Anda di halaman 1dari 25

PENGGUNAAN

METODE
BIOTRICKLING
FILTER DALAM
MENGATASI KARYA TULIS
POLUTAN GAS ILMIAH
HIDROGEN SULFIDA MAHASISWA
(H2S) Diusulkan oleh
Hayat Tulloh Husaini,
143800001, 2014
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
 Kegiatan industri, penyulingan minyak bumi,
gas alam, pabrik petrokimia, pengolahan air
secara aerob dan anaerob akan
menghasilkan polutan berupa gas. Hidrogen
sulfida (H2S) merupakan salah satu limbah gas
yang dihasilkan.
 Terdapat beberapa cara yang digunakan
untuk mengurangi polutan yaitu secara fisik,
kimia dan biologis
BAB I
PENDAHULUAN

 Pengolahan secara biologis dapat


digunakan metode bioscrubber,
biotrickling filter dan biofilter.

 Metode biologis dengan


menggunakan biotrickling filter
telah diusulkan sebagai alternatif
untuk mengatasi polutan gas H2S.
BAB I
PENDAHULUAN
Rumusan Masalah
 Bagaimanakah sistem metode Biotrickling
Filter dalam mengatasi polutan gas
Hidrogen Sulfida (H2S)?

Gagasan Kreatif
 pengolahan polutan gas buang dengan
menggunakan metode Biotrickling Filter
untuk menurunkan kandungan gas
Hidrogen Sulfida (H2S) agar efluen yang
dihasilkan dapat memenuhi baku mutu
lingkungan yang ditetapkan.
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan Penulisan
 Mendeskripsikan sistem pengolahan polutan
gas buang dengan menggunakan sistem
metode Biotrickling Filter untuk menurunkan
kandungan gas Hidrogen Sulfida (H2S).

 Mengetahui peranan Thiobacillus Thioparus


dan Acidithiobacillus thiooxidans dalam
mengoksidasi Hidrogen Sulfida (H2S) pada
sistem Biotrickling Filter.
BAB I
PENDAHULUAN

Manfaat Penulisan
 Bagi Instansi atau Industri
 Sebagai bahan masukan dalam upaya
penyehatan lingkungan sehingga dampak
negatif yang ditimbulkan dapat dicegah
dan dikendalikan.
 Bagi Peneliti Sendiri
 Sebagai tambahan ilmu dimana peneliti
akan dapat mengaplikasikan antara teori
dan praktek di lapangan.
 Memperluas wawasan peneliti untuk
meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan dibidang kesehatan
lingkungan khususnya tentang
pengolahan polutan gas buang.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
BAB II
TELAAH PUSTAKA

Gas Hidrogen Sulfida (H2S)


 Definisi
Gas Hidrogen Sulfida (H2S)
 Hidrogen sulfida (H2S) adalah gas yang tidak
berwarna, beracun, mudah terbakar dan
berbau seperti telur busuk.

 IUPAC menerima penamaan "hidrogen sulfida"


dan "sulfana"
BAB II
TELAAH PUSTAKA

 Sifat dan karakteristik Gas Hidrogen Sulfida (H2S)

 Tidak berwarna tetapi mempunyai bau khas


seperti telur busuk pada konsentrasi rendah
sehingga sering disebut sebagai gas telur
busuk.
 Merupakan jenis gas beracun.
 Dapat terbakar dan meledak pada konsentrasi
LEL (Lower Explosive Limit) 4.3% (43000 PPM)
sampai UEL (Upper Explosive Limite) 46%
(460000 PPM) dengan nyala api berwarna biru
pada temperature 500 0F ( 260 0C )
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Biotrickling Filter
 Biotrickling
Filter adalah kombinasi
dari sistem biofilter dan bioscrubber
sistem ini membutuhkan
mikroorganisme (Bakteri) untuk
dekomposisi polutan.
BAB II
TELAAH PUSTAKA
Mikroorganisme Thiobacillus
Thioparus dan Acidithiobacillus
thiooxidans
 Thiobacillusthioparus dan Acidithiobacillus
thiooxidans merupakan bakteri yang
menggunakan karbon anorganik (CO2) sebagai
sumber karbon, sumber energi diperoleh dari
oksidasi senyawa anorganik tereduksi seperti H2S.
 Kelompok mikroorganiisme ini dapat
mengoksidasi senyawa hidrogen sulfida untuk
menghasilkan energi. Kelompok bakteri ini
termasuk jenis bakteri sulfur (sulfur bacteria).
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

Hidrogen Sulfida (H2S)


 Gas hidrogen sulfida (H2S) disebut juga
gas telur busuk, gas asam, asam belerang
atau uap bau. Gas H2S terbentuk akibat
adanya penguraian zat-zat organik oleh
bakteri. Oleh karena itu, gas ini dapat
ditemukan di dalam operasi pengeboran
minyak, gas dan panas bumi, lokasi
pembuangan limbah industri, peternakan
atau pada lokasi pembuangan sampah
(Wikipedia 2016).
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
 Batas
maksimum emisi untuk H2S sebesar
35 mg/m3 (Kepmen LH No.13 tahun 1995),
Tabel 1. Tingkat konsentrasi H2S dan efek terhadap manusia

