Anda di halaman 1dari 20

Benigna Prostat

Hiperplasia (BPH)

BY :
KELOMPOK 4
S1-3A
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH)
1. Pengertian BPH
Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) adalah suatu penyakit pembesaran progresif dari kelenjar prostat
yang dapat menyebabkan obstruksi dan ristriksi pada jaan urin (uretra). (Rendi, M. Clevo dan TH,
Margareth : 116).
2. Etiologi
Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti etiologi/penyebab terjadinya BPH, namun beberapa
hipotesis menyebutkan bahwa BPH erat kaitanya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT)
dan proses menua.
Hipotesis yang diduga menjadi penyebab timbulnya Benigna Prosat, teori penyebab BPH menurut
Purnomo (2011) meliputi :
- Teori Dehidrotestosteron (DHT)
- Teori hormon (ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron)
- Faktor interaksi stroma dan epitel-epitel
- Teori berkurangnya kematian sel (apoptosis)
- Teori sel stem.
Klasifikasi
1. Derajat Rektal 2. Derajat Klinik

a) Derajat 0 : Ukuran pembesaran a) Normal sisa urine adalah nol


prostat 0-1 cm b) Derajat I sisa urine 0-50 ml
b) Derajat I : Ukuran pembesaran c) Derajat II sisa urine 50-100 ml
prostat 1-2 cm
d) Derajat III sisa urine 100-150 ml
c) Derajat II : Ukuran pembesaran 5) Derajat IV : Telah terjadi retensi total atau
prostat 2-3 cm klien tidak dapat BAK sama
sekali. Bila kandung kemih
d) Derajat III : Ukuran pembesaran telah penuh dan klien merasa
prostat 3-4 cm kesakitan, maka urine akan
keluar secara menetes dan
e) Derajat IV : Ukuran pembesaran periodik, hal ini disebut Over
prostat lebih dari 4 cm Flow Incontinencia. Pada
derajat ini telah terdapat sisa
urine sehingga dapat terjadi
infeksi atau cystitis, nocturia
semakin bertambah dan kadang-
kadang terjadi hematuria.
3. Derajat Intra Vesikal 4. Derajat Intra Uretral
Derajat ini dapat ditentukan dengan Derajat ini dapat ditentukan dengan
mempergunakan foto rontgen atau cystogram, menggunakan panendoscopy untuk melihat
panendoscopy. Bila lobus medialis melewati sampai seberapa jauh lobus lateralis
muara uretra, berarti telah sampai pada stadium menonjol keluar lumen uretra. Pada stadium
tida derajat intra vesikal. Gejala yang timbul ini telah terjadi retensio urine total.
pada stadium ini adalah sisa urine sudah
mencapai 50-150 ml, kemungkinan terjadi
infeksi semakin hebat ditandai dengan
peningkatan suhu tubuh, menggigil dan nyeri di
daerah pinggang serta kemungkinan telah terjadi
pyelitis dan trabekulasi bertambah.
Manifestasi Klinis

