Konseling obat
Antidepresan
DISUSUN OLEH
SYAFRI BARLIAN WARIS (G 701 15 070)
DEFINISI
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
Amitriptilin
Indikasi : Depresi
Dosis lazim : 25 mg dapat dinaikan secara bertahap sampai dosis
maksimum 150-300 mg sehari.
Kontra Indikasi : penderita koma, diskrasia darah, gangguan depresif
sumsum tulang, kerusakan hati, penggunaan bersama dengan MAO.
Interaksi Obat : bersama guanetidin meniadakan efek antihipertensi,
bersama depresan SSP seperti alkohol, barbiturate, hipnotik atau
analgetik opiate mempotensiasi efek gangguan depresif SSP termasuk
gangguan depresif saluran napas, bersama reserpin meniadakan efek
antihipertensi.
Perhatian : ganguan kardiovaskular, kanker payudara, fungsi ginjal
menurun, glakuoma, kecenderungan untuk bunuh diri, kehamilan,
menyusui, epilepsi.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
2. Antidepresan Generasi 2 (SSRI DAN NaSA)
Mekanisme Kerja :
SSRI ( Selective Serotonin Re-uptake Inhibitor ) : Obat-obat ini
menghambat resorpsi dari serotonin.
NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants ): Obat-obat
ini tidak berkhasiat selektif, menghambat re-uptake dari serotonin
dan noradrenalin. Terdapat beberapa indikasi bahwa obat-obat
ini lebih efektif daripada SSRI.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
2. Sertralin
Indikasi : Depresi, gangguan kepanikan, gangguan stres setelah
trauma, gangguan kecemasan sosial, gangguan disporic
premenstrual
Dosis lazim : 50 mg/hari bila perlu dinaikkan maksimum 200 mg/hr.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap sertralin.
Interaksi Obat : MAO, Alkohol, Lithium, obat seretogenik.
Perhatian : pada gangguan hati, terapi elektrokonvulsi, hamil,
menyusui, mengurangi kemampuan mengemudi dan
mengoperasikan mesin.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
3. Citalopram
Indikasi : Depresi, gangguan fase depresif bipolar, gangguan
kepanikan
Dosis lazim : 20 mg/hari, maksimum 60 mg /hari.
Kontra indikasi : hipersensitif terhadap obat ini.
Interaksi Obat : MAO, sumatripan, simetidin.
Perhatian : kehamilan, menyusui, gangguan mania,
kecenderungan bunuh diri.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
4. Fluvoxamine
Indikasi : Depresi, gangguan kecemasan sosial
Dosis lazim : 50mg dapat diberikan 1x/hari sebaiknya pada malam
hari, maksimum dosis 300 mg.
Interaksi Obat : warfarin, fenitoin, teofilin, propanolol, litium.
Perhatian : Tidak untuk digunakan dalam 2 minggu penghentian
terapi MAO, insufiensi hati, tidak direkomendasikan untuk anak dan
epilepsi, hamil dan laktasi.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
B. NaSA ( Noradrenalin and Serotonin Antidepressants )
1. Mianserin
Indikasi : Depresi
Dosis lazim : 30-40 mg malam hari, dosis maksimum 90 mg/ hari
Kontra Indikasi : mania, gangguan fungsi hati.
Interaksi Obat : mempotensiasi aksi depresan SSP, tidak boleh
diberikan dengan atau dalam 2 minggu penghentian terapi.
Perhatian : dapat menganggu psikomotor selama hari pertama
terapi, diabetes, insufiensi hati, ginjal, jantung.
Mims, 2017
Depkes, 2017
2. Mirtazapin
Indikasi : Depresi
Dosis lazim : 15-45 mg / hari menjelang tidur.
Kontra Indikasi : Hipersensitif terhadap mitrazapin.
Interaksi Obat : dapat memperkuat aksi pengurangan SSP dari
alkohol, memperkuat efek sedatif dari benzodiazepine, MAO.
Perhatian : pada epilepsi sindroma otak organic, insufiensi hati,
ginjal, jantung, tekanan darah rendah, penderita skizofrenia atau
gangguan psikotik lain, penghentian terapi secara mendadak,
lansia, hamil, laktasi, mengganggu kemampuan mengemudi atau
menjalankan mesin.
