Anda di halaman 1dari 71

OBAT ANTI JAMUR

YANG DIBERIKAN SECARA ORAL


Obat Anti Jamur Oral

1.Sering digunakan & digunakan secara luas


untuk infeksi jamur di kulit, tinea pedis,
onychomycosis, tinea capitis
2. Terapi preventif pada pasien yang imunosupresif
3. Pengobatan infeksi jamur,
ditentukan oleh pemilihan obat yang tepat &
lama pengobatan
Obat Anti Jamur Oral

1.Golongan allylamine terbinafine


2.Golongan triazole  itraconazole, fluconazole
3. Golongan imidazole  ketoconazole
4.Griseofulvin
5.Golongan polyene  nystatin, amphotericin B
6. Ciclopiroxolamine

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Obat Anti Jamur Oral
yang banyak digunakan

1.Terbinafine
2.Itraconazole,
3.Fluconazole
4.Griseofulvin

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Terbinafine
‘Structure Activity Relationship’ /’SAR’

Terbinafine  turunan allylamine


Mempunyai gugus tertiary allylamine
(komponen penting untuk aktivitas anti jamur)

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Farmakokinetik terbinafine

Absorpsi pada sal.cerna baik, >>> pada chylomicron


Sangat lipofilik & keratofilik  luas terdistribusi melalui
absorpsi di kulit & jaringan lemak
 Waktu paruh: 22 jam  dosis sekali/hari
Dimetabolisme di hati  >>> melalui oksidasi
(enzim sitokrom P450)
 ± 80 % dieksresi melalui urin, sisanya  feses
Farmakodinamik terbinafine

 Menghambat enzim skualen epoksidase


(enzim non-sitokrom P450)
pada membran sel jamur

Skualen skualen epoksid


(diperlukan untuk sintesa ergosterol
pada membran sel jamur)

Skualen >>>> intraselular  defisiensi ergosterol


Aplikasi Klinis terbinafine

 Onchomycosis oleh dermatofit


(tinea unguium pada kuku jari tangan & kaki)
 Onchomycosis oleh Candids sp
(tinea kapitis & tinea korporis,
tinea cruris, tinea pedis)

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi Klinis terbinafine

Sebelum menggunakan terbinafine


 Tes infeksi jamur (+)  KOH, kultur, histologi
 Pemeriksaan fungsi hati & fungsi ginjal
(jangan diberikan pada pasien
dengan gangguan fungsi hati & ginjal)
 Diperlukan monitoring  fungsi hati & ginjal
(setelah 6 minggu terapi dengan terbinafine)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

Anak- anak:
Pada terapi tinea kapitis, kultur jamur sangat
membantu dalam menetapkan lama &
keberhasilan terapi


Respon yang sangat bervariasi
terhadap berbagai anti jamur
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

Anak- anak:
Aman digunakan pada anak-anak
yang menderita onychomycosis


Dosis berdasarkan berat badan
untuk tinea kapitis (3 – 6 mg /kg BB / hari)

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Lebih efektif dibanding itraconazole

Untuk terapi onychomycosis
pada kuku tangan & kaki
yang disebabkan dermatofit

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Untuk infeksi tinea korporis / tinea kruris &
dermatitis seborheik:
terbinafine 250 mg / hari (6 minggu terapi)

Keberhasilan klinis (100 %) & bebas jamur

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Untuk infeksi tinea versicolor,
terbinafine oral tidak efektif

Aplikasi larutan terbinafine 1 %, krim / gel,
secara topikal 2 X / hari  keberhasilan klinis
yang baik

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

 Geriatrik (Lansia):
 Penggunaan dosis = dosis dewasa,
untuk terapi onychomycosis

ditoleransi dengan baik

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis terbinafine
pada kondisi khusus

 Kehamilan & menyusui:


 Penggunaan terbinafine (kategori B)

Tidak dianjurkan  kontra indikasi relatif

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Interaksi obat: terbinafine

 Klirens terbinafine dalam plasma 


(kadar terbinafine dalam plasma )

Obat yang menginduksi


aktifitas enzim sitokrom P 450  Rifampicin

Zain-Hamid,
Zain-Hamid, R;
R; Departemen
Departemen Farmakologi
Farmakologi &
& Terapeutik
Terapeutik FK-USU.
FK-USU.
Interaksi obat: terbinafine
Klirens terbinafine dalam plasma 
(kadar terbinafine plasma )


Obat yang menghambat aktifitas enzim
sitokrom P 450  Cimetidine

Kadar cyclosporine dalam plasma 



Terbinafine   klirens cyclosporine
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Efek samping obat: terbinafine

