Anda di halaman 1dari 57

DRAINASE PERKOTAAN

DAN SALURAN AIR LIMBAH


STRATEGI DAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN
DAN PENGELOLAAN DRAINASE PERKOTAAN

Awalnya strategi pembangunan sistem


drainase bersifat SEKTORAL
Beberapa terminology yang biasa digunakan:
Normalisasi saluran/sungai:
Meluruskan, membesarkan, termasuk
mengeduk dasar sebuah saluran/sungai.
meningkatkan kapasitas pengaliran
Pembangunan Saluran Diversi/By Pass
Untuk memperlancar aliran
Pembangunan Banjir Kanal :
Intersepsi air yang hendak memasuki
kota. Dibutuhkan kanal dengan lebar dan
kedalaman yang sangat besar.
Pembangunan Tanggul, Kolam, Pompa:
Backwater yang muncul akibat pembuatan
banjir kanal
Kendala Yang Dihadapi Oleh Pembangunan
Sistem Drainase Secara Sektoral
Pesatnya Perkembangan Kawasan
Perumahan.
Lemahnya Dukungan Dari Sektor Air
Persampahan
Lemahnya Dukungan Dari Sektor Air Air
Limbah
Masih Perlu Peningkatan Koordinasi
Dengan Sektor Jalan
Sejak Tahun 1981 Kebijakan Pembangunan
Drainase Mulai Berubah Menjadi Multi-Sektoral
Pelayanan Sistem Drainase Perkotaan dan
Sistem Perpipaan Air Limbah Domestik

Talang Air Hujan

Kamar Mandi
Manhole Air Limbah
Dapur
Box Kontrol Air Limbah Instalasi
Pengolahan
Air Limbah

Saluran
Drainase
Kota
Pipa Air Limbah
Pipa Drainase Air Hujan
Box Kontrol Air Limbah Box Kontrol Air Limbah Box Kontrol Air Hujan

Box Kontrol Air Hujan


Sistem
Drainase
Perkotaan
Drainase : prasarana dan sarana yang
berfungsi mengalirkan air permukaan dari
persil hunian, halaman, badan jalan, RTH
(Ruang Tadah Hujan) menuju bangunan
tampungan sementara (detensi) atau
penampungan tetap (retensi) termasuk
bangunan resapan buatan. Kelebihan air
akan dialirkan seminimal mungkin ke
badan air penerima.
Sistem Drainase Perkotaan:
Drainase dalam wilayah administrasi kota dan
daerah perkotaan (urban). Sistem tersebut
berupa jaringan pembuangan air yang berfungsi
mengendalikan atau mengeringkan kelebihan air
permukaan di daerah permukiman yang berasal
dari hujan lokal, sehingga tidak mengganggu
masyarakat dan dapat memberikan manfaat
bagi kegiatan manusia (menambah cadangan
air baku, dll)
Drainase Berwawasan Lingkungan
Merupakan pengelolaan drainase yang
dapat memberikan dampak positip
terhadap llingkungan, seperti melestarikan
air tanah, mengurangi debit puncak per
kawasan, mengurangi kandungan
sampah, endapan per kawasan dan
menambah cadangan air baku perkotaan.
Jenis Jenis Drainase
1. Menurut sejarah terjadinya:
- Drainase alamiah (natural drainage)
- Terbentuk Buatan (artificial drainage)
Dibentuk berdasarkan analisis ilmu
drainase, untuk menentukan debit akibat
hujan dan dimensi saluran.
2. Menurut Letak Saluran
- Drainase muka tanah (surface drainage)
- Drainase bawah muka tanah
(sub surface drainage)
3. Menurut Fungsi Drainase
- Single purpose
Saluran berfungsi mengalirkan satu jenis
air buangan saja.
- Multi Purpose
Saluran berfungsi mengalirkan beberapa
jenis buangan, baik secara bercampur
maupun bergantian.
4. Menurut Konstruksi
- Saluran terbuka
Saluran untuk air hujan yang terletak di
area yang cukup luas.
Juga untuk saluran air non hujan yang
tidak mengganggu kesehatan
lingkungan.
- Saluran Tertutup
Saluran untuk air limbah yang
mengganggu kesehatan lingkungan.
Juga untuk saluran dalam kota.
Aspek Hidrologi
Curah Hujan
Diperoleh dari BMKG
Data curah hujan digunakan dalam
perencanaan Drainase Perkotaan untuk:
- Perhitungan dimensi saluran
- Perhitungan dimensi bangunan saluran
lintasan
- Perhitungan bentangan jembatan
- Perhitungan waduk pengendali banjir mikro
dan makro
Analisa Hidrologi
Analisa data curah hujan
Perhitungan debit aliran
Penetapan dimensi saluran dan bangunan
pendukung