1. Keluhan pada saluran kemih 2. Gejala pada saluran kemih


bagian bawah bagian atas
a. Gejala obstruksi meliputi : Retensi urin Keluhan akibat hiperplasia prostat pada
(urin tertahan dikandung kemih sehingga saluran kemih bagian atas berupa adanya
urin tidak bisa keluar), hesitansi (sulit gejala obstruksi, seperti nyeri pinggang,
memulai miksi), pancaran, miksi lemah. benjolan dipinggang (merupakan tanda
Intermiten (kencing terputus-putus), dan dari hidronefrosis), atau demam yang
miksi tidak puas (menetes setelah miksi) merupakan tanda infeksi atau urosepsis.
b. Gejala iritasi meliputi : Frekuensi,
nokturia, urgensi (perasaan ingin miksi
yang sangat mendesak) dan disuria (nyeri
pada saat miksi).
3. Gejala diluar saluran kemih Tahapan Perkembangan Penyakit
BPH
Pasien datang diawali dengan keluhan
penyakit hernia inguinalis atau hemoroid. 1. Derajat 1 : Apabila ditemukan keluhan
Timbulnya penyakit ini dikarenakan prostatismus, pada colok
sering mengejan pada saat miksi sehingga dubur ditemukan penonjolan
mengakibatkan tekanan intra abdominal. prostat, batas atas mudah
Adapun gejala dan tanda lain yang teraba dan sisa urin kurang
tampak pada pasien BPH, pada dari 50 ml
pemeriksaan prostat didapati membesar,
kemerahan, dan tidak nyeri 2. Derajat 2 : Ditemukan penonjolan prostat
tekan, keletihan, anoreksia, mual dan lebih jelas pada colok dubur
muntah, rasa tidak nyaman dan batas atas dapat dicapai,
pada epigastrik, dan gagal ginjal dapat sedangkan sisa volum urin 50-
terjadi dengan retensi kronis dan volume 100 ml.
residual yang besar. 3. Derajat 3 : Pada saat dilakukan
pemeriksaan colok dubur batas
atas prostat tidak dapat diraba
dan sisa volum urin lebih
dari100 ml.
4. Derajat 4 : Apabila sudah terjadi retensi
urine total
WOC
Pemeriksaan Penunjang :
1. Laboratorium
a. Analisi urin dan pemeriksaan mikroskopik urin
b. Pemeriksaan faal ginjal
c. Pemeriksaan prostate specific antigen (PSA)
2. Radiologis/pencitraan
a. Foto polos abdomen
b. Pemeriksaan Pielografi intravena ( IVP )
c. Pemeriksaan USG transektal
Penatalaksanaan :
1. Observasi (watchfull waiting)
2. Terapi medikamentosa
a. Penghambat adrenergik α
b. Penghambat enzim 5-α reduktase
c. Fitoterapi
3. Terapi bedah
4. Terapi invasif minimal
a. Transurethral Microwave Thermotherapy (TUMT)
b. Dilatasi Balon Transurethral (TUBD)
c. High-intensity Focused Ultrasound
d. Ablasi Jarum Transuretra (TUNA)
e. Stent Prostat
Komplikasi
1. Retensi urin akut, terjadi apabila buIi-buIi menjadi dekompensasi
2. Infeksi saluran kemih
3. Involusi kontraksi kandung kemih
4. Refuk kandung kemih
5. Hidroureter dan hidronefrosis dapat terjadi karena produksi urin terus berlanjut maka pada
suatu saat buIi-buIi tidak mampu lagi menampung urin yang akan mengakibatkan tekanan
intravesika meningkat
6. Gagal ginjal bias dipercepat jika terjadi infeksi
7. Hematuria, terjadi karena selalu terdapat sisa urin, sehingga dapat terbentuk batu endapan
dalam buIi-buIi, batu ini akan menambah keluhan iritasi. Batu tersebut dapat
8. Hernia atau hemoroid
KASUS SEMU
Tn. C (60 tahun) mengeluhkan susah buang air kecil sejak 7
hari yang lalu. Klien mengatakan sakit saat akan buang air
kecil. Sejak kemarin, klien benar-benar sudah tidak bisa
keluar urin. Setelah dilakukan pemeriksaan, adanya
pembesaran pada prostat klien.
Pengkajian :
1. Biodata 4. Keluhan utama
a. Nama : Tn. C Px mengatakan susah BAK dan terasa nyeri saat
b. Umur : 60 Tahun berkemih
c. Alamat : Jalan merdeka, no. 99 5. Pemeriksaan Fisik
Nganjuk TTV: TD:150/100mmHg N:100x/mnt
d. Jenis kelamin : Laki-laki RR:24x/mnt T:36°C
e. Pekerjaan : Kuli bangunan - B-4 (perkemihan)
f. Pendidikan : SMP Ø Input 1800cc/24jam
g. No. Reg : 18. 22. 12. 98 Ø Disuria
2. Riwayat penyakit dahulu Ø Distensi kandung kemih
Pasien mengatakan memiliki riwayat Ø Pembesaran prostat.
penyakit hipertensi Ø Warna urine kuning tua, bau khas.
3. Riwayat penyakit sekarang Ø Menggunakan Kateter
Pasien mengatakan nyeri saat BAK dan
kesulitan untuk BAK selama 7 hari.
Analisa Data
Data Etiologi Masalah
DS: pasien mengatakan susah BAK. BPH Retensi urin

DO: Pembesaran kelenjar prostat

Ø Input 1800cc/24jam ↓

Ø Disuria Disuria

Ø Distensi kandung kemih ↓

Ø Pembesaran prostat. Retensi urin

Ø Warna urine kuning tua, bau khas.


