Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MANDIRI

MEKANISME GATAL
MODUL GANGGUAN KULIT

NURUL FITRI RAMDANI


100 111 213
RUANG 11 / B

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SAM RATULANGI
MANADO
2013
1. MEKANISME GATAL
Pruritus didefinisikan sebagai sensasi tidak nyaman pada kulit yang
menimbulkan keinginan untuk menggaruk daerah tertentu untuk mendapatkan

kelegaan. Pruritus bersinonim dengan gatal, dan memiliki prevalensi yang


meningkat pada orang tua. Pruritus merupakan gejala dari berbagai penyakit
kulit. Bila tidak disertai kelainan kulit, maka disebut pruritus esensial atau
pruritus sine material. Penyebab pasti pruritus tidak diketahui secara jelas.
Rasa gatal yang timbul melibatkan suatu proses rumit yang melibatkan kerja
saraf yang merespon terhadap mediator tertentu, seperti histamine, dan proses
yang melibatkan pemrosesan sinyal saraf di otak. Pruritus dapat menyebabkan
perasaan tidak nyaman dan frustasi; pada kasus yang berat, pruritus dapat
menyebabkan tidur yang terganggu, rasa gelisah, dan depresi. Garukan yang
konstan atau terus menerus untuk mendapatkan kelegaan dapat merusak kulit
(ekskoriasi, likenifikasi) dan dapat mengurangi keefektivan kulit sebagai
lapisan pelindung.
Klasifikasi Gatal
Pruritoceptive itch : Akibat gangguan yang berasal dari kulit. Misalnya,
inflamasi, kering, dan kerusakan kulit.
Neuropathic itch : Akibat gangguan pada jalur aferen saraf perifer atau
sentral. Misalnya, pada herpes dan tumor.
Neurogenic itch : Tidak ada gangguan pada saraf maupun kulit, namun
terdapat transmitter yang merangsang gatal. Misalnya, morphin dan penyakit
sistemik (ginjal kronis, jaundice)
Psikogenic itch : Akibat gangguan psikologi. Misalnya, parasitophobia.
Jaras Sensoris Kulit
Pada kulit, terdapat ujung saraf bebas yang merupakan reseptor nyeri
(nosiseptor). Ujung saraf bebasnya bisa mencapai bagian bawah epidermis.
Ujung saraf bebas terbagi menjadi dua jenis serabut saraf. Serabut saraf A
bermielin yang merupakan nosiseptor dan serabut saraf C tidak bermielin.
Serabut saraf C terdiri dari 80% mekanosensitif yang merupakan polimodal
nosiseptor dan 20% mekanoinsensitif. Polimodal nosiseptor merupakan serabut
saraf yang merespon terhadap semua jenis stimulus mekanik dan kimiawi.
Sedangkan mekanoinsensitif tidak merespon terhadap stimulus mekanik,
namun memberi respon terhadap stimulus kimiawi. Sekitar 5% dari
mekanoinsensitif ini merupakan pruritoseptor yaitu reseptor yang
menimbulkan rasa gatal, terutama dipengaruhi oleh histamine. Serabut saraf A
merupakan penghantar sinyal saraf yang cepat. Kecepatan hantarannya
mencapai 30m/detik. Sedangkan serabut saraf C merupakan penghantar sinyal
saraf yang lambat. Kecepatan hantarannya hanya 12m/detik, terlebih lagi pada
serabut saraf C mekanoinsensitif yang hanya 0,5m/detik. Hal ini menjelaskan

mengapa seseorang dapat merasakan rasa gatal beberapa saat setelah stimulus
terjadi. Bandingkan saat tangan kita terkena benda panas.
Gatal dapat timbul apabila pruritoseptor terangsang dan reseptor lainnya tidak
terangsang. Tidak mungkin pada penghantaran sinyal, terdapat dua reseptor
sekalgus yang terangsang oleh satu stimulus. Saat pruriseptor terangsang,
seseorang akan mulai merasakan sensasi gatal sehingga timbul hasrat untuk
menggaruk. Saat menggaruk, polimodal nosiseptor akan terangsang sehingga
pruritoseptor akan berhenti terangsang. Hal ini memberikan penjelasan
mengapa ketika seseorang menggaruk tubuhnya yang gatal, maka rasa gatal
akan menghilang. Setelah garukan dihentikan, yang artinya polimodal
nosiseptor berhenti terangsang, pruritoseptor sangat mungkin untuk kembali
terangsang sehingga gatal akan timbul kembali. Polimodal nosiseptor juga
dapat menimbulkan gatal, misalnya pada baju baru yang labelnya kasar akan
menimbulkan sensasi gatal.Stimulus pada serabu saraf C melalui ganglion
dorsal dan menyilang pada saraf tulang belakang ke sisi kontralateral dan
masuk ke jalur spinotalamikus lateral menuju thalamus dan akhirnya mencapai
korteks serebri sensori.
Mediator Penyebab Gatal pada Kulit
Histamin
Konsentrasi histamin yang rendah pada lapisan dermo-epidermal menyebabkan
sensasi gatal, namun injeksi yang lebih dalam (deeper intracutaneus)
menyebabkan nyeri. Histamin disintesis di dalam sel mast dan tersimpan pada
granula sel mast. Ketika terjadi reaksi radang, sel mast terdegranulasi dan
keluarlah histamin tersebut. Histamin terdiri dari dua macam, H1 dan H2.
Histamin yang menyebabkan gatal adalah H1.
Serotonin
Amina jenis ini ditemukan pada platelet tapi tidak terdapat pada sel mast
manusia. Serotonin dapat menyebabkan gatal melalui pelepasan histamine dari
sel mast dermal.
Endopeptidase
Endopeptidase seperti tripsin atau papain dapat menyebabkan gatal. Tripsin
adalah komponen penting dari sel mast dermal dan dilepaskan akibat aktivasi
sel mast. Sel mast memperoleh triptase, dari kerja proteinase-activated
receptor-2 (PAR-2) pada terminal saraf C yang berdekatan sehingga
membangkitkan neuropeptida pruritogenik dari terminal yang sama. Hal ini
memperlihatkan interaksi sistem imun dan sistem saraf dalam menyebabkan
sensasi gatal. Selain tripsin, reaksi inflamasi juga menghasilkan interleukin-2
(IL-2) yang ikut berperan dalam timbulnya gatal.
Neuropeptida

Substansi P yang terdapat pada terminal neuron C dilepaskan sebagai akibat


dari kerja triptase sel mast pada PAR-2 dan menyebabkan gatal dengan baik
dengan aksi langsung maupun memicu pelepasan histamin oleh sel mast
melalui reseptor NK-1. Dosis rendah dari morphin menyebabkan gatal dan
efeknya adalah pelepasan prostaglandin dan degranulasi sel mast. Reseptor
agonis opioid adalah pada saraf tulang belakang atau ganglia dorsal karena
dosis rendah dari morphine dapat menyebakan gatal segmental.
Eicosanoid
Transformasi asam arakidonat (prostaglandin, leukotrin) memliki peran yang
kuat dalam mediator inflamasi tapi tidak secara langsung menyebabkan gatal.
Prostaglandin E (PGE) menyebabkan gatal melalui mediator lain. Konsentrasi
rendah PGE pada satu area kulit menurunkan ambang batas timbulnya sensasi
gatal akibat kerja histamin pada area tersebut.
Patofisiologi Pruritus
Pruritogen menyebabkan ujung serabut saraf C pruritoseptif teraktivasi.
Serabut saraf C tersebut kemudian menghantarkan impuls sepanjang serabut
saraf sensoris. Terjadi input eksitasi di Lamina-1 kornu dorsalis susunan saraf
tulang belakang. Hasil dari impuls tersebut adalah akson refleks mengeluarkan
transmiter yang menghasilkan inflamasi neurogenik (substansi P, CGRP, NKA,
dll). Setelah impuls melalui pemrosesan di korteks serebri, maka akan timbul
suatu perasaan gatal dan tidak enak yang menyebabkan hasrat untuk
menggaruk bagian tertentu tubuh.

2. PENYAKIT KULIT YANG ADA GATAL, TANDA


GEJALA, DAN ETIOLOGI.
1) DERMATITIS
Gejala klinis:
Gatal
Kelainan bergantung pada stadium penyakit, batasnya sirkumsrip, dapat pula
difus.
Penyebarannya setempat, generalisata, dan universalis
Etiologi :

Eksogen : bahan kimia, (detergen, asam)


Fisik : sinar, suhu
Endogen : dermatitis atopik, dll

2) Dermatitis numularis
Gejala klinis :
Sangat gatal
Lesi akut berupa vesikel dan papulovesikel

Kemudian meluas ke samping


Membentuk satu lesi dengan karasteristik seperti uang logam, eritematosa,
berbatas tegas.

Etiologi :

Tidak diketahui
Diduga stafilokokus dan mikrokokus ikut berperan

3) Neurodermatitis Sirkumskripta
Gejala klinis :
Mengeluh Gatal sekali
Lesi biasanya tunggal
Awalnya eritematosa, lambat laun menghilang, bag. Tengah berskuama dan
menebal.
Etiologi :
Pruritus peran sentral
Penyakit yang medasari gagal ginjal kronis, alergi, dll
4) Dermatitis autosensitisasi
Gejala klinis :
Biasanya pada tungkai bawah
Berupa erupsi akut yang tersebar simetris, sangat gatal, terdiri dari eritema,
papul, dan vesikel
Etiologi :
Belum diketahui secara pasti
Curiga karena kulit yang sangat iritatif
5) urtikaria
Gejala klinis :
gatal, rasa terbakar, atau tertusuk
eritema dan edema setempat
bag. Tengah lebih pucat
Etiologi
obat
makanan
gigitan?sengatan serangga
bahan fotosensitizer
inhalan
kontaktan
trauma fisik
infeksi dan infestasi
psikis
genetik
penyakit sistemik
6) Reaksi Fotoalergik

Gejala klinis:
Urtikaria akut sampai lesi papular/ eksematosa
Poliforfi terutama eksematosa desertai rasa gatal
Pada st. Akut terlihat vesikel disertai squama, krusta,eksoriasi
St. Kronik ditemukan urtika, dan papul
Etiologi :

Fotoalergen
Melalui respon imun humoral, atau respon imun selular

7) Psoriasis
Gejala klinis :
Eritroderma
Mengeluh gatal ringan
Tempat predileksi pada skalp, perbatasan daerah tersebut dengan muka,
ekstremitas bag. Ekstensor terutama siku, serta lutut, dan darah
lumbalsakral.
Bercak-bercak eritema
Skuama berlapis-lapis, kasar, dan berwarna putih seperti mika serta
transparan
terdapat fenomena tetesan lilin, auspitz, kobner
Etiologi

Faktor genetik
Penyakit autoimun
Faktor pencetus : stres psikis, infeksi fokal, trauma (fenomena koebner),
endokrin, gangguan metabolik, obat, alkohol, dan merokok

8) Parapsoriasis
Gejala klinis :
P. Gutata : ruam terdiri atas papul miliar serta lentikular, eritema, dan
squama, dapat hemoragik, berkonfluensi, dan umumnya simetrik. Tempat
pada badan, lengan atas, paha. Sembuh spontan tanpa meninggalkan sikatriks
P. Variegata : kelainan pada bahu, badan, tungkai, bentuknya seperti kulit
zebra, terdiri atas skuama, dan eritema yang bergaris-garis.
P. En plaque : t4 pada badan dan ekstremitas, berupa bercak eritematosa,
permukaannya datar, bulat, lonjong.
Etiologi :

Belum diketahui

9) Pitiriasis rosea
Gejala klinis :
Mengeluh ringan gatal
Skuama halus
Lesi pertama umumnya di badan, solitar, berbentuk oval dan anular,

diameter 3 cm, ruam terdiri dari eritema, skuama halus di pinggir


Lamanya beberapa hari hingga beberapa minggu

Etiologi :

Belum diketahui
Hipotesis, karena virus

10) Dermatitis Seboroik


Gejala klinis :
Kulit terdiri atas eritema, skuama yang berminyak, agak kekuningan,
batasnya kurang tegas
Skuama yang halus
Eritematosa dan gatal
Etiologi :

Belum dikeathui secara pasti


Faktor predisposisi karena kelainan kontitusi berupa status seboroik yang
diturunkan.

11) Dermatitis Herpetiformus (Morbus Duhring)


Gejala klinis :
Keluhannya sangat gatal
Tempat predileksi di punggung, daerah sakrum, bokong, daerah ekstensor, di
lengan atas, sekitar siku, dan lutut.
Ruam berupa eritema, papulo vesikel, vesikel/bula yang berkelompok
Etiologi :

Belum diketahui pasti

12) Chronic Bullous Disease of Childhood (C.B.D.C)


Gejala klinis :
Gatal ringan
Timbulnya mendadak
Berupa vesikel atau bula, berdinding tegang.
Etiologi :

Belum diketahui pasti


Faktor karena infeksi dan antibiotik. Sering penisilin

13) Pemfigoid Gestations


Gejala klinis :
demam, malaise, mual, nyeri.
Rasa panas, timbul erupsi dapat didahului dengan perasaan sangat gatal
seperti terbakar.
Etiologi :
Autoimun

Sering bergabung dgn penyakit lain seperti grave, vitiligo, dan alopesia areata

Sumber :
Buku ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN edisi kelima cetakan 2007.
FKUI.

Anda mungkin juga menyukai