Data curah hujan yang digunakan adalah

TINGGI HUJAN HARIAN MAKSIMUM DALAM


SETAHUN selama 30 tahun pengamatan
berturut-turut (mm/24 jam)

Dalam hal tertentu dan praktis digunakan data 20


tahun
Data curah hujan diolah menjadi
EXTREME RAINFALL (mm/24 jam)
yaitu angka perkiraan tinggi hujan harian
maksimum yang dianggap terjadi satu kali
dalam Periode Ulang Hujan (PUH),
atau disebut juga Return Period of Rainfall
Analisa Data Curah Hujan
untuk penentuan Intensitas, frekuensi dan durasi

A. Jaringan Stasiun Pengamat Curah Hujan


1. Daerah datar beriklim sedang, mediterranean dan
daerah tropis:
Ideal : 1 stasiun untuk (600 900)km2
Praktis : 1 stasiun untuk (900 3.000)km2
2. Daerah pegunungan beriklim sedang, mediterranean
dan daerah tropis:
Ideal : 1 stasiun untuk (100 250)km2
Praktis : 1 stasiun untuk (250 1.000)km2
3. Daerah kering dan kutub:
1 stasiun untuk (1.500 10.000)km2
B. Jumlah Stasiun Pengamat Curah Hujan
Jumlah stasiun pengamat curah hujan optimal
2
C
N v
E
Dimana :
N = jumlah optimal stasiun pengamat hujan
E = tingkatan kesalahan yang diizinkan dalam
estimasi tinggi hujan rata-rata (biasanya 10%)
Cv = koefisien variasi hujan pada m stasiun
(dalam persen) dalam m stasiun (dalam persen)

Dalam m stasiun didapat:


R1, R2, ., Rm = variasi tinggi hujan
1 Ri ) 2
m

100 x m 1
(
1 ( Ri
m 2
)
Cv (%) m 1 m 1
m

R
Dimana :
m-1 = standar deviasi

1
(1 Ri )
m
R
m

Dimana :Ri = tinggi presipitasi dalam stasiun (mm/24 jam)


Contoh soal:
Diketahui suatu DAS mempunyai 6 stasiun
pengamat curah hujan A, B, C, D, E dan F.
Dalam satu tahun tinggi hujan tahunannya
diukur sebagai berikut:
Stasiun A B C D E F
Tinggi hujan 826 1029 1803 1103 988 1367
(mm/24 jam)

Hitung jumlah optimum stasiun pengukur curah


hujan pada DAS tersebut, jika dalam
memperkirakan tinggi hujan rata-ratanya
diharapkan kesalahannya E = 10%
Jawab:
Banyaknya stasiun, m = 6
Tinggi hujan rata-rata R = 1/6 (826+1.803+1.103 + 988 + 1.367) = 1.186 mm
Perhitungan Standar Deviasi


m
Nama Ri Ri2 ( R )2
1
m 1 i
( R )
2
Stasiun (mm)
m 1
i
m
A 826 682.276 m 1

B 1.029 1.58.641
C 1.903 3.250.809 50.637.356
9.053.368
D 1.103 1.216.609 m1 6 1
6

E 988 976.144
F 1.367 1.866.689
M=6 7.116 9.053.366 m1 350,37
100 x m 1
Cv (%) C
2