Mims, 2017
Depkes, 2017
3. Venlafaxine
Indikasi : Depresi, kecemasan, gangguan kepanikan
Dosis lazim : 75 mg/hari bila perlu dapat ditingkatkan menjadi 150-
250 mg 1x/hari.
Kontra Indikasi : penggunaan bersama MAO, hamil dan laktasi, anak
< 18 tahun.
Interaksi Obat : MAO, obat yang mengaktivasi SSP lain.
Perhatian : riwayat kejang dan penyalahgunaan obat, gangguan
ginjal atau sirosis hati, penyakit jantung tidak stabil, monitor tekanan
darah jika penderita mendapat dosis harian > 200 mg.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
3. Antidepresan MAOI
a. Phenelzine
Indikasi : Depresi Atypical
Dosis Lazim : Per oral 15 mg 3 kali sehari, dapat ditingkatkan hingga 4 kali
sehari jika tidak berespon setelah 2 minggu. Berat 30 mg 3 kali sehari. Secara
berangsur-angsur kurangi dosis untuk pemeliharaan
Kontra indikasi : Hipertensi tidak terkontrol, penyakit cerebovaskular, CHF,
riwayat hepatic, gangguan atau abnormal LFTs, kerusakan ginjal berat atau
penyakit ginjal
Perhatian : Dapat meningkatakan resiko bunuh diri, monitor pasien yang
memiliki keadaan klinik yang memburuk, perubahan tingkah laku yang tidak
biasa khususnya selama terapi tahap pertama atau saat penyesuaian dosis,
pasien yang beresiko tinggi mengalami hipotensi orthostatik, Dm, glaukoma
Efek Samping : postural hypotensi, edema, kepusingan, sakit kepala,
mengantuk, gangguan tidur, kelelahan, ruam, penurunan kemampuan
sexual, konstipasi.
Mims, 2017
b. Tranylcypromine
Indikasi : Depresi
Dosis Lazim : Per oral dosis awal 10 mg pagi dan sore, dapat ditingkatkan
dosis sore sampai 20 mg sesudah 1 minggu jika respon tidak adekuat,
penambahan 10 mg dapat diberikan pada tengah hari, secara berangsur-
angsur turunkan dosis untuk pemeliharaan
Kontraindikasi : Porfiria, benar atau dicurigai mengalami penyakit
cerebovaskuler, penyakit kardiovaskuler yang berat, hipertiroidisme, diskrasias
darah, kerusakan hati, efedrin atau fenilpropanolamin, levedopa atau
dopamin, nefopam, dextromethorpan, buspiron.
Perhatian : Pasien epilepsi, Diabetes Militus, Hipertiroidisme, riwayat
ketergantungan obat atau alkohol, gangguan ginjal, kehamilan.
Efek Samping : Insomnia, hipertensi postural, mengantuk, pusing, lelah, mulut
kering, pandangan buram, mual, muntah, gangguan tidur, ruam, diskrasia
darah
Mims, 2017
4. Lithium Karbonat
Indikasi : Mania dan Hypomania, depresi bipolar, mengontrol
perilaku agresif, menyakiti diri sendiri
Dosis lazim : 400-1200 mg dosis tunggal pada pagi hari atau
sebelum tidur malam.
Kontra Indikasi : kehamilan, laktasi, gagal ginjal, hati dan jantung.
Interaksi Obat : diuretik, steroid, psikotropik, AINS, diazepam,
metildopa, tetrasiklin, fenitoin, carbamazepin, indometasin.
Perhatian : Monitor asupan diet dan cairan, penyakit infeksi,
demam, influenza, gastroentritis.
Mims, 2017
Depkes RI, 2007
MONITORING
1. Efektivitas Terapi
Monitoring terapi obat pada gangguan depresif dilakukan dengan
memantau tanda dan gejala klinis. Apoteker perlu memperhatikan
kepatuhan penderita dalam menggunakan obat dan mengetahui
alasan ketidakpatuhan penderita. Penderita dirujuk ke dokter
(psikiater) apabila menunjukkan gejala-gejala psikosis atau pikiran
bunuh diri; penderita tidak berespon terhadap satu atau dua
pengobatan yang adekuat; atau gejala memburuk.