Anda di halaman 1dari 17

Assalamualaikum Wr. Wb.

REFERAT

“PATOMEKANISME PRURITUS”
Disusun Oleh :
Diah Dewi Anggraeni
1102009076

Pembimbing :
dr. Yanto Widiantoro, SpKK
DEFINISI PRURITUS
Pruritus merupakan sensasi kulit yang
tidak menyenangkan yang menyebabkan
keinginan untuk menggaruk.
PATOMEKANISME
• Zat kimia dan rangsangan fisik (mekanik)  memicu pruritus.

• Stimulasi ujung saraf bebas di dekat junction dermoepidermal  Sinaps


di akar dorsal korda spinalis (substansia grisea)  bersinaps dengan
neuron kedua yang menyeberang ke tengah  traktus spinotalamikus
kontralateral  thalamus (neuron ketiga)  pusat persepsi di korteks
serebri.

• Saraf yang menghantarkan sensasi gatal (dan geli, tickling sensation) =


menghantarkan rangsang nyeri.

• Saat ini telah ditemukan serabut saraf yang khusus menghantarkan


rangsang pruritus, baik di sistem saraf perifer, maupun di sistem saraf
pusat. Ini merupakan serabut saraf tipe C – tak termielinasi.
• Sekitar 80% serabut saraf tipe C adalah nosiseptor polimodal (merespons
stimulus mekanik, panas, dan kimiawi); sedangkan 20% sisanya
merupakan nosiseptor mekano-insensitif, yang tidak dirangsang oleh
stimulus mekanik namun oleh stimulus kimiawi.

• Dari 20% serabut saraf ini, 15% tidak merangsang gatal (disebut dengan
histamin negatif), sedangkan hanya 5% yang histamine positif dan
merangsang gatal.
• Sel-sel keratinosit mengekspresikan mediator neuropeptida & receptor yang
diduga terlibat dalam patofisiologi pruritus : NGF (nerve growth factor) + reseptor
vanilloid TRPV1 + PAR 2 (proteinase activated receptor type 2) + kanal ATP
berbasis voltase  Epidermis dan segala percabangan serabut saraf
intraepidermal terlebih tipe C-lah yang dianggap sebagai reseptor gatal, bukan
persarafan saja.

• TRPV1 diaktivasi dan didesentisasi oleh capsaicin. Reseptor kanabioid (CB1)


terletak bersama-sama dengan TRPV1  menyebabkan endokanabioid juga dapat
merangsang TRPV1 + memungkinkan kanabioid berperan dalam modulasi
pruritus.

• Melalui jaras asenden stimulus gatal akan dipersepsi oleh korteks serebri.

• .
• Melalui PET (ositron-emission tomography) + fMRI (functional MRI),
aktivitas kortikal dapat dinilai  girus singuli anterior (anterior singulate) +
korteks insula terlibat dan berperan dalam “kesadaran” sensasi gatal 
efek emosional berpengaruh kepada timbulnya gatal.

• Korteks premotor yang diduga terlibat dalam inisasi tindakan menggaruk


Keterlibatan Pemrosesan Sensasi
Gatal di Sistem Pusat
• Melaui jaras asenden, stimulus gatal akan dipersepsi oleh korteks serebri.

• Saat ini, melalui PET (ositron-emission tomography) dan fMRI (functional MRI),
aktivitas kortikal dapat dinilai dan terkuak bahwa girus singuli anterior (anterior
singulate) dan korteks insula terlibat dan berperan dalam “kesadaran” sensasi
gatal, menyebabkan efek emosional berpengaruh kepada timbulnya gatal, serta
korteks premotor yang diduga terlibat dalam inisasi tindakan menggaruk.

• Selain itu, korteks prefrontal, orbitofrontal, serebelum, dan periaqueductal gray


diketahui memiliki keterlibatan dalam pruritus. Endovanilloid dan endokanabinoid
ditemukan di sistem pusat dan dapat meregulasi TPRV1 secara terpusat.
Mediator yang Berperan Dalam Gatal
Pruritoseptif

• Senyawa terpenting adalah histamin. Histamin merupakan produk


degranulasi sel mast dan basofil, selain dapat dihasilkan oleh makrofag
dan limfosit. Jenis histamin H1 ditemukan menyebabkan gatal.

• Histamin banyak dilepaskan setelah terjadi cidera yang melibatkan dermal.


Sementara itu, reseptor H3 terlibat dalam modulasi gatal, dan bekerja
antagonis dengan H1.