R N v
E
100x350,37
Cv (%)
1.186 29,54
2

N N 8,739
Cv 29,54(%) 10
C. Penyiapan Data Hujan
Sebelum menggunakan data curah hujan dari masing-
masing stasiun, data harus dicek kontinuitasnya mungkin
data ada yang hilang akibat perpindahan atau rusaknya
alat ukur.
Data yang hilang dapat diperkirakan dengan menggunakan
data stasiun tetangganya.
Dalam hal ini dipakai HARGA NORMAL TERTINGGI
HUJAN sebagai standar perbandingan.
Tinggi hujan normal adalah harga rata-rata tinggi hujan
harian, bulanan, atau tahunan selama periode pengamatan
30 tahun
Jadi istilah TINGGI HUJAN TAHUNAN NORMAL adalah
harga rata-rata presipitasi tahunan pada stasiun pengamat
curah hujan berdasarkan pengamatan selama 30 tahun
Melengkapi Data Yang Hilang
Untuk melengkapi data, dapat dilakukan perkiraan.
Sebagai dasar perkiraan digunakan data hujan dari
stasiun pengukuran terdekat. Jika selisih antara tinggi
curah hujan tahunan normal dari stasiun yang datanya
kurang lengkap dibandingkan dengan stasiun yang
terdekat kurang dari 10%, maka harga perkiraan data
yang kurang dapat diambil dari harga rata-rata hitung
dari tempat berdekatan (min 2 stasiun).
Jika selisih melebihi 10 digunakan cara pembanding
normal, yaitu:

rx 1 nn rn

Rx n 1 n1 Rn
Dimana:
rx = harga tinggi curah hujan yang dicari
Rx = harga rata-rata tinggi curah hujan pada stasiun
pengukur curah hujan yang salah satu datanya sedang
dicari
N = banyaknya stasiun pengukur curah hujan
rn = harga tinggi curah hujan pada tahun yang sama
dengan rn pada setiap stasiun pembanding
Rn = harga rata-rata tinggi curah hujan pada setiap stasiun
pembanding selama kurun waktu yang sama
X = menunjukkan stasiun pengukur curah hujan yang
datanya sedang dicari dan merupakan bilangan 1 s/d n
Catatan:
1. Banyaknya stasiun pengukur curah
hujan pembanding minimum 3.
2. Data tinggi hujan pada stasiun
pembanding selama kurun waktu
tersebut lengkap
3. Data yang kurang maksimum 20%
selama kurun waktu pendataan.
4. Test Konsistensi Data Hujan
Data-data curah hujan yang dipakai untuk perencanaan
drainase merupakan data hujan harian maksimum dan
memenuhi persyaratan :
-Kuantitas
-Kualitas

