya terdapat otot polos
yang berjalan sirkuler .
Tidak ditemukan kelenjar maupun
lempeng cartilago.
Bronkiolus Terminalis
Epitel selapis silindris /
kuboid bercilia tanpa sel
goblet
Lamina propria (otot polos
tipis)
Epitel mengandung clara
cell
Bronkiolus Respiratorius
Epitel selapis silindris
bersilia tanpa sel
goblet
Epitel tidak
mengandung clara cell
Hipersensitivitas tipe 1
Hipersensitivitas Tipe 1
Alergen yang berperan = pollen, serpihan kulit binatang, makanan,
obat, debu.
Mempunyai 3 fase:
1. Fase sensitasi : merupakan pajanan pertama.
2. Fase aktifasi: merupakan pajanan kedua.
3. Fase efektor: saat mediator-mediator menghasilkan efek pada
tubuh.
Fase Sensitasi
Penjelasan
Allergen pertama kali ditangkap oleh
makrofagmakrofag lalu memotongnya (menjadi
epitopes) dan dipresentasikan oleh APC dan berikatan
dengan MHC klas II pada CD4+ T cell.
CD 4+ T cell berubah menjadi sel TH2 sel TH2 akan
mengeluarkan IL-4, IL-3, IL-5, dan GM-CSF.
IL-4 akan merangsang sel B IgE untuk mengeluarkan
antibodyantibody IgE akan berikatan dengan
reseptor IgE Fc pada sel mast.
Terjadi pengeluaran mediator-mediator dari sel mast
Terjadi respon awal (vasodilatasi, kebocoran dari
vaskuler ke jaringan sekitar dan spamse otot polos).
Aktifasi Degranulasi
Aktifasi sitokin
fosfolipase A2 sel mast
Merangsang Infiltrasi
Histamin leukosit
sintesis PGD2 &
Protease Kerusakan
leukotrin
epitel
Bronkospas
Reaksi me
immediate
Inflamasi
kronis
ASMA BRONKHIALE
Definisi
Global Iniative for Asthma (GINA) tahun 2014
Asma adalah penyakit heterogen, selalu dikarakteristikkan dengan inflamasi
kronis di saluran napas. Terdapat riwayat gejala respirasi seperti mengi, sesak,
rasa berat di dada dan batuk yang intensitasnya berbeda-beda berdasarkan
variasi keterbatasan aliran udara ekspirasi.
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI)
Asma adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak
sel dan elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif
jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak
napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama malam dan atau dini hari.
Episodik tersebut berhubungan dengan obstruksi jalan napas yang luas,
bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
Etiologi
Menginduksi terjadinya asma
Infeksi : infeksi virus, sinusitis, bronchitis
Alergen : Debu, bulu binatang, jamur
Menginduksi terjadinya gejala asma
Iritasi inhaler : parfum, asap rokok, udara dingin, polusi udara
Mekanisme pemicu : emosi, aktivitas fisik
Stress psychology
Obat-obatan
Faktor Risiko
Faktor Pejamu
Prediposisi genetik
Atopi/ alergi
Hiperesponsif jalan napas
Jenis kelamin
Ras/ etnik
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf
Faktor Risiko (Cont..)
Faktor Lingkungan (Mempengaruhi berkembangnya asma pada
individu dengan predisposisi asma)
Alergen di dalam ruangan Polusi udara
Mite domestik Polusi udara di luar ruangan
Alergen binatang Polusi udara di dalam ruangan
Alergen kecoa Infeksi pernapasan
Jamur (fungi, molds, yeasts) Infeksi parasit
Alergen di luar ruangan Status sosioekonomi
Tepung sari bunga
Besar keluarga
Jamur (fungi, molds, yeasts)
Diet dan obat
Bahan di lingkungan kerja
Obesiti
Asap rokok
Perokok aktif
Perokok pasif
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf
Faktor Risiko (Cont..)
Faktor Lingkungan (Mencetuskan eksaserbasi dan atau
menyebabkan gejala-gejala asma menetap)
Alergen di dalam dan di luar ruangan
Polusi udara di dalam dan di luar ruangan
Infeksi pernapasan
Exercise dan hiperventilasi
Perubahan cuaca
Sulfur dioksida
Makanan, aditif (pengawet, penyedap, pewarna makanan), obat-obatan
Ekspresi emosi yang berlebihan
Asap rokok
Iritan (a.l. parfum, bau-bauan merangsang, household spray)
http://www.klikpdpi.com/konsensus/asma/asma.pdf
Klasifikasi
Berdasarkan etiologi :
1. Asma Instrinsik (cryptogenic)
Asma yang tidak disebabkan oleh faktor alergen / faktor lingkungan
Co: karena stress
2. Asma Ekstrinsik
Asma yang berhubungan dengan alergi
Klasifikasi (cont..)
Asma berdasarkan pola waktu terjadi serangan :
1) Asma intermiten : pada jenis ini serangan asma timbul kadang kadang.
Diantara dua serangan, nilai APE normal, tidak terdapat atau hanya ada
hipereaktivitas bronkus yang ringan
2) Asma persisten : terdapat variabilitas APE antara siang dan malam,
serangan sering terjadi, dan terdapat hipereaktivitas bronkus. Pada
beberapa penderita asma persisten yang berlangsung lama, faal paru
tidak pernah kembali normal meskipun diberikan pengobatan
kortikosteroid yang intensif.
3) Brittle asma : Penderita jenis ini mempunyai saluran nafas yang sensitive,
variabilitas obstruksi saluran nafas dari hari ke hari sangat ekstrim.
Penderita mempunyai risiko untuk eksaserbasi tibatiba yang berat dan
mengancam jiwa.
Klasifikasi berdasarkan terkontrol tidaknya penyakit
Klasifikasi berdasarkan ringan sedang berat nya penyakit
Epidemiologi
Data studi survei kesehatan rumah tangga (SKRT): Asma merupakan
sepuluh besar penyebab morbiditi dan mortaliti di Indonesia.
Di AS, sekitar 5-8% penduduknya menderita asma
Global Ashtma Report 2014: 334 juta orang di dunia menderita asma.
Dan 250.000 kematian disebabkan oleh penyakit tersebut setiap
tahun
Penderita asma di seluruh dunia meningkat setiap tahun, prevalensi
keseluruhan diperkirakan meningkat 100 juta pada tahun 2025.
Insidensi
anak laki > anak perempuan
Setelah pubertas: wanita > pria
80% asma adalah herediter
8% populasi di AS dengan gejala asma, sebagian besar beronset pada
usia <25 tahun
Risiko asma pada anak di daerah pedesaan < daerah perkotaan
Patgen patfis asma
PATOGENESIS
Faktor genetik Faktor Lingkungan
Pajanan pertama
IL-4
Antigen/allergen
akan ditangkap APC IL-13
Merangsang reaksi sel B
terhadap allergen APC melalui MHC class II Bekerja pada sel
Merangsang terbentuknya nantinya akan menyodorkan epitel saluran nafas
IgE ke permukaan pada limfosit T CD4 untuk produksi
mukus
Berikatan dengan Aktivasi TH2
reseptor FcRI pada sel
mast Mengaktifkan Hiperresponsive dari
IL-5 eosinofil bronkial
Apabila ada pajanan kedua
memicu terjadinya degranulasi
sel mast
Pajanan Kedua
Obstruksi ASMA
saluran nafas
PATOFISIOLOGI ASMA
Batuk berdahak
Inflamasi paru-paru
( stres oksidatif, sitokin inflamasi,
fungsi protease )
Menimbulkan
kerusakan pada Kerusakan proteolitik pada
bronkus parenkim paru
Inflamasi Penyoko-
Kerusaka
sel Proliferasi Elastisitas ng Pembesaran
n epitel
inflamasi sel goblet saluran struktur alveoli
, produksi saluran
(contoh: pernafasan saluran secara
pernafas
neutrofil) mukus pernafasa permanen
an
n
Inflamasi Penyokong
Proliferasi Kerusakan Elastisitas struktur
sel Pembesaran
sel goblet , epitel saluran saluran
inflamasi alveoli
produksi saluran pernafasan pernafasan
(contoh: secara
mukus pernafasan
neutrofil) permanen
http://calgaryguide.ucalgary.ca/wp-
content/uploads/2014/09/COPD-Pathogenesis.jpg
PATOFISIOLOGI PPOK
Penyakit Paru Obstruktif Kronis
Hoovers
sign
Obstruksi saluran
pernafasan
Pada ekspirasi tekanan (+)
pd pleura menekan Ventilasi alveoli
saluran pernafasan
obstruksi
hipoksemia
Aliran turbulen
Otot respirasi pada saluran yang
harus bekerja menyempit Penurunan perfusi
keras untuk (terdengar pada pada jaringan tubuh
bernafas auskultasi )
Fatigue
Expiratory
Dyspnea
wheeze
Batuk kronik
dengan sputum
http://calgaryguide.ucalgary.ca/copd-clinical-findings/
GEJALA KLINIS PPOK
Dyspnea
Expiratory wheeze
Ekspirasi memanjang
Nafas cepat & dangkal
Barrel chest
Fatigue
Batuk dengan sputum
http://calgaryguide.ucalgary.ca/copd-clinical-findings/
Analisis Masalah, DD, DB, DK
Analisis Masalah
ANAMNESIS
Ny. A, 58 tahun insidensi
KU : sesak napas (dyspnoe) disertai batuk berdahak (karena inflamasi) DD/ asma
bronkhiale dan PPOK
Sesak napas sejak 2 hari karena kehujanan Faktor pencetus terjadinya dispnoe karena
udara dingin/cuaca
Pasien berkata-kata berhenti setiap kalimat suspek asma bronkhiale serangan akut sedang
Lebih nyaman pada posisi duduk dibandingkan berbaring karena venous return meningkat
menyebabkan aliran darah ke paru meningkat suspek asma bronkhiale serangan akut
sedang
Sering sesak napas jika udara dingin atau kelelahan faktor pencetus
Sering sesak napas sejak kecil menandakan penyakit kronis
Frekuensi sesak semakin sering terutama 2 tahun terakhir progresivitas
3 bulan terakhir sesak napas datang setiap hari suspek asma bronkhiale tidak terkontrol
Analisis Masalah
Dyspnoe memberat pada malam hari atau saat udara dingin atau pasien kelelahan faktor
pencetus
Sesak napas hampir setiap malam nocturnal symptom suspek asma bronkhiale tidak
terkontrol
Aktivitas terganggu karena dyspnoe suspek asma bronkhiale tidak terkontrol
3 bulan terakhir pasien rutin meminum obat dari hasil kontrol poliklinik, mendapat 4 jenis
obat namun tidak tahu nama obatnya
RPD : dirawat 3 kali dalam setahun karena asma
RPK : kakek mempunyai penyakit asma suspek etiologi ec faktor genetik
Kebiasaan : tidak merokok singkirkan DD/ PPOK
Riwayat alergi : alergi debu faktor pencetus
Usaha berobat : belum ada
Analisis Masalah
PEMERIKSAAN FISIK :
KU : compos mentis, dyspnoe karena bronkokonstriksi, berkeringat
BB : 57 kg
BMI = 23,725 over weight FR
TB : 155 cm
TD : 120/80mmHg
Nadi : 120x/menit tachycardia kompensasi sesak
Respirasi : 38x/menit tachypnoe kompensasi sesak
Temperatur : 36,8C
Kepala : Mata : DBN
Telinga : DBN
Hidung : tampak pernapasan cuping hidung menandakan dyspnoe berat
Mulut : DBN
Analisis Masalah
Leher : Retraksi suprasternal (+) kompensasi untuk mempertahankan hiperinflasi agar saluran
nafas tetap terbuka dan pertukaran gas berjalan lancar
Trakea : DBN
KGB : DBN
JVP : tidak meningkat DBN
Toraks :
Pulmo : Inspeksi : bentuk & pergerakan simetris kanan=kiri, retraksi sela iga -/-
Palpasi : Tactile Fremitus kanan=kiri
Perkusi : sonor kanan=kiri
Auskultasi : suara nafas : ekspirasi memanjang kanan=kiri kehilangan kemampuan
elastic recoil
VBS, wheezing expiratoir kanan=kiri akibat bronkokostriksi & oedem
saluran napas
Ronki tidak ada
Cor : batas jantung normal. Bunyi jantug S1, S2, regular. Murmur (-) DBN
Analisis Masalah
Abdomen : DBN
Ekstremitas : DBN
Laboratorium
Hb : 14,5 g/dL DBN
Ht : 41,5% DBN
Leukosit : 16300/mm3 leukositosis
LED : 20mm/1jam karena ada inflamasi
HJ : 0/10/2/60/26/1 eosinofilia
Urine rutin : tak ada kelainan DBN
Dasar Diagnosis
Anamnesis :
Ny. A, 58 tahun
Dyspnoe disertai batuk berdahak
Dyspnoe karena kehujanan
Berkata-kata berhenti setiap kalimat
Lebih nyaman pada posisi duduk dibandingkan berbaring
Frekuensi dyspnoe semakin sering terutama 2 tahun terakhir
3 bulan terakhir dyspnoe datang tiap hari, memberat pada malam hari/udara dingin/kelelahan
Dyspnoe hampir setiap malam
Aktivitas fisik terganggu
RPD : dirawat 3 kali aarena asma
RPK : kakek punya penyakit asma
Tidak merokok
Alergi debu
Dasar Diagnosis
Pemeriksaan Fisik :
Dyspnoe
Over weight
Tachycardi
Tachypnoe
Pernapasan cuping hidung
Retraksi suprasternal (+)
Ekspirasi memanjang
Wheezing expiratoir
Pemeriksaan Laboratorium :
Leukositosis
LED meningkat
Eosinofilia
Diagnosis Banding
Secara umum :
Asma bronkhiale
PPOK
Pada kasus :
Suspek asma bronkhiale serangan akut sedang pada asma tidak
terkontrol
Suspek asma bronkhiale serangan akut berat pada asma tidak
terkontrol
Diagnosis Banding
COPD Asthma
Onset in midlife Early
Etiology Long smoking/exposure to Family history of
environment pollution allergy/asthma
Airflow limitation Not fully reversible Reversible
First line med Inhaled long acting Inhaled Corticosteroid
bronchodilator Inhaled short acting
bronchodilator
Diagnosis Banding
ASMA PPOK
TIMBUL PADA USIA MUDA ++ -
RIWAYAT MEROKOK +/- +++
SESAK & MENGI +++ +
BERULANG
Interpertasi
Hasil Spirometri
Volume dinamik
RESTRIKSI OBSTRUKSI
NO
YES
Detailed history/examination
for asthma
History/examination supports
asthma diagnosis?
Further history and tests for
NO alternative diagnoses
Clinical urgency, and
YES Alternative diagnosis confirmed?
other diagnoses unlikely
Perform spirometry/PEF
with reversibility test
Results support asthma diagnosis?
Repeat on another
NO
occasion or arrange
NO
YES other tests
Confirms asthma diagnosis?
FEV1
Asthma
(after BD)
Normal
Asthma
(before BD) Asthma
(after BD)
Asthma
(before BD)
1 2 3 4 5 Volume
Time (seconds)
Note: Each FEV1 represents the highest of
three reproducible measurements
Semua tahapan : Bila tercapai asma terkontrol, pertahankan terapi paling tidak 3 bulan, kemudian turunkan bertahap sampai mencapai
terapi seminimal mungkin dengan kondisi asma tetap terkontrol
Tabel 14. Tujuan penatalaksanaan asma jangka panjang
Tujuan: Tujuan:
Asma yang terkontrol Mencapai kondisi sebaik mungkin
Menghilangkan atau meminimalkan Gejala seminimal mungkin
gejala kronik, termasuk gejala malam
Membutuhkan
Menghilangkan/ meminimalkan
bronkodilator seminimal mungkin
serangan
Meniadakan kunjungan ke darurat Keterbatasan aktiviti fisis minimal
gawat Efek samping obat sedikit
Meminimalkan penggunaan
bronkodilator
Aktiviti sehari-hari normal, termasuk
latihan fisis (olahraga)
Meminimalkan/ menghilangkan efek
samping obat
Is it asthma?
ASSESS the PATIENT Risk factors for asthma-related death?
Severity of exacerbation?
START TREATMENT
TRANSFER TO ACUTE
SABA 410 puffs by pMDI + spacer,
repeat every 20 minutes for 1 hour CARE FACILITY
WORSENING While waiting: give inhaled SABA
Prednisolone: adults 1 mg/kg, max.
50 mg, children 12 mg/kg, max. 40 mg and ipratropium bromide, O2,
Controlled oxygen (if available): target systemic corticosteroid
saturation 9395% (children: 94-98%)
IMPROVING
FOLLOW UP
Reliever: reduce to as-needed
Controller: continue higher dose for short term (12 weeks) or long term (3 months), depending
on background to exacerbation
Risk factors: check and correct modifiable risk factors that may have contributed to exacerbation,
including inhaler technique and adherence
Action plan: Is it understood? Was it used appropriately? Does it need modification?