 Oleh karena sifat selektivitasnya yang tinggi


(secara umum, terbinafine dapat ditoleransi
& e.s.o <<<)
E.s.o >>> gangguan saluran cerna
 ‘Lupus like rash’ & neutropenia (<<<)

Zain-Hamid,
Zain-Hamid, R; Departemen
R; Departemen Farmakologi
Farmakologi & TerapeutikFK-USU.
& Terapeutik FK-USU.
Kontra indikasi terbinafine

 Hipersensitivitas terhadap terbinafine


Gangguan fungsi hati
 Gagal ginjal
 Kehamilan & Menyusui
 Riwayat SLE
 Imunodefisiensi
(khususnya neutropenia)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Itraconazole

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Farmakokinetik itraconazole

Absorpsi pada sal.cerna dipengaruhi oleh makanan &


keasaman lambung
(sesuai pasien tidak bisa makan >>/asam lambung )
 Absorpsi   AIDS (hypochlorhydria)
Sangat lipofilik  spektrum yang luas
 Dimetabolisme di hati  sistem isoenzim CYP 3A4
 Metabolit utamanya  hydroxyitraconazole
 ± 54 % metabolit dieksresi melalui feses &
± 34 % metabolit dieksresi melalui urin
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Farmakodinamik itraconazole

 Menghambat enzim 14- demethylase


(enzim non-sitokrom P450
pada membran sel jamur)

 14-- methylsterols  berperan penting


pada perubahan lanosterol  ergosterol

 14-- methylsterols >>>  mengganggu


permeabilitas membran sel &
aktivitas ikatan enzim dengan membran sel jamur

Menghentikan pertumbuhan sel jamur
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi Klinis itraconazole

Sebelum menggunakan itraconazole



 Tes infeksi jamur (+)  KOH, kultur, histologi
 Pemeriksaan awal fungsi hati & fungsi ginjal
(terutama pada pasien dengan gangguan fungsi hati /
penggunaan itraconazole  waktu yang lama)
 Diperlukan monitoring  fungsi hati & ginjal
(bila diberikan bersamaan dengan obat-obat
yang berkompetisi  aktifasi enzim CYP)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi Klinis itraconazole

 Terapi lini pertama untuk infeksi Candida &


non-dermatofit lainnya
Onychomycosis oleh dermatofit
(tinea unguium pada kuku jari tangan & kaki)
 Mikosis sistemik
(blastomycosis, histoplasmosis, aspergillosis)
 ‘Febrile neutropenia’ (larutan oral)
 Candidiasis orofaringeal & esofageal (larutan oral)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis itraconazole

Indikasi lain:
Onychomycosis oleh Candida sp
 Tinea korporis & sub-tipenya
 Tinea kruris
 Tinea pedis
 Tinea kapitis

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis itraconazole
pada kondisi khusus

Anak- anak:
Pada terapi tinea kapitis

Lazim diberikan dalam bentuk kapsul
bersama makanan / minuman yang asam

cyclodextrin yang terdapat
pada larutan itraconazole  diare
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis itraconazole
pada kondisi khusus

Anak- anak:
 Bila tidak dapat menelan kapsul
bersama dengan makanan

Berikan dalam bentuk cairan dengan rasa enak

Pilihan yang baik

Orofarengeal & esofageal candidiasis
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis itraconazole
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Untuk onychomycosis jari tangan (2 bulan) &
onychomycosis jari kaki (3 bulan)
(‘pulsed therapy’)

Satu regimen terapi :
200 mg 2 X/hari selama 1 minggu dalam 1 bulan

keberhasilan ’pulsed therapy’  ‘continuous therapy’
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis itraconazole
pada kondisi khusus

 Geriatrik (Lansia):
 Perlu perhatian terhadap interaksi obat,
bila digunakan bersama obat lain

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis itraconazole
pada kondisi khusus

 Kehamilan & menyusui:


 Penggunaan itraconazole (kategori C)

Tidak dianjurkan  pada kehamilan &
ibu menyusui (disekresi  ASI)

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Efek samping obat: itraconazole

 Gangguan saluran cerna


 Kerusakan hati, ‘fulminant hepatotoxicity’ (jarang)
 Gagal jantung kongestif (jarang)
 Edema paru (jarang)
 Efek inotropik negatif (orang sehat)

Zain-Hamid,
Zain-Hamid, R; Departemen
R; Departemen Farmakologi
Farmakologi & TerapeutikFK-USU.
& Terapeutik FK-USU.
Interaksi obat: itraconazole

Itraconazole menghambat enzim CYP 3A4



Kadar obat yang dimetabolisme
oleh enzim CYP 3A4 dalam plasma 

Itraconazole dimetabolisme oleh CYP 3A4



Obat yang menginduksi & menghambat
CYP 3A4 &  kadar itraconazole plasma
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Interaksi obat: itraconazole

 Absorpsi itraconazole 

Diberikan bersama:
antasida, ‘H2 – blockers’,
‘proton pump inhibitors’

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Kontra indikasi itraconazole

 Hipersensitivitas terhadap itraconazole


 Penggunaan bersamaan dengan:
cisapride, midazolam, pimozide, quinidine,
dofetilide, triazolam
(obat-obat yang dimetabolisme
oleh enzim sitokrom P450 3A4)

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Kontra indikasi itraconazole

 Hipersensitivitas terhadap azole lainnya


Gangguan fungsi hati
 Gagal ginjal
 Kehamilan & Menyusui
 Riwayat gagal jantung kongestif
 Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Fluconazole

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Farmakokinetik fluconazole
Parameter f’ kinetik fluconazole oral = i.v
Absorpsi pada sal.cerna tidak dipengaruhi
oleh makanan & keasaman lambung
 Waktu paruh : 25 – 30 jam
‘Steady state level’  setelah 7 hari pemberian 1 X/hari
 90 % berada dalam bentuk bebas
 Resisten terhadap proses metabolisme di hati

(± 80 % dieksresi  urin & ± 2 %  feses (bentuk utuh)
& 11 % metabolit dieksresi  urin)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Farmakokinetik fluconazole

Dapat mencapai cairan serebro-spinal


(membedakannya dengan anti jamur lain)
 Kadar fluconazole pada:
cairan serebro-spinal, saliva, jaringan vagina,
sputum, kulit, ‘blister fluid’  kadar dalam plasma
 Perubahan profil f’kinetik fluconazole

Gangguan fungsi hati & ginjal
Anak > 3 tahun  klirens fluconazole > dewasa

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Farmakodinamik fluconazole

 Menghambat enzim 14- demethylase


(enzim non-sitokrom P450
pada membran sel jamur)

 14-- methylsterols  berperan penting


pada perubahan lanosterol  ergosterol

Mengganggu permeabilitas membran sel jamur

Menghentikan pertumbuhan sel jamur

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi Klinis fluconazole
Sebelum menggunakan fluconazole

 Tes infeksi jamur (+)  KOH, kultur, histologi
 Tidak direkomendasi
pemeriksaan laboratorium awal
 Tidak direkomendasi monitoring
(kecuali monitoring kadar obat   fungsi ginjal)

(fluconazole diberikan dosis tunggal
atau 1 X / minggu)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi Klinis fluconazole

Terapi lini pertama untuk kandidiasis mukokutaneus



 Kecuali untuk infeksi Candida krusei & dermatofit

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus

Anak- anak:
 Untuk infeksi tinea kapitis
(6 mg / kg BB/ hari, selama 20 hari
atau 5 mg/kg BB/ hari selama 30 hari)

Untuk infeksi Trichophyton pemberian


fluconazole paling singkat 2 minggu

keberhasilan klinis  terbinafine & itraconazole ,
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus

Anak- anak:
 Untuk infeksi Mycoplasma canis

pengobatan lebih lama

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Kandidiasis vaginal:
 (150 mg, dosis tunggal);
150 mg 1 X / minggu selama 6 bulan;
 ‘Recurrent vulvovaginal candidiasis’
(waktu pengobatan yang lebih lama)

 Tinea pedis
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Tinea pedis:
 (150 mg, 3-4 minggu)

75 % ‘mycologic cure rate’ (4 minggu)
 Onychomycosis
(150 mg fluconazole selama 24 minggu,
lebih inferior dari 250 mg terbinafine / hari
selama 12 minggu)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus
 Dewasa:
 Pityriasis versicolor:
(400 mg fluconazole dosis tunggal

keberhasilan klinik lebih baik &
kekambuhan yang lebih rendah dibandingkan
400 mg itraconazole dosis tunggal)

Dinilai dengan pemeriksaan KOH &
kultur jamur setelah 8 minggu pengobatan
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus

 Geriatrik (Lansia):
 Fluconazole ditoleransi dengan baik
 Perlu penyesuaian dosis,
pada lansia dengan gangguan fungsi ginjal

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis fluconazole
pada kondisi khusus

 Kehamilan & menyusui:


 Penggunaan itraconazole (kategori C)

Tidak dianjurkan  pada kehamilan &
ibu menyusui

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Efek samping obat: fluconazole

 Gangguan saluran cerna


 Kerusakan hati yang lebih ringan
dibanding azole lainnya
 Torsade de pointes pernah dilaporkan,
dengan atau tanpa pemberian obat anti-aritmia

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Interaksi obat: fluconazole

Fluconazole menghambat
enzim CYP 3A4 & CYP 2C9
(tergantung dosis yang digunakan)

 Kadar obat dalam plasma
(obat yang dimetabolisme
oleh enzim CYP 3A4 & CYP 2C9)

Monitoring ketat
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Kontra indikasi fluconazole
 Penggunaan bersamaan
dengan terfenadine & cisapride
 Obat-obat yang dimetabolisme
oleh enzim CYP 3A4 & CYP 2C9)

 Untuk menghindari toksisitas hati & jantung



Hati-hati pada pasien  imunosupresif,
mengidap berbagai penyakit,
gangguan fungsi hati & jantung

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Griseofulvin

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Farmakokinetik griseofulvin

Absorpsi pada sal.cerna 



diberikan bersama makanan berlemak ,
partikel obat yang lebih kecil
 Dimetabolisme di hati sebelum diekskresi

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Farmakodinamik griseofulvin

 Fungistatik (in vitro)

 Spektrum antimikotik yang sempit

 Mengganggu pembentukan
‘microtubule mitotic spindle’

Menghentikan mitosis sel jamur


pada tahap metafase

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis griseofulvin

Sebelum menggunakan griseofulvin



 Tes infeksi jamur (+)  KOH, kultur, histologi
 Tidak direkomendasi
pemeriksaan laboratorium awal

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi Klinis griseofulvin

 Griseofulvin bukan obat lini pertama


untuk infeksi jamur, kecuali untuk tinea kapitis
 Infeksi dermatofit
 Tidak efektif untuk kandidiasis,
‘deep fungal infection’, & pitiriasis versikolor

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis griseofulvin
pada kondisi khusus

Anak- anak:
 Pilihan pertama  infeksi tinea kapitis

Untuk infeksi M. Canis waktu terapi >>>

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis griseofulvin
pada kondisi khusus

 Dewasa:
 Onychomycosis
pada kuku jari tangan (6 bulan) &
kuku jari kaki ( 12 bulan)
 Terapi sering diperpanjang

keberhasilan terapi rendah & kekambuhan

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis griseofulvin
pada kondisi khusus

 Geriatrik (Lansia):
 Tidak dijumpai peningkatan e.s.o
pada penggunaan griseofulvin

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis griseofulvin
pada kondisi khusus

 Kehamilan & menyusui:


 Penggunaan griseofulvin (kategori C)

Tidak dianjurkan  pada kehamilan &
ibu menyusui

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis griseofulvin
pada kondisi khusus

 Laki-laki calon ayah:


 Griseofulvin menganggu distribusi kromosom
pada saat berlangsungnya pembelahan sel

Harus menunggu  6 bulan
setelah selesai menggunakan griseofulvin

menjadi ayah
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Efek samping obat: griseofulvin

 Gangguan saluran cerna


 Gangguan SSP (sakit kepala, pusing, insomnia)
 Memudahkan kejadian SLE
 ‘Steven Johnson syndrome & angioedema (jarang)
 Mengganggu metabolisme porfirin
 Reaksi foto alergik

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Interaksi obat: griseofulvin

Griseofulvin menginduksi enzim CYP 3A4



 Kadar obat dalam plasma
(obat  dimetabolisme oleh enzim CYP 3A4)

*  efek antikogulan warfarin
*  efektivitas pil kontrasepsi

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Kontra indikasi griseofulvin

 Pasien dengan porfiria & gagal hati


 Fotosensitivitas

 SLE & ‘lupus-like syndrome’

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Anti jamur

pasien immunocompromised

Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.


Aplikasi klinis anti jamur
pada kondisi khusus

 Pasien ‘immunocompromised’:
 Kandidiasis & aspergilosis >>>>
 Penggunaan >> fluconazole untuk profilaksis:
pada pasien AIDS, transplantasi,
proses keganasan hematologik

 kepekaaan kandidiasis terhadap fluconazole
Transplantasi organ infeksi jamur >>>
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis anti jamur
pada kondisi khusus

 Pasien ‘immunocompromised’:
 Larutan itraconazole memberi kemungkinan
interaksi obat >>>>
 Kepatuhan penggunaan itraconazole ,
karena e.s.o  nausea & diare
 Untuk infeksi jamur yang resisten:
Anti jamur golongan echinocandin  bekerja
khas pada sintesis 1,3- D-glucan
(dinding sel jamur)
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.
Aplikasi klinis anti jamur
pada kondisi khusus

Pasien ‘immunocompromised’:
 Untuk infeksi jamur yang resisten
terhadap anti jamur yang lazim digunakan:

Anti jamur golongan echinocandin

bekerja pada sintesis 1,3- D-glucan
(dinding sel jamur)

Ketersediaan hayatinya (oral) <<<  i.v
Zain-Hamid, R; Departemen Farmakologi & Terapeutik FK-USU.

Anda mungkin juga menyukai