• Lokasi
– kepala dan leher (30-65%),
– Badan (8%)
– Retroperitoneal (7%)
komplit
• Kelompok II :
– Tumor dapat direseksi secara luas dengan sisa mikroskopis (limfonodi negatif).
– Penyakit regional dengan melibatkan limfonodi dapat direseksi secara luas tetapi dengan sisa
mikroskopis.
• Kelompok III : reseksi tidak komplit atau hanya dengan biopsy dengan penyakit sisa cukup
besar.
– Perdarahan pada hidung, vagina, rectum, atau mulut dapat terjadi jika
tumor terletak pada area ini.
– Nyeri, parestesia dan gangguan motorik dapat terjadi jika tumor menekan
saraf pada area yang terkena.
Manifestasi klinis
– Croupy cough yang tidak mau reda dan stridor progresif (laring)
• Tes fungsi hati, termasuk pemeriksaan LDH, AST, ALT, alkalin fosfatase, dan level bilirubin. Suatu
proses metastase pada hati dapat membuat perubahan pada jumlah dari protein-protein tersebut.
Tes fungsi hati juga perlu dilakukan sebelum memulai kemoterapi.
• Tes fungsi ginjal, termasuk pemeriksaan pada BUN dan kreatinin : Fungsi ginjal juga harus diperiksa
sebelum dilakukan kemoterapi.
• Urinalisis (UA) : Terdapatnya hematuria dapat mengindikasikan terlibatnya GU tract dalam proses
metastase tumor.
• Elektrolit dan kimia darah : perlu dilakukan pengecekan terhadap sodium, potassium, klorida,
karbon dioksida, kalsium, fosfor, dan albumin.
Tatalaksana
• Tumor primer
– Tumor yang resektabel
• radioterapi diberikan bila terdapat sisa tumor atau metastasis setelah operasi dan berkisar antara
6000-6500 cGY, tergantung pada umur dan letak tumor.
• Biasanya dapat diberikan pada daerah tumor (local control) pada 90% kasus, tetapi dengan efek
samping yang cukup berat.
• Penambahan kemoterapi pada radioterapi dan operasi secara dramatis telah meningkatkan
kesintasan sejak 20 tahun terakhir.
• Kombinasi vinkristin dan daktinomisin biasanya cukup baik untuk tumor dengan prognosis baik.
Tumor yang rekuren (kambuh)
• Pembedahan yang tidak adekuat dan manipulasi tumor pada saat pembedahan
• Nilai kembali ekstensi tumor dalam mempertimbangkan reeksisi tumor untuk tujuan kuratif
siklofosfamid.
• Pasien yang kambuh dapat dicoba dengan kombinasi ifosfamid dan etoposid.
• Ada pula yang menambahkan doksorubisin pada kombinasi VAC, namun penambahan ini
tidak mempengaruhi kesintasan secara bermakna pada stadium III dan IV.
• Pasien dengan tumor parameningeal mempunyai resiko tinggi untuk keterlibatan susunan
saraf pusat (SSP). Untuk ini perlu dipertimbangkan pemberian kemoterapi, intratekal sebagai
profilaksis.
Prognosis
Lipoma
Faktor Genetik
Gambaran Klinis
Patologi
A C B
Liposarcoma Myxoid
Liposarcoma Retroperitoneal
MRI
UlTRASONOGRAFI
• Operasi eksisi luas / wide surgical excision(eksisis jarigan tumor beserta jaringan
sekitar)
• Penggunaan radioterapi dan kemoterapi hanyalah sebagai pelengkap. Untuk kanker
yang ukurannya besar, setelah operasi ditambah dengan radioterapi.
• Setelah penderita operasi harus sering kontrol untuk memonitor ada tidaknya
kekambuhan pada daerah operasi ataupun kekambuhan ditempat jauh hasil
metastase.
Enneking’s classification of surgical
margin
Tatalaksana
Fibrosarkoma
• Neoplasma ganas yang berasal dari sel
mesenkim, dimana secara histologis sel yang
dominan adalah sel fibroblas.
• Pembelahan sel yang tidak terkontrol dapat
menginvasi jaringan lokal atau pun
bermetastase jauh ke jaringan lain.
Etiologi
• Tidak mempunyai etiologi yang khusus.
• Beberapa penelitian mengaitkan sarkoma
dengan mutasi gen.
• Defek genetik yang lebih sering adalah seperti
kehilangan alel, mutasi point dan translokasi
kromosom.
• Selain itu fraktur tulang, penyakit paget, dan
riwayat ORIF dapat menimbulkan
fibrosarkoma sekunder.
Epidemiologi
• Biasanya teraba massa solid, 3 - 8 cm, berbatas tegas pada tumor yang masih kecil
• Nyeri dan bengkak muncul setelah diderita sekian lama dan tumor tumbuh cukup
besar kemudian merusak struktur tulang dan menyebabkan fraktur patologis,
umumnya melibatkan kortek tulang