Anda di halaman 1dari 56

REFLEKSI KASUS

BRPN
BRONKOPNEUMONIA

A G U S B U D I WA L U YO
30101206856
L APORAN
K ASUS
IDENTITAS
PASIEN
Nama : An. M R M
Usia : 1 tahun 5 bulan
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Alamat : Mrico Lebak RT 01/ RW 04
Tanggal Masuk : 19-05-2017
Tanggal Pulang : 22-05-2017

ORANG TUA PASIEN


Nama Ayah : Tn. S Nama Ibu : Ny. K
Usia : 36 tahun Usia : 33 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
ANAMNESIS
Dilakukan secara allo-anamnesis dengan pasien
dan ibu pasien pada tanggal 20 Mei 2017 di bangsal
Boegenvile RSUD Purwodadi:

Keluhan Utama : Sesak Nafas


Riwayat Penyakit Sekarang

Sesak napas dikeluhkan 4 hari sebelum masuk Rumah


sakit. Sesak berlangsung terus menerus dan semakin berat
setiap hari. Sebelumnya, pasien mengeluhkan batuk namun tidak
berdahak, namun lama-lama batuknya menjadi berdahak
sehingga menimbulkan sesak. Sesak napas diperberat karena
anak tidak bisa mengeluarkan dahak. Sesak diperingan jika anak
tidur pada posisi di miringkan dan banyak minum. Selain sesak
pasien juga mengeluhkan demam naik turun selama 5 hari.
Sebelum masuk RS pasien sempet dirawat di puskesmas 3 hari
yang lalu tapi tidak membaik sehingga pasien di rujuk ke RSUD
lewat Poli anak.
Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat penyakit serupa : Pernah. 4 bulan yang lalu sempat dirawat di RS
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal

Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat penyakit serupa : disangkal
Riwayat alergi /atopi : disangkal
Riwayat Batuk lama : disangkal
Riwayat Sosial Ekonomi
Ayah pasien bekerja sebagai pekerja wiraswasta dan
menanggung 1 orang istri dan 2 orang anak. Ibu pasien sebagai
ibu rumah tangga. Pasien merupakan pasien Umum.

Kesan : Keadaan sosial ekonomi cukup


Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal
Riwayat pemeriksaan :
Ibu mengaku rutin memeriksakan kehamilan di bidan 1x setiap bulan sampai
kelahiran bayi.

Riwayat penyakit selama kehamilan :


Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan

Riwayat perdarahan selama kehamilan :


Disangkal

Riwayat trauma selama kehamilan


Disangkal

Riwayat konsumsi obat :


- Minum obat warung dan jamu disangkal
- Obat yang diminum selama masa kehamilan adalah vitamin dan obat penambah darah.

Kesan : Riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.


Riwayat Persalinan
Anak Laki-laki lahir secara spontan dari ibu G2P2A0 hamil 39
minggu, berat badan lahir 3400 gram. Bayi langsung menangis dan
rawat gabung dengan ibunya.

Kesan : Noenatus aterem pervaginam normsl


Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan Anak
Pertumbuhan
BB lahir : 3400 gram
PB lahir : Ibu pasien Lupa
BB sekarang : 11 kg
TB sekarang : 78 cm
LK : 47,5 cm
Usia : 1 tahun 5 bulan
BMI : 18,08 kg/m2
Interpretasi :
BB/PB : +1 SD
BB/Usia : 0 SD
LK/Usia : 0 SD
BMI/Usia : +1 SD

KESAN : Perawakan Baik, Gizi Baik


Perkembangan :
Sudah bisa bertepuk tangan dan melampaikan tangan
Memanggil bapa dan bu ketika melihat bapak maupun ibuknya,
namun belum begitu jelas dalam pengucapannya
Anak sudah bisa berdiri tanpa pegangan selama 5-30 detik
Anak bisa menunjukkan apa yang ia inginkan, namun kadang sambil
nangis
Anak dapat mengambil benda yang kecil seperti kancing, kelereng
dan potongan biskuit mengunakan ibu jari dan jari telunjuk

Kesan: Perkembangan anak sesuai usia


Riwayat Imunisasi
Menurut ibu pasien, imunisasi dasar An. M. R. M. sudah lengkap. Imunisasi
dilakukan di bidan posyandu.
Kesan: Riwayat imunisasi dasar lengkap, tanpa disertai bukti Kartu
Imunisasi.

Riwayat Makan dan Minum Anak


ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan, ASI ekslusif sampai 6 bulan
kadang di beri susu formula. Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan
berupa pisang tapi muntah kalau di kasih, terus di beri bubur sereal susu. Jarang
konsumsi sayur dan buah.

Kesan: kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup baik

Keluarga Berencana
Tidak menggunakan KB.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan tanggal 20 Mei 2017, di bangsal
Boegenvil RSUD dr. Soedjati Purwodadi:
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis

TANDA VITAL
- Nadi : 122 x/menit, reguler, isi tegangan cukup
- RR : 42x/menit, reguler, adekuat
- Suhu : 37,8 0C
STATUS GENERALIS
Hidung : DBN
Kepala : DBN Bentuk hidung normal
Kesan mesocephal Tidak ada benjolan
Tidak ada masa maupun benjolan Warna normal seperti warna kulit
UUB datar sekitarnya
Rambut hitam tidak mudah dicabut Secret (-)
Mata : DBN Napas cuping hidung (-)
- Konjungtiva palpebra anemis (-/-) Mulut : DBN
- Sklera ikterik (-/-) Bibir kering (-)
- Mata cekung (-/-) Lidah kotor (-)
Tepi hiperemis (-)
- Reflek pupil (+/+)
Lidah tremor
- Pupil isokor Pernapasan mulut (-)
Telinga : DBN Stomatitis Angularis (-)
- Normotia Kulit : DBN
- Low set ear (-) Hipopigmentasi (-)
- Discharge (-) Hiperpigmentasi (-)
- Nyeri tarik tragus (-) Leher : DBN
- Nyeri tarik auricula (-) Pembesaran KGB (-)
- Nyeri ketok os. Mastoid (-) Trachea terdorong (-)
PARU-PARU
Inspeksi: DBN
Kemerahan (-)
Masa (-)
Hemithorax dextra dan sinistra simetris saat inspirasi dan ekspirasi
Retraksi substernal / chest indrawing (-)
Otot bantu pernapasan (-)
Palpasi : DBN
Benjolan (-)
Nyeri tekan (-)
Fremitus vocal (+/+)
Perkusi : DBN
Sonor pada lapang paru
Auskultasi :
Suara dasar vesikuler (+/+)
Ronki basah halus nyaring (+/+)
Hantaran (+/+)
JANTUNG
Inspeksi : DBN
- Pulsasi iktus kordis tak tampak
Palpasi : DBN
- Iktus kordis teraba linea midcalvicula sinistra ICS V
Perkusi : DBN
- Batas kiri bawah : ICS V linea midclavicula sinistra 2 cm ke medial
- Batas kiri atas : ICS II linea parasternal sinistra
- Batas kanan atas : ICS II linea parasternal dekstra
- Batas kanan bawah : ICS III-IV linea parasternal sinistra
Auskultasi : DBN
- Bunyi jantung I-II regular (+)
- Murmur (-)
- Gallop (-)
ABDOMEN
Inspeksi : DBN
Datar
kemerahan (-)
Masa (-)
Umbilicus (+)
Tidak tampak gerakan peristaltic usus
Auskultasi : DBN
Bising usus (+) normal 13 kali permenit
Palpasi : DBN
Supel
Tidak ada nyeri tekan
Hepar dan lien (DBN)
Perkusi : DBN
Timpani di seluruh lapang abdomen (+)
Pekak sisi (-)
Pekak alih (-)
EKSTREMITAS

Superior Inferior
Edema -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Capillary refill time < 2/ < 2 < 2/ < 2

Kesan:
Nafas Cepat
Demam
Ronki basah halus nyaring +/+
Hantaran +/+
PEMERIKSAAN PENUNJANG
LABORATORIUM
TANGGAL 20 MEI 2017
Pemeriksaan Hasil Nilai Normal
Hemoglobin 9.3 gr/dl L:13,2 17,3 gr/dl
Eritrosit 5.07/mm3 3.9 5.2 juta
3
Trombosit 409.000 150.000-400.000/mm
Leukosit 7.660 P:3600 11.000/mm3
Hitung Jenis
Eusinofil 0 1-5
Basofil 0 0-1
Batang 0 3-6
Segmen 40 25-60
Limfosit 55 25-50
Monosit 7 1-6

Kesan :
HB rendah
Trombositosis
Shift to the right
HASIL FOTO RO AP Supine
Tanggal : 20 Mei 2017
INTERPRETASI

Cor :
- CTR = 43% (N <50%)
Pulmo :
- Tampak bercak kesuraman perihiler para kardia dx dan sn
- Corakan bronkovaskular meningkat
- Tampak penebalan hilus dx
- Diafragma dx dan sn dbn
- Sinus costoprenikus dx dan sn dbn

Kesan :
- Cor tidak membesar
- Infiltrat perihiler para kardia dx dan sn disertai limfadenopati hilus dx
Suspek TB Pulmo
DAFTAR MASALAH
Anamnesis dan TTV
Sesak napas
Nafas cepat
Demam
Batuk berdahak
Pemeriksaan Fisik
Rhonki basah halus nyaring
Hantaran (+/+)
Pemeriksaan Penunjang
HB Rendah
Trombositosis
Shift to the Right
DIAGNOSIS BANDING
Bronkiolitis
TB pulmo
Bronkopneumonia

DIAGNOSIS SEMENTARA
Bronkopneumonia
INITIAL PLANING
INITIAL PLANING DIAGNOSIS :
Pemeriksaan lab Darah Rutin
Pemeriksaan Foto rongten AP Supine
INITIAL PLANING TERAPI :
Infus Kaen 4A 10 tpm
Oksigen (Kanul Binasal) 1 liter/menit
Ceftriakson Injeksi IV 600 mg 1x1 hari
Nebul Uap Ventolin & Flexotide 2x1 sehari
Mucos (Ambroxol Hcl) Syr cth 3x1 hari
Paracetamol Syr cth 3x1 PRN
Foto Terapi (jika suhu normal)
INITIAL PLANING MONITORING

1. KU : Sesak Nafas, Batuk berdahak, nafsu makan, minum


2. TTV : HR, RR, 0T
3. Thoraks :
Inspeksi :
- Retraksi selaiga, subcosta
- Menilai otot tambahan nafas
Auskultasi thoraks :
- Adakah suara rhonki dan hantaran
4. Monitor hasil laboratorium (Hb, Leukosit, trombosit)
5. Monitor balance cairan
INITIAL PLANING EDUKASI

Jelaskan kepada keluarga pasien bahwa anak mengalami peradangan pada jaringan
paru-paru yang merupakan penyebab kematian utama pada anak usia dibawah 5
tahun, sehingga butuh pengawasan dan pengobatan yang tepat.
Jelaskan kepada keluarga bahwa penyebab paling sering dari penyakit ini adalah
bakteri dan virus, atau kombinasi keduanya, sehingga lingkungan sekitar harus
dijaga kebersihannya dan awasi kontak dengan penderita yang sama
Jelaskan kepada keluarga bahwa faktor resiko penyakit ini adalah malnutrisi, ASI
tidak eksklusif, berat badan lahir rendah, imunisasi tidak lengkap dan lingkungan
yang sirkulasi udaranya tidak baik. Sehingga untuk meminimalisir kekambuhan dan
mempercepat proses penyembuhan, pasien harus ditunjang untuk mengurangi
faktor resiko yang ada
Jelaskan kepada keluarga untuk menghindarkan anak dari asap rokok
Jika anak tidak bisa mengeluarkan dahak sebaiknya anak dimiringkan kekanan atau
kekiri supaya dahak bisa keluar dan perbanyak minum air putih.
KRITERIA PEMULANGAN
Gejala dan tanda bronkopneumonia hilang
Tidak ada demam dan sesak
Ronki menurun
Masih batuk boleh pulang
Asupan peroral adekuat
Pemberian antibiotic dapat diteruskan dirumah (per oral)
Keluarga mengerti dan setuju untuk pemberian terapi dan rencana
kontrol
Kondisi rumah memungkinkan untuk perawatan lanjutan di rumah
PROGNOSIS
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN
PUSTAK A
DEFINISI
Pneumonia adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang
mengenai parenkim paru dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau
tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam interstitium. Secara
klinis pneumonia didefinisikan sebagai suatu peradangan paru yang disebabkan
oleh mikroorganisme (bakteri, virus, jamur, parasit), bahan kimia, radiasi, aspirasi,
obat-obatan dan lain-lain. Pneumonia yang disebabkan oleh mycobacterium
tuberculosis tidak termasuk. Sedang keradangan paru yang disebabkan
oleh penyebab non infeksi (bahan kimia, radiasi, obat-obatan dan lain- lain)
lazimnya disebut pneumonitis.
Secara anatomis pneumonia dibagi 3, yaitu :
1. Pneumonia lobaris
2. Pneumonia intertitialis (bronkiolitis)
3. Pneumonia lobularis (bronkopneumonia)
Bronkopneumonia merupakan radang dari saluran pernapasan
yang terjadi pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Saluran
pernapasan tersebut tersumbat oleh eksudat yang mukopurulen, yang
membentuk bercak-bercak konsolidasi di lobulus yang berdekatan.
Penyakit ini bersifat sekunder yang biasanya menyertai penyakit ispa
(infeksi salurann pernapasan atas), demam infeksi spesifik dan penyakit
yang melemahkan daya tahan tubuh. Sebagai infeksi primer biasanya
hanya dijumpai pada anak-anak dan orang tua.
ETIOLOGI
Umur Bakteri Patogen

Neonatus - E. Coli, Streptococcus group B, Listeria monocytogenes


- Klebsiella sp, Enterobacteriaceae
1-3 Bulan - Chlamydia trachomatis

Usia Prasekolah - Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae


- Haemophillus influenzae B, Streptococcus pneumoniae
- Staphylococcus aureus
Usia Sekolah - Chlamydia pneumoniae, Mycoplasma pneumoniae
- Streptococcus pneumoniae
PATOFISIOLOGI
Stadium I (4 12 jam pertama/kongesti) hiperemia
Mengacu pada respon peradangan permulaan yang berlangsung pada daerah baru yang
terinfeksi.
Hal ini ditandai dengan peningkatan aliran darah dan permeabilitas kapiler di tempat
infeksi.
Hiperemia ini terjadi akibat pelepasan mediator-mediator peradangan (histamin dan
prostaglandin) dari sel-sel mast setelah pengaktifan sel imun dan cedera jaringan.
Degranulasi sel mast juga mengaktifkan jalur komplemen
Komplemen bekerja sama dengan histamin dan prostaglandin untuk melemaskan otot
polos vaskuler paru dan peningkatan permeabilitas kapiler paru
Hal ini mengakibatkan perpindahan eksudat plasma ke dalam ruang interstisium
sehingga terjadi pembengkakan dan edema antar kapiler dan alveolus
Penimbunan cairan di antara kapiler dan alveolus meningkatkan jarak yang harus
ditempuh oleh oksigen dan karbondioksida maka perpindahan gas ini dalam darah
paling berpengaruh dan sering mengakibatkan penurunan saturasi oksigen hemoglobin.
Stadium II (48 jam berikutnya) hepatisasi merah (selama 48 jam)

Terjadi sewaktu alveolus terisi oleh sel darah merah, eksudat dan fibrin yang
dihasilkan oleh penjamu ( host ) sebagai bagian dari reaksi peradangan

Lobus yang terkena menjadi padat oleh karena adanya penumpukan leukosit, eritrosit
dan cairan