Tingkat H2S (PPM) Efek pada manusia

0.13 Bau minimal yang masih terasa


4.6 Mudah dideteksi, bau yang sedang
10 Permulaan iritasi mata dan mulai berair
27 Bau yang tidak enak dan tidak dapat ditoleransi lagi.
Batuk-batuk, iritasi mata dan indera penciuman sudah
100
tidak berfungsi
200 - 300 Pembengkakan mata dan rasa kekeringan di tenggorokan
Kehilangan kesadaran dan bisa mematikan dalam waktu
500 - 700
30 – 60 menit
Kehilangan kesadaran dengan cepat dan berlanjut
Lebih dari 700
kematian

Sumber : American National Standards Institute (ANSI Standard No. Z37.2-1972)


BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

Metode Biotrickling Filter


 Biotrickling Filter relatif baru dan masih
dianggap sebagai sebuah teknologi baru
untuk mengontrol polusi udara.
 Berbagai bahan telah digunakan untuk
mendukung pembentukan biofilm-
mikroorganisme, di antaranya cincin
polietilen, busa polystyrene, tanah diatom,
keramik, polistiren dicampur dengan karbon
aktif, bahan pelet sintetis dan perlit
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
 Udara terkontaminasi
dimasukkan ke dalam sistem
melalui saluran di atas kolom,
gas tersebut akan masuk ke
dalam lapisan bahan filter
dimana terdapat
mikroorganisme yang
berkembang dan berperan
dalam mengoksidasi H2S. Gas
yang sudah bersih akan
dialirkan ke luar melalui saluran
outlet. Selama proses tersebut
terjadi sirkulasi air dan nutrisi
yang diberikan melalui shower
Gambar 1. Sistem di bagian atas kolom (Maredia,
Biotrickling Filter 2005)
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
 gas yang terkontaminasi dialirkan
melalui bagian bawah kolom,
kemudian gas tersebut akan naik ke
atas kolom melalui lapisan (celah-
celah atu pori) bahan filter, selama
melalui lapisan gas H2S akan
teroksidasi sehingga gas yang bersih
akan ke luar melalui bagian atas
kolom. Nutrisi untuk mikroorganisme
diberikan bersamaan dengan air
yang dialirkan dari atas kolom dan air
tersebut akan terus disirkulasi
Gambar 2. (Aroca,G. et al, 2007).
Sistem
Biotrickling Filter
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
Peranan Mikroorgansme Thiobacillus
Thioparus dan Acidithiobacillus thiooxidans
dalam Mengoksidasi Hidrogen Sulfida (H2S)
pada sistem Biotrickling Filter

 Thiobacillus thioparus dan Acidithiobacillus


thiooxidans yang diinokulasikan dalam sistem
biotrickling filter memiliki kemampuan
mengoksidasi H2S. Aroca, G. et al. (2007).
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS
 Pada Penelitian Aroca, G. et al. (2007)
menunjukkan hasil bahwa dalam penghapusan H2S
bila menggunakan biotrickling filter dengan biofilm
yang dibentuk oleh Thiobacillus thioparus, efisiensi
removal (efisiensi pembuangan H2S) hanya 47%
pada waktu tinggal (residence time) 26 detik.

 Sedangkan untuk Acidithiobacillus thiooxidans


Efisiensi removal (efisiensi pembuangan H2S)
sebesar 100% yang dicapai pada konsentrasi H2S
inlet dengan residence time masing-masing 120
detik dan 45 detik.
BAB III
ANALISIS DAN SINTESIS

 Gambar 5. Efisiensi pembuangan (removal


efficiency) pada biotrickling filter yang
diinokulasi Acidithiobaciluus thiooxidans.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
Simpulan
 Pengolahan polutan gas buang dengan
menggunakan sistem metode biotrickling filter ini
dapat menurunkan polutan gas Hidrogen Sulfida
(H2S) dengan bantuan peranan mikroorganisme
Thiobacillus Thioparus dan Acidithiobacillus
thiooxidans

 Removal rate pada biotrickling filter yang


diinokulasi dengan Thiobacillus thioparus
menunjukkan kemampuan lebih rendah dari
kapasitas penghapusan Acidithiobacillus
thiooxidans sehingga Acidithiobacillus thiooxidans
adalah mikroorganisme yang paling baik untuk
biooksidasi H2S di biotrickling filter.
BAB IV
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

Rekomendasi
 Agar dapat menurunkan polutan gas Hidrogen
Sulfida (H2S) dengan maksimal maka adanya
kegiatan pemantauan dan pembersihan secara
rutin terhadap media pada sistem Biotrickling
Filter supaya media tidak tersumbat dikarenakan
residu (kotoran) dan terbentuknya biofilm yang
tumbuh.

 Perludilakukan uji coba penelitian lebih lanjut


terhadap mikroorganisme yang dipakai dalam
sistem Biotrickling Filter.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai