Anda di halaman 1dari 62

OBAT-OBAT YANG

MEMPENGARUHI AUTAKOID

Farmakologi dan Toksikologi I


Program Studi Farmasi
UNISBA
Autakoida
 substansi (kimia) selain transmitor yang
secara normal ada di dalam tubuh dan
punya peran atau fungsi fisiologik penting
baik dalam keadaan normal (sehat)
maupun patologik (sakit)
Karakteristik
• Secara normal dibentuk dalam tubuh
• Tidak termasuk hormon
• Tidak tergolong neurotransmiter
• Bekerja dekat pada tempat sintesisnya
• Waktu hidup singkat
• Disebut juga : hormon jaringan
• Sebagai suatu mata rantai aksi dalam tubuh.
• Aksinya melalui fisiologi dan patologi
Autakoida
Aksi fisiologis
• Kadar autokoid dalam tubuh dijaga sehingga aksi
fisiologis seimbang / normal
• Merupakan bagian dari sistem pertahanan tubuh, misal :
prostaglandin bekerja menstimulasi sekresi mukus di
lambung untuk melindungi mukosa lambung terhadap
efek korosif dari asam lambung

Aksi patologis
• Jumlah autokoid bila berubah dapat menimbulkan
patologi/kerusakan jaringan
• Prostaglandin bila berlebih menimbulkan demam,
inflamasi
• Histamin bila meningkat menimbulkan alergi,
urtikaria/gatal-gatal (respon patologi)
Autakoida
• prostaglandin,
Derivat • leukotrien,
• faktor pengaktivasi platelet,
lipid • Tromboksan

Derivat • histamin
• kinin plasma (bradikinin)
peptida
AUTAKOID DERIVAT LIPID
(PROSTAGLANDIN)
Efek Autakoida derivat lipid
terhadap sistem • Penginduksi kelahiran atau abortifum (penyebab
keguguran)
reproduksi • Mekanisme : meningkatkan kontraksi uterus

• Meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga plasma


Terhadap darah keluar
• Berperan sebagai khemotaksis yang dapat menarik
inflamasi limfosit ke tempat inflamasi

• Merupakan mediator nyeri dan demam


Pada keadaan • Meningkatkan sensibilitas reseptor nyeri
• Berperan sebagai pirogen endogen yang menstimulasi
demam peningkatan termostat hipotalamus

Terhadap • Konstriksi otot bronkhus dan trakhea


sistem respirasi

Terhadap • Menyebabkan diare


saluran cerna • Menstimulasi sekresi mukus dan dapar di lambung
Biosintesis prostaglandin & leukotrien
fosfolipid

fosfolipase

Asam arakhidonat

siklooksigenase lipooksigenase

•Prostaglandin •Leukotrien
Obat-obat penghambat
biosintesis autokoid derivat lipid

Analgetika-Antipiretika-
Antiinflamasi
MEKANISME NYERI-
INFLAMASI-DEMAM
Nyeri
• Bisa muncul bersama kerusakan jaringan
dan inflamasi
• Ketika ada stimulus nyeri, prostaglandin
mensensitisasi reseptor nyeri bersama
dengan mediator lain seperti bradikinin
dan histamin
• Rangsang nyeri diteruskan ke otak dan
ditafsirkan sebagai rasa nyeri oleh tubuh
NOCICEPTIVE PAIN
Noxius Pheripheral Stimuli
Pain
Heat Autonomic Response
Witdrawal Reflex
Cold
Brain

Intense
Mechanical
Nociceptor sensory neuron
Force

Heat

Cold Spinal cord


INFLAMMATORY PAIN
Inflammation
Spontaneous Pain
Macrophage Pain Hypersensitivity
Mast Cell

Neutrophil
Granulocyte
Brain

Nociceptor sensory neuron

Tissue Damage

Spinal cord
=
Inflamasi
• Respon imun tubuh akibat iritasi,
kerusakan jaringan
• Untuk melokalisasi kerusakan,
menghilangkan penyebab kerusakan dan
memperbaiki jaringan yang rusak
• Manifestasi lokal: triple respons (merah-
panas, nyeri, bengkak)
Inflamasi
• Vasodilatasi dan peningkatan aliran darah
akibat histamin; pelepasan prostaglandin
→kemerahan dan panas
• Masuknya plasma darah dari pembuluh
darah ke area injury, penimbunan leukosit
(fagositosis sel rusak)→bengkak
• Leukosit yang mati melepaskan enzim
yang mengaktifkan bradikinin
→menstimulasi reseptor nyeri →nyeri
Demam
• Meningkatnya suhu tubuh di atas batas
normal
• Bukan suatu penyakit, tetapi tanda adanya
penyakit/ infeksi
• Bisa disebabkan dehidrasi, inflamasi,
infeksi, obat-obat tertentu, brain injury,
penyakit yang melibatkan hipotalamus
Pengaturan suhu
• Suhu tubuh dikontrol oleh pusat pengaturan di
hipotalamus
• Secara normal, ada keseimbangan antara
produksi panas dengan kehilangan panas untuk
memelihara temperatur konstan
• Prostaglandin merupakan pirogen (penyebab
demam), terbentuk misalnya karena toksin bakteri
• Jika diproduksi panas berlebih (demam),
diaktifkan mekanisme untuk meningkatkan
penghilangan panas (dilatasi pembuluh darah,
keringat)
FARMAKOLOGI ANALGETIKA
KLASIFIKASI
ANALGETIKA

Analgetika perifer
Perifer/non
berefek analgetik- opioid
Sentral/opioid
antipiretik-antiinflamasi

NSAID:
Non Steroid
Antiinflammation NSAID SAID narkotika
Drugs
SAID: Steroid
Antiinflammation
Drugs
MEKANISME PENGHANTARAN & TIMBULNYA SENSASI NYERI

korteks

Reaksi
Sistem Thalamus opticus Otak kecil Pertahanan
terkoordinasi
limbik
Formatio reticularis
Reaksi vegetatif
Analgetika
narkotika
Spinalis Cordata
Reaksi pertahanan

Reseptor nyeri

Analgetika
non Pembebasan mediator nyeri
narkotika

Rangsang nyeri
Efek Analgesia
• Pada neuron yang menghantarkan informasi
nyeri terdapat reseptor opioid yang terdapat
di SSP
• Jika reseptor ditempati oleh peptida opioid
endogen (endorphin, enkephalin)→rangsang
nyeri tidak diteruskan→efek analgesia
• Morphin mirip endorphin, menduduki
reseptor opioid→efek analgesia
Mekanisme kerja peptida endogen dalam
menimbulkan analgesia

korteks

Info nyeri

Thalamus opticus
inhibisi peptida
endogen
bradikinin Info nyeri
Aktivitas
Penghantaran
Reseptor •Endorfin
Spinalis cordata info nyeri
Opioid (µ,δ,κ) •Enkefalin menurun
•Dinorfin
Info nyeri

Reseptor Nyeri
Analgetik opioid
• Analgetik opioid merupakan golongan obat yang
memiliki sifat seperti opium/morfin.
• Mempunyai daya penghalang nyeri yang sangat kuat
dengan titik kerja yang terletak di sistem saraf pusat
(SSP).
• Umumnya dapat mengurangi kesadaran
dan menimbulkan perasaan nyaman (euforia).
• Analgetik opioid ini merupakan pereda nyeri yang
paling kuat dan sangat efektif untuk mengatasi nyeri
yang hebat.
• Mekanisme umumnya :
Terikatnya opioid pada reseptor menghasilkan
pengurangan masuknya ion Ca2+ ke dalam sel, selain
itu mengakibatkan pula hiperpolarisasi dengan
meningkatkan masuknya ion K+ ke dalam sel. Hasil
dari berkurangnya kadar ion kalsium dalam sel adalah
terjadinya pengurangan terlepasnya dopamin,
serotonin, dan peptida penghantar nyeri, dan
mengakibatkan transmisi rangsang nyeri terhambat.

• Efek-efek yang ditimbulkan dari perangsangan


reseptor opioid diantaranya:
Analgesik, Miosis, Antitussive effect, GI effect
• Efek samping yang dapat terjadi:
Toleransi dan ketergantungan, Depresi pernafasan,
Hipotensi, dll
ANALGETIKA OPIOID
•Morfin
•Diamorfin
Analgetik opioid kuat •Phenazocine indikasi :
•Pethidine Nyeri berat
•Bupreborphine
•nalbuphine
Indikasi: nyeri
•tramadol sedang - berat
Analgetik opioid lemah:
efek ketergantungan rendah •Kodein
•dekstrometorfan Indikasi:
batuk kering
Toleransi & adiksi
Jika pemakaian terus menerus

Antagonis naloxone
Analgetika perifer-antipiretik-
antiinflamasi

NSAIDs

Inhibitor enzim siklooksigenase!!


(Cox-1 & Cox-2)
Indikasi
• Nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan
gangguan muskuloskeletal: osteoarthritis,
rheumatoid arthritis, pirai (asam urat)
• Sakit kepala
• Dysmenorrhea
• Nyeri karena benturan
• Nyeri pada pembedahan kecil
• dll
Efek samping
• Kecuali parasetamol, ES utama NSAIDs
adalah merusak mukosa gastrointestinal
karena inhibisi sintesis prostaglandin→tukak
lambung
• Nefrotoksik : retensi natrium, aliran darah
renal berkurang, gagal ginjal. Akibat inhibisi
sintesis prostaglandin
• Bronkospasmus, alergi
Parasetamol/acetaminophen
• Hanya analgesik-antipiretik
• Tidak digunakan untuk mengobati
inflamasi (efek antiinflamasi kecil)
• Tidak ada efek ke gastrointestinal
• Mengganggu fungsi hati pada pemakaian
jangka panjang (hepatotoksik)
Inhibitor spesifik Cox-2
• Celecoxib
• Valdecoxib
• Parecoxib
• Etoricoxib
Inhibitor spesifik Cox-2
• Mengurangi efek samping ke
gastrointestinal karena spesifik
menghambat Cox 2 di area inflamasi saja
• Dalam penelitian menimbulkan efek
samping lain, antara lain ke kardiovaskular
(celecoxib)
Antiinflamasi steroid
Steroid
Antiinflamasi steroid
• Menghambat enzim fosfolipase
• Obat:
deksametason
metil prednisolon
betametason
prednison, dll
• Penggunaannya sebaiknya diminimalisir (kecuali
beberapa untuk pengobatan asma memang
diperlukan)karena resiko efek samping
• Efek jangka panjang secara umum: GI, gangguan
ginjal, retensi cairan (efek moon face), dll
AUTAKOID DERIVAT PEPTIDA
(HISTAMIN)
histamin
• Autokoid derivat peptida
• Nama kimia : β –
aminoetilimidazol
• Distribusi dalam tubuh
mamalia : hampir dalam
semua jaringan tubuh
• Konsentrasi : 1 – 100 µg
• Prekurosr : histidin
histamin