DS: pasien mengatakan nyeri saat BAK. Hormon androgen Nyeri

DO: BPH

Ø Ekspresi wajah px nampak menyeringai. ↓

Ø Ansietas Peningkatan tonus dan otot polos prostat

Ø KU lemah ↓

TTV: TD:150/100mmHg N:100x/mnt Uretra menyempit


RR:24x/mnt

T:36°C
Merangsang pengeluaran histamin
keratinin, bradikinin dan prostaglandin

Hipotalamus

Korteks serebal

Nyeri dipersepsikan
Intervensi Keperawatan
1. Retensi urin berhubungan dengan obstruksi uretra sekunder dari pembesaran
prostat,dekompensasi otot destrusor dan ketidakmampuan kandung kemih untuk
berkontraksi secara adekuat.
Tujuan : Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam pola
eliminasi optimal sesuai kondisi klien
Kriteria hasil : Frekuensi miksi dalam batas 5-8x/jam, tidak teraba distensi
kandung kemih.
INTERVENSI RASIONAL

1. Dorong pasien untuk berkemih tiap 2-4 jam dan bila 1. Meminimalkan retensi urina distensi berlebihan
tiba-tiba dirasakan. pada kandung kemih.
2. Observasi aliran urin perhatian ukuran dan kekuatan 2. Untuk mengevaluasi ibstruksi dan pilihan
pancaran urin. intervensi.
3. Awasi dan catat waktu serta jumlah setiap kali 3. Retensi urine meningkatkan tekanan dalam saluran
berkemih perkemihan yang dapat mempengaruhi fungsi
ginjal.
4. Berikan cairan sampai 3000 ml sehari dalam toleransi 4. Peningkatkan aliran cairan meningkatkan perfusi
jantung. ginjal serta membersihkan ginjal ,kandung kemih
dari pertumbuhan bakteri.
1. Berkolaborasi dalam pemberia obat sesuai 5. Mengurangi spasme kandung kemih dan
indikasi (antispamodik) mempercepat penyembuhan
2. Nyeri akut berhubungan dengan peregangan dari terminal saraf, distensi
kandung kemih, infeksi urinaria, efek mengejan saat miksi sekunder dari
pembesaran prostat dan obstruksi uretra
- Tujuan: Setelah di lakukan asuhan keperawatan dalam waktu 3x24 jam nyeri
berkurang atau hilang.
- Kriteria hasil : Klien mengatakan nyeri berkurang / hilang, Ekspresi wajah klien
tenang, TTV dalam batas normal (TD: 120/80 mmHg, RR:16-24 x/mnt,N:80-
100x/mnt,T:36’C)
INTERVENSI RASIONAL

1. Kaji nyeri dengan pendekatan 1. Menjadi parameter dasar untuk mengetahui


PQRST. sejauh mana intervensi yang diperlukan dan sebagai
evaluasi keberhasilan dari intervensi manajemen
nyeri keperawatan.

2. Jelaskan dan bantu klien dengan tindakan 2. Pendekatan dengan menggunakan relaksasi dan
pereda nyeri non farmakologi dan non-infasif. nonfarmalogi lainnya telah menunjukkan Keefektifan
dalam mengurangi nyeri.

3. Lakukan manajemen nyeri keperawatan 3. Dengan manajemen nyeri dapat mengurangi


nyeri.
4. Atur posisi fisiologi 4. Posisi fisiologi akan meningkatkan asupan O2ke
jaringan yang mengalami iskemia.

5. Istirahatkan klien 5. Istirahat akan menurunkan kebutuhan O2 jaringan


perifer dan meningkatkan suplai darah pada jaringan
yang mengalami peradangan.
INTERVENSI RASIONAL
6. Manajemen lingkungan : ciptakan suasana yang 6. Lingkungan yang nyaman akan menurunkan
nyaman. stimulasi eksternal
7. Ajarkan tehnik relaksasi pernapasan dalam 7. Meningkatkan asupan O2 sehingga akan
menurunkan nyeri.

8. Tingkatkan pengetahuan tentang nyeri dan 8. Pengetahuan yang akan dirasakan membantu
menghubungkan berapa lama nyeri akan mengurangi nyeri dan dapat mengembangkan
berlangsung. kepatuhan klien terhadap recana terapiutik
9. Ajarkan teknik distraksi pada saat nyeri 9. Distraksi dapat menurunkan stimulus iinternal
dengan mekanisme peningkatan produksi
endorphin dan enkefalin yang dapat memblok
reseptor nyeri untuk tidak dikirimkan ke korteks
serebri sehingga menurunkan persepsi nyeri
10. Kolaborasi pemberian obat analgesic 10. Analgesik memblok lintasan nyeri sehingga nyeri
akan berkurang.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai