Imperata cylindrica L.
Kelompok 3C
Dini Fitriyani 1113102000012
Tiara Puspitasari 1113102000013
Selvy Nurkhayati 1113102000035
Primo Bitaqwa 1113102000063
Najmah Mumtazah 1113102000073
Haka Asada 1113102000074
DESKRIPSI TANAMAN
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom : Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Imperata
Spesies : Imperata cylindrica L.
PENYIAPAN SAMPEL / SIMPLISIA
Imperata cylindrica L
Sortasi basah
Pencucian
Pengeringan
Sortasi kering
Penghalusan
Serbuk kering akar
Imperata cylindrica L
Maserasi dengan 1, 5 L etanol 96%
Evaporasi Filtrasi
Ekstrak kental
HASIL
Penimbangan Sampel
Bobot simplisia basah 888,1 g
Bobot simplisia kering 376,02 g
Ekstraksi
Pelarut yang digunakan untuk maserasi 3 L
Ekstrak kental yang didapat 92,204 g
PEMBAHASAN
376.02 gram serbuk akar alang-alang kering, diekstraksi dengan menggunakan etanol
96% sebanyak 3L.
Metode ekstraksi yang dipilih adalah metode maserasi, karena maserasi dapat
menyari senyawa berkhasiat yang tahan pemanasan maupun yang tidak tahan
pemanasan. Kami mengharapkan dapat melakukan ekstraksi semua kandungan yang
terdapat dalam suatu tumbuhan tanpa merusak kandungan senyawanya.
Oleh karena itu kami memilih metode maserasi. Karena apabila kami memilih
metode sokletasi yang menggunakan pemanasan, dikhawatirkan banyak senyawa
yang rusak karena pemanasan tersebut.
Alasan pemilihan pelarut etanol 96% adalah karena etanol memliki sifat melarutkan
secara menyeluruh, baik itu senyawa yang bersifat polar, semi polar, maupun non
polar. Sehingga, diharapkan apabila menggunakan pelarut etanol dapat menyari
semua komponen senyawa yang terkandung di dalam akar alang-alang alang
(Imperata cylindrical). Selain itu juga, etanol dapat menghambat pertumbuhan
mikroba sehingga ekstrak tidak tercemar, dan khasiatnya masih bisa dipertahankan.
Maserasi menggunkan etanol dalam botol gelap dan terlindung dari cahaya
matahari langsung. Dilakukan selama satu hari pada suhu kamar. Hasil
maserasi disaring menggunkan corong yang telah dilapisi dengan kapas dan
kertas saring, tujuannya adalah agar proses penyaringan berlangsung dengan
optimal dan tidak ada residu yang ikut terbawa pada proses penyaringan.
Setelah disaring, diperoleh filtrat yang kemudian diuapkan dengan
menggunakan rotary evaporator.
Remaserasi yang bertujuan untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang
maksimal dan dipastikan sudah tidak ada lagi senyawa yang terkandung di
dalamnya.
Ekstrak kental yang diperoleh dari akar alang-alang (Imperata cylindrical)
sebanyak 92,204 gram. Sehingga, diperoleh rendemen ekstrak sebesar 24.52%
PARTISI
PRINSIP
Ekstraksi cair-cair (corong pisah) merupakan
pemisahan komponen kimia di antara dua fase
pelarut yang tidak dapat saling bercampur di mana
sebagian komponen larut pada fase pertama dan
sebagiannya lagi larut pada fase kedua. (Sudjadi,
1986)
CARA KERJA
92,204 gram Ekstrak ethanol 96%
Dipekatkan Dipekatkan
3,9 cm 0.962
Fraksi n- 2,05 cm 0,506
heksan 3,2 cm 0,790
UJI 2
JARAK ANTAR BATAS 4 CM
ELUEN 9(N-HEKSAN) : 1 (ETIL ASETAT)
Fraksi butanol
3 cm 0.75
(1)
Fraksi butanol
3 cm 0.75
(2)
Fraksi n-heksan
3 cm 0.75
(1)
Fraksi n-heksan
3,5 cm 0.875
(2)
UJI 3
JARAK ANTAR BATAS 4 CM
ELUEN ETIL ASETAT 100%
Menyiapkan kolom kromatografi dengan memberi kapas pada ujung kolom untuk menahan
silika gel agar tidak keluar.
Menimbang 25 gram silika gel. Memasukkan silika gel dalam gelas beker, menambahkan 60
mL n-heksan sehingga diperoleh silika gel dengan konsistensi seperti bubur, kemudian
mengaduk smpai terbentuk suspensi.
Memasukkan bubur silika yang telah tersuspensi ke dalam kolom kromatografi sedikit demi
sedikit, memasukkan pelarut N-heksana sambil mengetuk kolomnya menggunakan selang,
menampung pelarut yang turun, kemudin memasukkan kembali ke kolom. Melakukan
secara berulang-ulang sehingga silika gel menjadi padat di dalam kolom.
Memasukkan ekstrak Imperata cylindrica (fraksi butanol) ke kolom melalui bagian atas
kolom dengan cara menuangnya dengan hati-hati.
N-heksana : Etil asetat :
B. Membuat Sistem Pelarut Etil asetat Metanol
1. Membuat pelarut dengan 50 : 50 90 : 10
perbandingan antara 40 : 60 80 : 20
pelarut nonpolar, 30 : 70 70 : 30
semipolar, dan polar
20 : 80 60 : 40
sehingga terjadi
peningkatan polaritas 10 : 90 50 : 50
(sistem gradien). Pelarut - : 100 40 : 60
yang digunakan: 30 : 70
20 : 80
10 : 90
- : 100
C. Proses Isolasi
Memasukkan pelarut yang telah selesai dibuat dengan
tingkat kepolaran yang meningkat ke dalam kolom
kromatografi dengan cara sebagai berikut:
2
1
3
Memasukkan
pelarut N-heksana Setelah perbandingan Menganalisis hasil
: etil asetat (sesuai pelarut N-heksana : kolom yang telah
urutan di atas) ke etil asetat habis di ditampung ke dalam
dalam kolom vial yang telah diberi
dalam (ditandai dengan nomor secara
kromatografi hanya tinggal selapis berurutan
sedikit demi sedikit larutan di atas menggunakan
dengan bantuan permukaan silika), lempeng KLT untuk
corong, membuka menambahkan melihat spot-spot
kran kolom perbandingan pelarut yang akan terlihat di
sehingga pelarut etil asetat : metanol bawah lampu UV
tersebut turun (seusai urutan di yang menandakan
atas), menampung adanya komponen
melalui kolom, hasil kolom yang kimia yang telah
menampung hasil keluar dengan cara terisolasi.
kolom yang keluar seperti nomor 1.
dengan vial-vial
yang diberi nomor
berurutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
N-heksana Etil asetat Nomor vial Etil asetat Metanol Nomor vial
50 50 1-13 90 10 43-49
40 60 14-20 80 20 50-56
30 70 21-23 70 30 57-64
20 80 24-29 60 40 65-71
10 90 30-36 50 50 72-78
- 100 37-42 40 60 79-81
30 70 82-84
20 80 85-87
10 90 88-89
- 100 90-97
Nomor Nomor Nomor Nomor
Keterangan Keterangan Keterangan Keterangan
vial vial vial vial
2 30 57
3 32 Menganalis 60 Menganalis
Menganalisis
7 35 vial-vial 63 vial-vial Menganalis
vial-vial tersebut
10 38 tersebut di plat 66 tersebut di vial-vial
di plat 1 dengan
13 40 2 dengan 69 plat 3 dengan 90 tersebut di
menggunakan
16 42 menggunakan 72 menggunakan 93 plat 4 dengan
eluen N-heksana
19 45 eluen heksana : 75 eluen heksana 96 menggunakan
: etil asetat (9:1)
21 48 etil asetat (1:1) 78 : etil asetat eluen etil
dan etil asetat
22 51 dan etil asetat 81 (1:1) dan etil asetat 100%
100%
25 54 100% 84 asetat 100%
28 55 87
2. KLT
Mengocok Mengeringkan
Melarutkan
kuat-kuat
dengan 60
hingga
ml aquadest
homogen
Menotolkan Mangerok
Menandai lempeng
sampel di atas pita yang
kaca secara tersebut dan
terbentuk menampung
lurus dan tanpa
terpisah dalam vial lalu
memasukan ke
dalam pipet
Mengamati tetes
pita yang
terbentuk
pada uv 254
Memasukkan dan 365 Mengalirkan
eluen (kami dengan pelarut
menggunakan etil etil asetat
asetat 100%) ke sehingga turun
dalam chamber Membebaslema dan Mengecek
menampungnya kembali dengan
dan menjenuhkan kkan lempeng dalam vial
kaca dengan n- klt apakah
heksan sudah murni
menggunakan atau belum,
kapas kemudian
menghitung rf
sampel
HASIL
UV 254 nm UV 365 nm
Kemudian kembali diuji pada
Lalu dikerok atau diambil plat klt untuk memeriksa diperjelas dan ditekankan
lapisan atas berwarna apakah telah murni sampel kembali pada uv 365 nm
tersebut dari plat kaca dan yang didapat saat klt preparatif. terjadi flouresensi biru
diekstrasi kembali dengan
Terlihat dengan eluen etil asetat
pelarut etil asetat sehingga di pada uv 254 nm hanya ada satu
dapat preparat cair titik,
PERHITUNGAN RF
PEMBAHASAN
Tujuan melakukan KLT preparatif ini adalah untuk menghasilkan senyawa yang bisa
digunakan untuk proses kromatografi selanjutnya ataupun untuk dianalisa secara
spektrometri.
Sebelum dilakukan proses KLT, maka kami membuat plat KLT nya terlebih dahulu.
Mula-mula kami menimbang silika gel GF 254 dan mensuspensikannya dengan
menggunakan aquadest. Kemudian suspensi silika ini dituang di atas plat kaca yang
sudah disiapkan sebelumnya. Plat kaca diberikan getaran sedikit demi sedikit
sehingga diperoleh plat KLT yang merata penyebaran suspensi silikanya.
Setelah itu plat dikeringkan pada suhu ruang dan menghindari penyimpanan KLT
pada tempat yang lembab. Alasan mengapa silika gel GF 254 dapat menempel pada
plat kaca karena di dalam silika ini sudah terdapat bahan pengikat berupa gips
(kalsium sulfat). Maksud dari silika gel GF 254 adalah silika gel ini dapat berpendar
atau berflouresen pada panjang gelombang 254 nm.
Setelah plat KLT jadi, langkah selanjutnya adalah melakukan fraksi hasil isolasi.
Fraksi yang dipilih dari hasil KLT kolom yaitu vial nomer 3. Karena di vial nomer 3
ini terlihat sisa yang lebih banyak dari vial lain yang hampir seluruhnya teruapkan
dan memiliki warna yang cukup terlihat kemungkinan senyawa isolat banyak.
Kemudian membuat fase gerak pada KLT preparatif ini sama dengan fase gerak yang
digunakan pada uji KLT kolom yaitu menggunakan etil asetat 100%. Karena dengan
menggunkan etil asetat ini terjadi pemisahan senyawa. Menurut kami senyawa yang
terdapat pada vial nomer 3 memiliki kepolaran yang rendah sehingga ketika di elusi
dengan fase gerak pada percobaan KLT kolom diperoleh daya elusi yang tinggi.
Melarutkan vial nomer 3 kemudian menotolkannya pada plat KLT preparatif dengan
menggunakan pipa kapiler. Setelah itu, dimasukkan ke dalam chamber yang berisi
etil asetat 100% yang telah jenuh.
Setelah senyawa yang terkandung terelusi maka diambil platnya dan diangin-
anginkan untuk kemudian dilihat di UV. Setelah di UV pada panjang gelombang 254
nm terdapat pola pemisahan yang mengindikasikan bahwa senyawa yang terkandung
telah mengalami proses pemisahan, dan terdapat pendaran warna biru pada panjang
gelombang 365 nm
Setelah didapat pola pemisahannya, kami mengerok plat yang dianggap
mengandung senyawa. Setelah dikerok platnya kemudian dilarutkan dengan
menggunakan etil asetat 100%.
Alasan pemilihan pelarut etil asetat adalah karena dengan etil asetat senyawa
dapat terpisah dan menunjukkan pola pemisahan pada KLT preparatif.
Kemudian setelah didapat ekstrak larutan etil asetat diuji kembali dengan
menggunakan KLT dan fase gerak yang digunakan adalah etil asetat 100%.
Kemudian setelah diamati dibawah UV 254 nm terlihat satu spot yang tampak
jelas . Tujuan KLT ini adalah memeriksa apakah senyawa yang diperoleh telah
murni pada saat KLT preparatif sebelumnya.
Hasil KLT menunjukkan Rf sebesar 0.825 dan 0.85. nilai Rf ini tidak terlalu
berbeda bermakna yang menunjukkan bahwa senyawa yang terkandung
adalah jenis senyawa yang sama. Sehingga kami berasumsi bahwa senyawa
yang kami peroleh telah murni.
REKRISTALISASI
Menambahkan jika fraksi terlarut
CARA KERJA n-heksan sempurna maka
diuapkan dengan
dalam vial yang bantuan pemanas
Memilih fraksi dipilih (kemungkinan fraksi
yang ini berupa minyak)
kemungkinan
terdapat kristal
Vial No. 13
Vial No. 2
Setelah dilakukan rekristalisasi dengan
Setelah dilakukan rekristalisasi dengan n-heksane dan etil asetat, terlihat
n-heksane, terlihat perubahan warna perubahan warna yang berarti (seperti
yang berarti dan endapan sebelumnya kabut) saat pemisahan dengan pelarut
menjadi terlarut kembali. Setelah etil asetat dan endapan sebelumnya
menguapkan pelarut dengan dibantu Vial No. 14
tidak terlarut kembali. Diduga padatan
pemanasan agar lebih cepat, terlihat yang tidak terlarut ini berupa kristal. Perlakuan sama dengan vial No. 13
cairan bening yang tidak teruapkan dan Endapan ini berwarna putih dan berupa diduga hasil isolat senyawa murni mirip
diduga cairan ini berupa isolat minyak atau sama dengan vial No. 13
serbuk halus dalam larutan berwarna
dari fraksi butanol yang awal kami
gunakan pada saat tahap kolom cokelat.
PEMBAHASAN