Kelompok 1 Adelya Rahmah NIM. P07131215081 Ashfia Ruhama NIM. P07131215085 Bahjatannoor Layyina NIM. P07131215088 Dicky Septiannoor Khaira NIM. P07131215091 Dwi Amalia Lestari NIM. P07131215094 Fenny Hidayani NIM. P07131215097 Haifatul Alimah NIM. P07131215100 M. Mustapa Kamal NIM. P07131215103 M. Hafie NIM. P07131215106 Nadya Mustiyani NIM. P07131215109 Nurmelisa Rahmadhanty NIM. P07131215112 Rida Fitria NIM. P07131215115 Rizki Amelia NIM. P07131215118 Siska Yusfarini NIM. P07131215121 Wita Eldalia NIM. P07131215124 Sistem Energi dan Metabolisme Energi dalam Olahraga • Saat sedang berolahraga terdapat dua simpanan energi utama yang akan digunakan oleh tubuh untuk menghasilkan energi yaitu simpanan karbohidrat dan lemak. • Simpanan karbohidrat terdapat dalam jumlah yang terbatas dan tersimpan dalam bentuk glikogen otot, glikogen hati dan glukosa darah. • Sedangkan lemak dalam jumlah yang besar akan tersimpan di dalam jaringan adipose dan di dalam otot sebagai triasilgliserol. • Proses produksi energi di dalam sel otot akan berlangsung dalam mitokondria sel, lemak atau karbohidrat akan dioksidasi untuk menghasilkan molekul energi ATP ( adenosin trifosfat ) yang merupakan sumber energi di dalam sel-sel tubuh. Sumber Energi pada Saat Berolahraga
• Kebutuhan energi pada saat berolahraga
dapat dipenuhi melalui sumber-sumber energi yang tersimpan di dalam tubuh yaitu melalui pembakaran karbohidrat, pembakaran lemak, serta kontribusi sekitar 5% melalui pemecahan protein. Kecepatan Produksi Energi dalam Olahraga
• Salah satu faktor yang menjadi penyebab
utama penurunan kapasitas perfoma tubuh saat beraktivitas fisik seperti berolahraga selain karena berkurangnya jumlah cairan dari dalam tubuh juga disebabkan oleh berkurangnya jumlah simpanan glukosa (energi) tubuh. • Di dalam tubuh konsumsi glukosa dapat menghasilkan laju produksi energi yang besar hingga 1 gram per menit. Dan manfaat lebih akan didapatkan apabila glukosa ini dipadukan karbohidrat jenis lain seperti sukrosa atau fruktosa, karena selain akan membantu mempercepat proses penyerapan cairan ke dalam tubuh kombinasi antara glukosa- sukrosa atau glukosa-fruktosa ini juga akan menghasilkan laju produksi energi yang lebih besar di dalam tubuh hingga mencapai 1.3 gram per menit. Aktivitas dalam kegiatan olahraga
• Aktivitas yang bersifat aerobik
• Aktivitas yang bersifat anaerobik • Aktivitas aerobik merupakan aktivitas yang bergantung terhadap ketersediaan oksigen untuk membantu proses pembakaran sumber energi sehingga juga akan bergantung terhadap kerja optimal dari organ-organ tubuh seperti jantung, paru-paru dan juga pembuluh darah untuk dapat mengangkut oksigen agar proses pembakaran sumber energi dapat berjalan dengan sempurna. • Contoh aktivitas aerobik biasanya merupakan aktivitas olahraga dengan intensitas rendah- sedang yang dapat dilakukan secara kontinu dalam waktu yang cukup lama seperti jalan kaki, bersepeda atau juga jogging. • Aktivitas anaerobik merupakan aktivitas dengan intensitas tinggi yang membutuhkan energi secara cepat dalam waktu yang singkat namun tidak dapat dilakukan secara kontinu untuk durasi waktu yang lama. Aktivitas ini biasanya juga akan membutuhkan interval istirahat agar ATP dapat diregenerasi sehingga kegiatannya dapat dilanjutkan kembali. • Contoh dari kegiatan/jenis olahraga yang memiliki aktivitas anaerobik dominan adalah lari cepat (sprint), push-up, body building, gimnastik atau juga loncat jauh. Metabolisme Energi Saat Berolahraga
• Hidrolisis phosphocreatine (PCr)
• Glikolisis anaerobik glukosa • Pembakaran simpanan karbohidrat, lemak dan juga protein Proses Metabolisme Secara Anaerobik (Sistem Hidrolosis PCr)
• Creatine (Cr) merupakan jenis asam amino
yang tersimpam di dalam otot sebagai sumber energi. Di dalam otot, bentuk creatine yang sudah ter-fosforilasi yaitu phosphocreatine (PCr) akan mempunyai peranan penting dalam proses metabolisme energi secara anaerobik di dalam otot untuk menghasilkan ATP. • Pada aktivitas yang bersifat anaerobik, energi yang akan digunakan oleh tubuh untuk melakukan aktivitas yang membutuhkan energi secara cepat ini akan diperoleh melalui hidrolisis phosphocreatine (PCr) serta melalui glikolisis glukosa secara anaerobik. Proses metabolisme energi secara anaerobik ini dapat berjalan tanpa kehadiran oksigen (O2). • Proses metabolisme energi secara anaerobik dapat menghasilkan ATP dengan laju yang lebih cepat jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik. • Walaupun prosesnya dapat berjalan secara cepat, namun metabolisme energi secara anaerobik ini hanya menghasilkan molekul ATP yang lebih sedikit jika dibandingkan dengan metabolisme energi secara aerobik (2 ATP vs 36 ATP per 1 molekul glukosa). • Sistem hidrolisis PCr menyediakan energi siap pakai yang diperlukan pada permulaan kegiatan gerak olahraga untuk 6-8 detik pertama. • Zat gizi yang berperan adalah karbohidrat, lemak, dan protein yang dimetabolisme menjadi creatine phosphate (CP) dan ADP untuk selanjutnya menghasilkan ATP. • Dengan bantuan enzim creatine kinase, phosphocreatine (PCr) yang tersimpan di dalam otot akan dipecah menjadi Pi (inorganik fosfat) dan creatine dimana proses ini juga akan disertai dengan pelepasan energi sebesar 43 kJ (10.3 kkal) untuk tiap 1 mol PCr. • Inorganik fosfat (Pi) yang dihasilkan melalui proses pemecahan PCr ini melalui proses fosforilasi dapat mengikat kepada molekul ADP (adenosine diphospate) untuk kemudian kembali membentuk molekul ATP (adenosine triphospate). • Melalui proses hidrolisis PCr, energi dalam jumlah besar (2.3 mmol ATP/kg berat basah otot per detiknya) dapat dihasilkan secara instant untuk memenuhi kebutuhan energi pada saat berolahraga dengan intensitas tinggi yang bertenaga. • Namun karena terbatasnya simpanan PCr yang terdapat di dalam jaringan otot yaitu hanya sekitar 14-24 mmol ATP/ kg berat basah maka energi yang dihasilkan melalui proses hidrolisis ini hanya dapat bertahan untuk mendukung aktivitas anaerobik selama 5-10 detik. Olahraga yang Menggunakan Sistem Hidrolisis PCr
• Lari Cepat dengan jarak, yaitu 100m, 200m, dan 400m
• Renang 25 meter (Gaya Bebas) • Angkat Besi Kesimpulan
Melalui simpanan energi yang terdapat di dalam tubuh
yaitu simpanan phosphocreatine (PCr), karbohidrat, lemak dan protein, molekul ATP akan dihasilkan melalui metabolisme energi yang akan melibatkan beberapa reaksi kimia yang kompleks. Sistem hidrolisis PCr menyediakan energi siap pakai yang diperlukan pada permulaan kegiatan gerak olahraga untuk 6-8 detik pertama. Zat gizi yang berperan adalah karbohidrat, lemak, dan protein yang dimetabolisme menjadi creatine phosphate (CP) dan ADP untuk selanjutnya menghasilkan ATP. Jenis olahraga yang menggunakan sistem PCr adalah lari cepat, berenang cepat dan angkat besi Daftar Pustaka • Ambara, W. 2011. Perbendingan Pengaruh Motode Latihan Acceleration Sprint Dan Repetition Sprints Terhadap Pengingkatan Kecepatan Lari 100 Meter Ditinjau Dari Power Otot Tungkai. Thesis. Program pasca sarjana. Program studi ilmu keolahragaaan universitas Sebelas maret Surakarta. Melalui www.erepo.unud.ac.id/8949/3/ab9f39c312372a344f6c bec98df2b021.pdf (Diakses pada Rabu, 6 Maret 2018) • Bompa, O. Tudor. 1983. Theory and Methodology Of Training, Dubuque, Iowa. Melalui www.erepo.unud.ac.id/8949/3/ab9f39c312372a344f6c bec98df2b021.pdf (Diakses pada Rabu, 6 Maret 2018) • Irawan, M. Anwari. 2007. Metabolisme Energi Tubuh & Olahraga Volume 01 No. 07. www.pssplab.com (Diakses pada Rabu, 6 Maret 2018) • Syarifuddin, Nuraini. 1985. IKATAN KIMIA. Yogyakarta: Universitas Gajah Mada. Melalui www.erepo.unud.ac.id/8949/3/ab9f39c312372a344f6cbec98df2b0 21.pdf (Diakses pada Rabu, 6 Maret 2018) • Widodo S. Cara Mengembangkan Kecepatan Lari. 2010;p 267–8. Melalui www.erepo.unud.ac.id/8949/3/ab9f39c312372a344f6cbec98df2b0 21.pdf (Diakses pada Rabu, 6 Maret 2018) • Wikipedia Bahasa Indonesia. 2017. Angkat Besi. https://id.wikipedia.org/wiki/Angkat_besi (Diakses pada Rabu, 6 Maret 2018) Terima kasih