• H4 juga dapat menyebabkan gatal. Serotonin terutama terlibat dalam gatal


pusat, dan mungkin berperan dalam gatal neurogenik pada pasien uremia
(gagal ginjal).
• Asetilkolin, bekerja melalui reseptor muskarinik,
menyebabkan gatal di individu atopik; dan sensasi
terbakar di individu non-atopik. Pada penderita
dermatitis atopik, ACh yang dihasilkan oleh keratinosit
akibat inflamasi dapat mencetuskan rasa gatal.
Eikosanoid dilepaskan oleh infiltrat leukosit dan sel
mast, dan bekerja dengan mengaktifkan TRPV1 dan
TRPV4.
• Prostaglandin mengurangi ambang letup gatal akibat eikosanoid
(memudahkan tiimbulnya gatal). Sebagai contoh, endovanniloid
mengaktifkan TRPV1 dengan memengaruhi kanal ion kalsium terutama di
sel neuron dan non-neuronal (termasuk keratinosit), sehingga
meningkatkan kecenderungan untuk gatal.

• Aktivasi TRPV1 keratinosit menyebabkan pelepasan mediator


pruritogenik. Penggunaan vanniloid topikal (seperti capsaicin)
mendesensitisasi TRPV1 baik neuronal maupun non-neuronal, sehingga
melawan aktivitas pruritogenik dan mencegah timbulnya gatal.


• Sitokin, seperti IL-2 dan IL-31 terlibat dalam pruritus. IL-2 terutama adalah
penginduksi yang poten, sementara IL-31 ditemukan menyebabkan pruritus
di individu atopik yang overekspresi IL-31.

• Neuropeptida yang terpenting adalah substansi P (SP) yang dihasilkan


akibat aktivasi serabut saraf C (disebut dengan refleks aksonal), selain
juga akan melepaskan mediator eikosanoid inflamasi dan histamin.

• Substansi P akan meningkat jumlahnya apabila terjadi inflamasi, sehingga


zat ini adalah salah satu mediator terpenting yang berperan dalam gatal
akibat inflamasi.
Substansi P secara selektif menyebabkan
pelepasan histamin oleh sel mast.

• Aktivitasnya menurun akibat stress, serta meningkat


akibat penuaan dan keadaan malam. CGRP (Calcitonin
Gene Related Peptide) juga neurotransmiter golongan
péptida utama, disamping neuropeptida lain seperti VIP
(Vasoactive intestinal peptide), endothelin, neurotensin,
dan neurotrophin, serta neurokinin A (NKA).

• Neurotrophin, seperti NGF bekerja dengan


menurunkan ambang gatal, meningkatkan regulasi
reseptor vanilloid, serta meningkatkan produksi
substansi P. Berperan terutama pada gatal akibat
dermatitis atopik.

Menggaruk Memodulasi dan
Meregulasi Gatal
• Tindakan menggaruk (scratching) merupakan tindakan yang
mengaktivasi serabut saraf A-β termielinasi yang akan menekan
proses rangsang gatal di tingkat substansia gelatinosa korda
spinalis dan mengaktivasinya.

• Mekanisme modulasi gatal pada umumnya menggunakan sistem


gerbang (gated mechanism) Selain itu, akar dorsal juga menerima
sinyal inhibisi dari daerah periakuaduktus otak tengah. Selain itu,
menggaruk akan merangsang serabut saraf C polimodal yang
akan menimbulkan impuls nyeri dan menginhibisi timbulnya
impuls gatal.
Alloknesis
• Alloknesis merupakan stimulus yang dalam keadaan normal tidak
mencetuskan sensasi gatal (seperti sentuhan ringan, perubahan
temperatur), namun dipersepsikan sebagai pruritus.

• Fenomena ini terjadi akibat sensitisasi central, yang akan


ditemukan pada pasien dengan dermatitis atopik sebagai respons
terhadap keringat dan perubahan temperatur.

• Dugaan sementara kejadian ini adalah akibat eksitasi berlebihan


pemroses rangsang gatal pusat akibat proses 􀍞 gating􀍞
(mekanisme inhibisi) yang terganggu.

• Gatal yang kronis juga timbul akibat sensitisai terhadap jaras


pruritus di pusat, sehingga menggaruk justru menambah intens
tingkat kegatalan daripada menguranginya.
Alhamdulillah

WASSALAMUALAIKUM
WR.WB.

Anda mungkin juga menyukai