A.Kuantitas
- Jumlah data hujan harian maksimum (N) dari setiap
stasiun pengukur hujan >= 30 data, agar diperoleh tinggi
hujan harian maksimum rata-rata normal
- Jumlah stasiun pengukur hujan (SPH), M = 6 11 SPH.
- Data hujan kontinu setiap tahun pendataan, jika ada
yang tidak lengkap, pelu dilengkapi.
B. Kualitas
- Data hujan terpakai yang sudah lengkap dari SPH
berada dan terdekat sering paling berpengaruh pada
daerah aliran saluran (DAS) drainase yang direncanakan
atau jika SPH berada di luar DAS, masih berpengaruh
terhadap analisa tinggi hujan rata-ratanya.
- Ada data-data hujan sari SPH sekitarnya dengan M = (5
10) SPH di luar data-data hujan untuk perhitungan
drainase.
- Data-data hujan untuk perhitungan drainase harus
konsisten. Sebagai kontrol digunakan data curah hujan
dari SPH pembanding. Jika tidak konsisten perlu
dikoreksi dengan faktor konsistensinya.
- Setelah konsisten kemudian perlu dicek homogenitas
dengan grafik homogenitas. Jika tidak homogen maka
dicari data lain yang homogen.
Ketidakkonsistenan data curah hujan disebabkan oleh
perubahan :
1. Perubahan tata guna lahan pada DAS dan sekitarnya
misal: DAS hutan diubah menjadu DAS kota.
Akibatnya sederetan data hujan pada tahun-tahun
sebelum perubahan DAS mempunyai tinggi hujan yang
lebih besardari pada tahun sesudahnya
2. Perpindahan tempat/lokasi stasiun pengukur curah hujan
3. Perubahan ekosistem terhadap iklim, misal : kebakaran
hutan dan tanah longsor.
4. Terdapatnya kesalahan sistem observasi data pada
sekumpulan data hujan.
Contoh:
Satu kelompok (5-10) stasiun dasar disekelilingnya
yaitu A, B, C, D dan E dengan array data: RA.1,
s/d RA30., RB.1, s/d RB30, RC.1 s/d RC.30, RD.1, s/d
RD30, RE.1, s/d RE30. sedang stasiun yang datanya
akan dicek adalah stasiun X dengan data RX.1,
s/d RX30. Data dari stasiun A sampai E dirata-
ratakan setiap tahunnya = Rr1, Rr2 s/d R30, dibuat
grafik cartesean, dimana Rr sebagai absis
sedangkan RX sebagai ordinat, dimulai dari indeks
yang terbesar menurun dan akumulasi.
Grafik
Trend tahun 1982 1987 = trend baru = TB
Trend tahun 1957 1982 = trend lama = TL
Yang berarti bahwa trend yang akan datang akan
mengikuti trend yang baru, selama tidak ada
perubahan trend lagi selama periode
perencanaan.
Dalam analisa curah hujan pada tahun sebelum X
agar sesuai dengan trend baru, maka dikoreksi
dengan faktor koreksi

TB
FK
TL
5. Test Homogenitas
Suatu array data hujan yang akan dianalisa harus
homogen. Ketidakhomogenitas data curah hujan mungkin
disebabkan karena gangguan atmosfir, oleh pencemaran
udara atau adanya hujan buatan yang sifatnya insidentil.
Kapan satu array data curah hujan?
Jika Plotting Titik H (N,TR) pada kertas grafik berada pada
bagian dalam grafik homogenitas
R10
Harga TR sebagai ordinat TR xTR
R
N = jumlah tahun data hujan, sebagai absis
Dimana:
R10=presipitasi tahunan dengan PUH 10 tahun rencana
R = presipitasi tahunan rata-rata dalam 1 array data
TR = PUH nya R
Untuk mencari R10 dan TR menggunakan
persamaan Regresi.
Jika plotting H(N,TR) pada kertas grafik
homogenitas ternyata berada diluar, maka
pemilihan array data diubah dengan memilih awal
dan akhir pendataan lain sedemikian hingga titik
H(H,TR) berada pada bagian dalam grafik
homogenitas.
Cara mengubah 1 array data :
-Ditambah jumlahnya
-Digeser mundur dengan jumlah data yang sama
-Mengurangi jumlah data (alternatif terakhir)
Analisa Data Curah Hujan
1. Stasiun Pengamat Curah Hujan
Data curah hujan untuk tiap stasiun pengamat
dapat diambil dari BMKG. Untuk suatu lokasi
rencana perlu dipilih sejumlah stasiun
pengamat yang lokasinya paling mendekati
traso jalan yang direncanakan. Dengan
demikian diharapkan bahwa pemilihan data
curah hujan yang akan diolah adalah yang
paling mendekati perjalanan.
2. Analisa Frekuensi Untuk Nilai Extrem
Dari tiap stasiun pengamat curah hujan dapat
diperoleh besarnya hujan harian maksimum dalam
setahun (disebut Xi mm/24 jam) selama N tahun
pengamatan. Jadi harga i menyatakan angka
tahun ke 1 s/d N. Angka-angka cura hujan
tersebut adalah angka kuantitatif yang dihasilkan
dari perhitungan atau penjumlah. Atau disebut
Frekuensi untuk mendapatkan Regresi linier, yang
merupakan tempat kedudukan dari nilai extreme
hujan harian.
1
X Y
Dimana :

X = ranfall depth
Y = reduced variate
iN

X
1
Yn 1

x Xi
n X i 1
N
n = Standar deviasi yang diharapkan
x = standar deviasi
Yn = nilai rata-rata
n dan Y diambil dari tabel Expected Means and Standar
Deviation of Reduced Extreme yang menyatakan
hubungan antara N, n dan Yn
1
iN
2
2

Standar Deviasi ( Xi X )
x i 1

N 1

Yang dimaksud dengan standar deviasi adalah standar


pengukuran variasi yangn dipakai untuk membuat analisa
statistik terhadap hasil-hasil pengumpulan data,
penyelidikan dsb
Persamaan regresi yang telah diperoleh kemudian
digambarkan di atas extreme probability paper (Gumbels
Type). Akan diperoleh suatu garis lurus yang antara lain
menyatakan hubungan antara return period dengan
extreme rainfall
CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM DALAM MM/24JAM
TAHUN
STASIUN A STASIUN B STASIUN C

1957 126 114 133


1958 131 131 143
1959 104 113
1960 97 89 103
1961 79 69 87
1962 98 84 95
1963 106 95 109
1964 113 99 115
1965 137 124 123
1966 143 134 128
1967 89 100
1968 94 105 93
1969 117 109 118
1970 122 119 129
1971 130 121 135
1972 146 129 139
1973 163 139 148
1974 120 87
1975 150 159 173
1976 151 169 198
1977 152 115 130
1978 149 132 140
1979 148 106 110
1980 145 90 101
1981 144 70 99
1982 88 85
1983 95 96 105
1984 93 100 112
1985 112 125 119
1986 119 135 131
3.557 3.234 3.429
RA 122,66 111,52 122,46
Dari data curah hujan tersebut ketiganya mempunyai
perbedaan kurang dari 10%, tetapi ada yang mempunyai
perbedaan lebih dari 10, maka dalam melengkapi data
digunakan cara Perbandingan Normal
rx 1 nn rn

Rx n 1 n1 Rn

Jumlah stasiun n = 3, yaitu A,


R B
dan C
122,
A1959

Jadi untuk mencari RA1959

rA1959 1 RB1959 RC1959



RA 2 1 RB RC

122,66 104 113


RB1967
2 1 111,52 122,46

RA1959 113,79114 mm/24 jam


untuk mencari RB1967
rB1967 1 RA1967 RC1967

RB 2 1 A
R R C

111,52 89 100
RB1967
2 1 122,66 122,46

RB191967 85,9986 mm/24 jam

untuk mencari RC1974 dan RC1982


rC1974 1 RA1974 RB1974 rC1982 1 RA1982 RB1982

RC 2 1 RA RB RC 2 1 RA RB

122,46 120 87 122,46 88 85


RC1974 RC1974
2 1 122,66 111,52 2 1 122,66 111,52

RC1974 113,79114 mm/24 jam RC1982 90,691 mm/24 jam


CURAH HUJAN HARIAN MAKSIMUM DALAM MM/24JAM
TAHUN
STASIUN A STASIUN B STASIUN C

1957 126 114 133


1958 131 131 143
1959 114 104 113
1960 97 89 103
1961 79 69 87
1962 98 84 95
1963 106 95 109
1964 113 99 115
1965 137 124 123
1966 143 134 128
1967 89 86 100
1968 94 105 93
1969 117 109 118
1970 122 119 129
1971 130 121 135
1972 146 129 139
1973 163 139 148
1974 120 87 108
1975 150 159 173
1976 151 169 198
1977 152 115 130
1978 149 132 140
1979 148 106 110
1980 145 90 101
1981 144 70 99
1982 88 85 91
1983 95 96 105
1984 93 100 112
1985 112 125 119
1986 119 135 131
3.671 3.320 3.628
RA 126,59 114,48 129,57

Anda mungkin juga menyukai