Sehingga warna paru menjadi merah dan pada perabaan seperti hepa

Stadium ini udara alveoli tidak ada atau sangat minimal

Anak akan bertambah sesak


Stadium III (3 8 hari) hepatisasi kelabu

Sel-sel darah putih mengkolonisasi daerah paru yang terinfeksi

Endapan fibrin terakumulasi di seluruh daerah yang cedera


Dan terjadi fagositosis sisa-sisa sel

Eritrosit di alveoli mulai diresorbs


Lobus masih tetap padat karena berisi fibrin dan leukosit

Warna merah menjadi pucat kelabu


Kapiler darah tidak lagi mengalami kongesti.
Stadium IV (7 11 hari) Resolusi

respon imun dan Peradangan mereda


sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh Makrofag

jaringan kembali ke strukturnya semula


DIAGNOSIS
RINGAN

BERAT
DIAGNOSIS BANDING
TATALAKSANA
RINGAN
Anak di rawat jalan
Beri antibiotik :
- Kotrimoksasol (4 mg TMP/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari Untuk pasien HIV
atau
diberikan selama 5 hari
- Amoksisilin (25 mg/kg BB/kali) 2 kali sehari selama 3 hari
Anjurkan untuk memberi makan
Kontrol 2 hari atau >cepat jika keadaan memburuk atau tidak mau minum

Pernapasannya membaik (melambat) RR, Demam Jika ada tanda pneumonia berat
Demam berkurang nafsu makan
Nafsu makan membaik tidak ada perubahan

Rawat anak di rumah sakit


Lanjutkan pengobatan Ganti ke antibiotik lini 2
sampai seluruhnya 3 hari nasihati ibu untuk kembali
2 hari lagi.
BERAT
BERAT

Ampisilin/amoksisilin (25-50 mg/kgbb/kali IV atau IM setiap 6 jam)

Dipantau dalam 24 jam selama 72 jam pertama

Respons baik Klinis memburuk < 48 jam


Atau
Keadaan yang berat :
Diberikan selama 5 hari Tidak dapat menyusu atau minum/makan
Memuntahkan semuanya
Kejang,
Terapi dilanjutkan di rumah/di rs Letargis atau tidak sadar
Amoksisilin oral (15 mg/ kgbb/kali 3xsehari) Sianosis,
Untuk 5 hari berikutnya. Distres pernapasan berat

Ditambahkan
Kloramfenikol (25 mg/kgbb/kali IM/IV/ 8 jam)
Bila pasien datang dalam keadaan klinis bera

Oksigen
Kombinasi ampilisin-kloramfenikol atau ampisilin-gentamisin.
Alternatif seftriakson 80-100 mg/kgbb m atau v sekali sehari

Bila anak tidak membaik dalam 48 jam

Bila memungkinkan
Buat foto dada.

Apabila diduga pneumonia stafilokokal

Ganti antibiotik
Gentamisin (7.5 mg/kgbb IM sekali sehari) dan kloksasilin (50 mg/kgbb IM atau IV setiap 6 jam)
Atau
Klindamisin (15 mg/kgbb/hari 3 kali pemberian)

Bila keadaan anak membaik


Lanjutkan kloksasilin (atau dikloksasilin) secara oral 4 kali sehari
Sampai secara keseluruhan mencapai 3 minggu
Atau
Klindamisin secara oral selama 2 minggu
Indikasi
Peneumonia berat
saturasi oksigen < 90% (bila ada pulse oximetry untuk panduan) O2
Menghentikan
Lakukan periode uji coba tanpa oksigen setiap harinya pada anak yang stabil
Hentikan pemberian oksigen bila saturasi tetap stabil > 90%.
Hentikan sampai tanda hipoksia (seperti tarikan dinding dada bagian bawah ke dalam yang berat
atau napas > 70/menit) tidak ditemukan lagi

Alat
Gunakan nasal prongs (paling baik), kateter nasal, atau kateter nasofaringeal
Masker wajah atau masker kepala tidak direkomendasikan

Monitoring
Perawat sebaiknya memeriksa sedikitnya setiap 3 jam bahwa kateter atau prong tidak tersumbat
oleh mukus dan berada di tempat yang benar serta memastikan semua sambungan baik.
Sumber oksigen utama adalah silinder. Penting untuk memastikan bahwa semua alat diperiksa untuk
kompatibilitas dan dipelihara dengan baik, serta staf diberitahu tentang penggunaannya secara benar.
PERAWATAN PENUNJANG
Bila anak disertai demam (> 390 C) yang tampaknya menyebabkan distres, beri parasetamol.
Bila ditemukan adanya wheeze, beri bronkhodilator kerja cepat
Bila terdapat sekret kental di tenggorokan yang tidak dapat dikeluarkan oleh anak, hilangkan dengan
alat pengisap secara perlahan.

Pastikan anak memperoleh kebutuhan cairan rumatan sesuai umur tetapi hati-hati terhadap
kelebihan cairan/overhidrasi.
Anjurkan pemberian ASI dan cairan oral.
Jika anak tidak bisa minum, pasang pipa nasogastrik dan berikan cairan rumatan dalam jumlah
sedikit tetapi sering.
Jika asupan cairan oral mencukupi, jangan menggunakan pipa nasogastrik untuk meningkat-kan
asupan, karena akan meningkatkan risiko pneumonia aspirasi
Jika oksigen diberikan bersamaan dengan cairan nasogastrik, pasang keduanya pada lubang
hidung yang sama.
Bujuk anak untuk makan, segera setelah anak bisa menelan makanan. Beri makanan sesuai dengan
kebutuhannya dan sesuai kemampuan anak dalam menerimanya.
GAGAL TERAPI
Jika demam dan gejala lain berlanjut, meskipun drainase dan terapi antibiotik adekuat

Lakukan penilaian untuk kemungkinan tuberkulosis

L
KDT Jika tidak tersedia KDT
MONITORING
Anak harus diperiksa oleh perawat paling sedikit setiap 3
jam dan oleh dokter minimal 1 kali per hari.
Jika tidak ada komplikasi, dalam 2 hari akan tampak
perbaikan klinis (bernapas tidak cepat, tidak adanya tarikan
dinding dada, bebas demam dan anak dapat makan dan
minum)
KOMPLIKASI
1. Pneumonia Stafilokokus
Curiga ke arah ini jika terdapat perburukan klinis secara cepat walaupun sudah diterapi, ditandai
:
Pneumatokel atau pneumotoraks dengan efusi pleura pada foto dada
Ditemukannya kokus gram positif yang banyak pada sediaan apusan sputum
Adanya infeksi kulit yang disertai pus/pustula mendukung diagnosis.

2. Empiema
Curiga ke arah ini apabila terdapat tanda:
Demam persisten meskipun sedang diberi antibiotik
Ditemukan tanda klinis dan gambaran foto dada yang mendukung.
Bila masif terdapat tanda pendorongan organ intratorakal.
Pekak pada perkusi thorax
Gambaran foto dada menunjukkan adanya cairan pada satu atau kedua sisi dada.
Cairan pleura menjadi keruh atau purulen.
PROGNOSIS
Pada era sebelum ada antibiotik, angka mortalitas pada bayi dan anak kecil
berkisar dari 20% sampai 50% dan pada anak yang lebih tua dari 3% sampai
5%.
Dengan pemberian antibiotik yang tepat dan adekuat, mortalitas dapat
diturunkan sampai kurang dari 1%
Anak dalam keadaan malnutrisi energi protein dan yang datang terlambat
menunjukkan mortalitas yang lebih tinggi.
PENCEGAHAN
Pencegahan terhadap pneumonia dapat dicegah dengan pemberian
Imunisasi/vaksinasi. Saat ini sudah tersedia banyak vaksin untuk mencegah
Pneumonia. Setiap vaksin mencegah infeksi bakteri/virus tertentu sesuai jenis
Vaksinnya.

Berikut vaksin yang sudah tersedia di Indonesia dan dapat mencegah Pneumonia :
1. Vaksin PCV (imunisasi IPD) untuk mencegah infeksi pneumokokkus (Invasive
Pneumococcal diseases, IPD). Vaksin PCV yang sudah tersedia Adalah PCV-7 dan
PCV-10. PCV 13 belum tersedia di Indonesia
2. Vaksin Hib untuk mencegah infeksi Haemophilus Influenzae tipe b
3. Vaksin DPT untuk mencegah infeksi difteria dan pertussis
4. Vaksin campak dan MMR untuk mencegah campak
5. Vaksin influenza untuk mencegah influenza

Anda mungkin juga menyukai