Deposit :
• mast sel (sekitar
pembuluh darah,
saraf, limfatik)
• otak (SSP)
• darah (sel-sel basofil)
Penyebab pembebasan histamin

• Antaraksi Antigen dan Antibodi (Ig E)


• Mengkonsumsi obat-obat basa organik
– Golongan amida
– Senyawa piridinium
– Alkaloid (kuinin)
– Antibiotik (polimiksin B)
– Morfin
• Stimulus dingin, panas dan kolinergik
Efek fisiologis & patologis histamin
• Vasodilatasi
Terhadap sistem • Efek tripple respon (spot merah → membesar &
intensitas warna meningkat → bentol-bentol)
kardiovaskular • Efek yg paling berbahaya : syok anafilatik
(penurunan tek. darah secara drastis)

Terhadap ujung • Nyeri dan gatal (misalnya : pada epidermis)


saraf

Terhadap • Histamin berikatan dengan reseptor H2 akan


menstimulasi kelenjar parietal lambung untuk
lambung mensekresikan asam lambung

Pada • Meningkatkan suplai darah ke tempat luka


penyembuhan termasuk faktor-faktor pembekuan darah
• Mengalirkan sel-sel fagositosis
luka
Reseptor histamin H

Reseptor H1 • berperan dalam reaksi alergi

Reseptor H2 • berperan dalam sekresi gastrik

• transmisi kolinergik kontrol


Reseptor H3 pembebasan sintesa histamin
(fungsi SSP)
Antihistamin H1
Generasi pertama→ES mengantuk (sedatif)
Karena dapat mendepresi SSP

• Chlorpheniramin maleat (CTM)


• Difenhidramin
• Dimenhidrinate
• Prometazin
• Cyproheptadine
Antihistamin H1
Generasi kedua→tidak menyebabkan kantuk
Karena tidak dapat menembus Blood Brain Barrier

• Cetirizin
• Loratadin
• Desloratadin
• Fexofenadine
Antihistamin H2 dan H3
Antihistamin H2 :
cimetidin, ranitidin, famotidine

Antihistamin H3 : thioperamida
Perbedaan AH1 dan AH2
• Perbedaan tempat bekerja (perbedaan
reseptor)
• A-H2 kurang larut dalam lipid sehingga tidak
menembus barrier darah otak
• Sifat atau efek farmakologi
Antagonis Histamin AH1

• Contoh :
Chlorpheniramine
Maleate (CTM =
Chlor-Trimeton)
• Kompetitif dalam
menduduki reseptor
histamin
Antagonis Histamin AH1
• Sifat farmakologi (dengan menduduki reseptor histamin):
Terhadap pembuluh • stabilitas permeabilitas kapiler (mencegah udem
darah dan inflamasi); menghambat vasodilatasi

Terhadap reaksi
• mengurangi / menekan respon alergi dan syok
hipersesitivitas tipe anafilaktik
segera

Terhadap SSP • efek depresi (menekan mabuk perjalanan)

Terhadap saluran nafas • relaksasi otot bronchus

Terhadap kulit • menekan pruritus, pemerahan muka


Kegunaan klinis
Antagonis Histamin AH1
• Untuk simptomatik reaksi
hipersensitivitas tipe segera
: menurunkan efek alergi,
menghindari hipotensi,
menghindari pembebasan
mediator inflamasi lain
• Efek sentral : mencegah
mabuk perjalanan→ misal :
difenhidramin,
dimenhidrinat;
• Untuk penyakit asma :
bronkhodilator (efek kurang)
• Untuk dermatitis atopik
Efek samping
Antagonis Histamin AH1
• Sedasi : penggunaan harus
hati-hati → perhatian : obat
ini menyebabkan kantuk,
jika menggunakan obat ini
agar tidak mengendarai
kendaraan bermotor atau
menjalankan mesin
(aktivitas yang memerlukan
kewaspadaan penuh)
Antagonis Histamin AH2

• Terutama untuk
mengobati peptik
ulser, menekan
sekresi asam lambung
• Contoh : simetidin,
ranitidin
ALHAMDULILLAH

Anda mungkin juga menyukai