Anda di halaman 1dari 33

KIMIA ORGANIK

BAHAN ALAM
ALKALOID

Biosintesis Senyawa
Alkaloid
Biosintesis alkaloid mula-mula didasarkan pada hasil analisa terhadap
ciri struktur tertentu yang sama-sama terdapat dalam berbagai molekul
alkaloid. Alkaloid aromatik mempunyai satu unit struktur yaitu ß-
ariletilamina. Alkaloid-alkaloid tertentu dari jenis 1- benzilisokuinolin seperti
laudonosin mengandung dua unit ß-ariletilamina yang saling berkondensasi.
Kondensasi antara dua unit ß-ariletilamina tidak lain adalah reaksi
kondensasi Mannich. Dengan reaksi sebagai berikut:

(CH3)2NH + HCHO + CH3COCH3(CH3) 2NCH2CH2COCH3 + H2O.

Menurut reaksi ini, suatu aldehid berkondensasi dengan suatu amina


menghasilkan suatu ikatan karbon-nitrogan dalam bentuk imina atau garam
iminium, diikuti oleh serangan suatu atom karbon nukleofilik ini dapat
berupa suatu enol atau fenol.
Cara biosintesis alkaloid terlalu banyak dan tidak dapat dengan mudah
diklasifikasikan. Namun, ada reaksi yang khas yang terlibat dalam
biosintesis berbagai kelas alkaloid, termasuk sintesis basa Schif dan
reaksi Mannich .

• Sintesis basa Schiff


Basa Schif dapat diperoleh dengan mereaksikan amina dengan keton atau
aldehida. Reaksi-reaksi adalah metode umum memproduksi C = N
obligasi.

Dalam biosintesis alkaloid, reaksi tersebut dapat berlangsung dalam


molekul, seperti dalam sintesis piperidin: 
• Reaksi Mannich
Komponen integral dari reaksi Mannich, selain amina dan karbonil
senyawa, adalah carbanion , yang memainkan peran Nukleofil dalam
penambahan nukleofilik pada ion yang terbentuk oleh reaksi amina dan
karbonil.

Contoh senyawa alkaloid adalah kafein dan nikotin.


- Kafein

- Nikotin
Teknik analisis
alkaloid
Analisis kualitatif merupakan analisis untuk melakukan identifikasi
elemen, spesies, dan atau senyawa-senyawa yang ada di dalam sampel.
Dengan kata lain, analisa kualitatif berkaitan dengan cara untuk
mengetahui ada atau tidaknya suatu analit yang dituju dalam suatu
sampel.
            Berbagai sifat atau kimia dapat digunakan sebagai suatu
identifikasi kualitatif atau kuantitatif. Jika sifatnya (pengukuran analit)
adalah spesifik dan selektif, maka tahap pemisahan dan perlakuan awal
sampel dapat disederhanakan. Pengubah analit ke bentuk yang sesuai
sehingga analit dapat dideteksi atau dapat diukur harus juga
diperhatikan. Tahapan ini berkaitan dengan metode pemisahan untuk
suatu situasi yang spesifik tergantung pada sejumlah faktor. Pemilihan
teknik ini umumnya didasarkan pada ketelitian dan ketepatan hasil
analisis yang diperlukan.
Teknik Isolasi
Alkaloid

Umumnya isolasi bahan yang mengandung alkaloid dilakukan dengan


cara, yaitu:
Dengan menarik menggunakan pelarut-pelarut organik berdasarkan azas
Keller. Yaitu alkaloida disekat pada pH tertentu dengan pelarut organik.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada ekstraksi dengan azas Keller,


adalah :
a. Basa yang ditambahkan harus lebih kuat daripada alkaloida yang akan
dibebaskan dari ikatan garamnya, berdasarkan reaksi pendesakan.
b. Basa yang dipakai tidak boleh terlalu kuat karena alkaloida pada
umumnya kurang stabil. Pada pH tinggi ada kemungkinan akan terurai,
terutama dalam keadaan bebas, terlebih bila alkaloida tersebut dalam
bentuk ester, misalnya: Alkaloid Secale, Hyoscyamin dan Atropin.
c. Setelah bebas, alkaloida ditarik dengan pelarut organik tertentu,
tergantung kelarutannya dalam pelarut organik tersebut.
Cara lain yang berguna untuk memperoleh alkaloid dari larutan asam
adalah dengan penjerapan menggunakan pereaksi Lloyd. Kemudian
alkaloid dielusi dengan dammar XAD-2 lalu diendapkan dengan pereaksi
Mayer atau Garam Reinecke dan kemudian endapan dapat dipisahkan
dengan cara kromatografi pertukaran ion.
Tata kerja untuk mengisolasi dan mengidentifikasi alkaloid yang
terdapat dalam bahan tumbuhan yang jumlahnya dalam skala milligram
menggunakan gabungan kromatografi kolom memakai alumina dan
kromatografi kertas.
Identifikasi Senyawa
Alkaloid
1. Berdasarkan sifat spesifik.
2. Berdasarkan bentuk basa dan garam-nya /
Pengocokan
3. Reaksi Gugus Fungsionil
a) Gugus Amin Sekunder
b) Gugus Metoksi
c). Gugus Alkohol Sekunder
d) Gugus Formilen
e) Gugus Benzoil
f) Reaksi GUERRT
g) Reduksi Semu
h) Gugus Kromofor
Efek biologis/farmakologis
alkaloid
Kebanyakan alkaloid adalah amina tersier dan memiliki satu atau lebih
atom karbon asimetris sehingga didalam larutan menunjukkan kerja optis.
Alkaloid atau garam-garamnya banyak digunakan sebagai obat. Ada yang
rasanya pahit dan bersifat sebagai toksik terhadap tubuh.
Dalam dunia medis dan kimia organik, istilah alkaloid telah lama
menjadi bagian penting dan tak terpisahkan dalam penelitian yang telah
dilakukan selama ini, baik untuk mencari senyawa alkaloid baru ataupun
untuk penelusuran bioaktifitas. Senyawa alkaloid merupakan senyawa
organik terbanyak ditemukan di alam. Hampir seluruh alkaloid berasal dari
tumbuhan dan tersebar luas dalam berbagai jenis tumbuhan.
Berdasarkan literatur, diketahui bahwa hampir semua alkaloid di alam
mempunyai keaktifan biologis dan memberikan efek fisiologis tertentu pada
mahluk hidup. Sehingga tidaklah mengherankan jika manusia dari dulu
sampai sekarang selalu mencari obat-obatan dari berbagai ekstrak
tumbuhan.
Berikut adalah beberapa contoh senyawa alkaloid yang telah umum
dikenal dalam bidang farmakologi :
Senyawa Alkaloid
(Nama Trivial) Aktivitas Biologi
Nikotin Stimulan pada syaraf otonom
Morfin Analgesik
Kodein Analgesik, obat batuk
Atropin Obat tetes mata
Skopolamin Sedatif menjelang operasi
Kokain Analgesik
Piperin Antifeedant (bioinsektisida)
Quinin Obat malaria
Vinkristin Obat kanker
Ergotamin Analgesik pada migrain
Reserpin Pengobatan simptomatis disfungsi ereksi
Mitraginin Analgesik dan antitusif
Vinblastin Anti neoplastik, obat kanker
Saponin Antibakteri
Steroid
Biosintesis
Steroid
Steroid dibiosintesis dalam hampir semua jaringan. Metabolisme steroid
adalah set lengkap reaksi kimia dalam organisme yang memproduksi,
memodifikasi dan mengkonsumsi steroid. Jalur-jalur metabolisme yang
meliputi:
* Steroid sintesis - pembuatan steroid dari prekursor sederhana
* Steroidogenesis - yang interkonversi dari berbagai jenis steroid
* Steroid degradasi.
Biosintesis steroid merupakan jalur metabolik yang memproduksi
steroid anabolik dari prekursor sederhana. jalur ini dilakukan dengan cara
yang berbeda pada hewan daripada di organisme lain, membuat jalur
target umum untuk antibiotik dan obat anti infeksi lainnya. Selain itu,
metabolisme steroid pada manusia adalah target obat penurun kolesterol
seperti statin.
Teknik Analisis
Steroid

Steroid hasil fermentasi lebih cocok dianalisis secara


khromatografi kertas (Paper chromatography), sedang THIN
LAYAR chromatography) sering digunakan untuk penelitian,
tetapi untuk kebanyakan penelitian yang spesifik analisis steroid
memakai cara Vapor. Phase chromatography (VPC) karena sangat
sensitif untuk identifikasi steroid menggunakan resonansi nuclear
magnetic, dan spektrofotometri masa. Setelah steroid dianalisis
secara khromatografi maka noda dideteksi menggunakan sinar
ultraviolet dengan panjang gelombang 243 nm dan 268 nm.
Teknik Isolasi
Steroid
Secara garis besar, isolasi senyawa steroid dari teripang terdiri dari
dua tahap yakni mengekstraksi bagian lemak pada teripang, kemudian
dilanjutkan dengan mengekstraksi senyawa steroidnya. Saponin pada
beberapa biota laut dilaporkan sebagai komponen antifungal dan
mempunyai aktivitas mikrobial, anti tumor dan mempunyai aktivitas anti
inflamasi.
Pada beberapa senyawa steroid teripang di atas juga dapat dijumpai
pada spesies lain. Hal ini mungkin disebabkan adanya proses simbiosis
yang terjadi pada organisme laut, yang hingga saat ini masih sukar
dirunut untuk mengetahui organisme penghasil yang sesungguhnya.
Meski senyawa tersebut dapat dijumpai pula dibeberapa spesies lain,
tetapi kadar yang diperoleh akan mengalami perbedaan. Adanya
perbedaan tersebut dapat disebabkan oleh adanya perbedaan tempat
habitat yang akan menyebabkan perbedaan kandungan steroid.
Efek biologis/ Farmakologi
Steroid
Hormon steroid ini yaitu:
• Esterogen :
Estrogen adalah hormon kelamin wanita, pada wanita diproduksi oleh
ovarium, plasenta dan korteks adrenalis. Sebagian besar estrogen alami
pada manusia adalah estradiol, estron, dan estriol. Estradiol dikeluarkan
oleh ovarium dan segera mengalami dehidrogenasi menjadi estron,
kemudian dimetabolisis menjadi estriol dan dikeluarkan melalui urin.
Estron adalah hormon estrogen alami yang paling banyak terdapat di
dalam darah. Di klinik hormon estrogen digunakan untuk pengobatan
ketidaknormalan system reproduksi wanita, pengobatan karsinoma
tertentu seperti tumor prostat dan payudara, dan untuk kontrasepsi oral
biasanya dikombinasi dengan hormon progestin. Estrogen juga sangat
berguna untuk pengobatan dismenorhu, amenorhu, endometriosis,
menstruasi yang tidak normal, osteoporosis, kegagalan pengembangan
ovarium dan untuk mengontrol sindrom sesudah menopause.
Mekanisme kerja hormon estrogen

Hormon estrogen dapat menyebabkan beberapa efek biologis pada


organ sasaran. Pada ovarium merangsang pertumbuhan folikular, pada
uterus merangsang pertumbuhan endometrium, pada vagina
menyebabkan kornifikasi (pendangkalan) sel epitel, pada serviks dapat
meningkatkan sekresi lender dan menurunkan keketalan lendir, dan
pada kelenjar pituitary ddapat merangsang pengeluaran gonadotropin.
Pengikatan estrogen dengan reseptor khas dalam sitoplasma atau
protein di luar inti menyebabkan perubahan bentuk konformasi protein
sehingga memudahkan penetrasi komplek estrogen-reseptor ke dalam
inti sel. Kompleks kemudian mengikat sisi aseptor di kromosom, memicu
sintesis Mrna dan protein sehingga meningkatkan pertumbuhan serta
perkembangan jaringan saluran reproduksi.
• Progesterone
Progesteron adalah hormon steroid yang berperan dalam siklus
menstruasi wanita, mendukung proses kehamilan, dan embriogenesis.
Progesteron tergolong kelompok hormon progestogen, dan merupakan
hormon progestogen yang banyak terdapat secara alami. Tanaman
Dioscorea mexicana mengandung senyawa steroid diosgenin, yang
dapat diubah menjadi progesteron di laboratorium. Tanaman lain yang
dapat dimanfaatkan untuk mensintesis progesteron adalah Dioscorea
pseudojaponicadan Dioscorea villosa. Pada manusia dan beberapa
binatang, progesteron diproduksi di ovarium (khususnya setelah
ovulasi di corpus luteum), pada otak, selama kehamilan, dan pada
plasenta.
Terpenoid
Biosintesis
Terpenoid
Mekanisme dari tahap-tahap reaksi biosintesis terpenoid adalah asam
asetat setelah diaktifkan oleh koenzim A melakukan kondensasi jenis
Claisen menghasilkan asam asetoasetat. Senyawa yang dihasilkan ini
dengan asetil koenzim A melakukan kondensasi jenis aldol menghasilkan
rantai karbon bercabang sebagaimana ditemukan pada asam mevalinat,
reaksi-reaksi berikutnya adalah fosforialsi, eliminasi asam fosfat dan
dekarboksilasi menghasilkan isopentenil (IPP) yang selanjutnya
berisomerisasi menjadi dimetil alil piropospat (DMAPP) oleh enzim
isomeriasi. IPP sebagai unti isoprene aktif bergabung secara kepala ke
ekordengan DMAPP dan penggabungan ini merupakan langkah pertama
dari polimerisasi isoprene untuk menghasilkan terpenoid. Penggabungan
selanjutnya antara satu unti IPP dan GPP dengan menaismeyang sama
menghasilkan Farnesil pirofosfat (FPP) yang merupakan senyawa antara
bagi semua senyawa seskui terpenoid. Senyawa diterpenoid diturunkan dari
Geranil-Geranil Pirofosfat (GGPP) yang berasal dari kondensasi antara satu
untiIPP dan GPP dengan mekanisme yang sama.
Secara umum biosintesa dari terpenoid terjadi 3 reaksi dasar
yaitu:
1. Pembentukan isoprene aktif berasal dari asam asetat melalui
asam mevalonat.
2. Penggabungan kepala dan ekor dua unit isoprene akan
membentuk mono-,seskui-, di-. sester-, dan poli-terpenoid.
3. Penggabungan ekor dan ekor dari unit C-15 atau C-20
menghasilkan triterpenoid dan steroid.
Teknik Analisis
Terpenoid
Pemurniaan / Purification
Proses pemisahan dan pemurnian bertujuan untuk mendapatkan
senyawa murni dari fraksi yang ada. Dimana dalam hal ini difokuskan pada
pemisahan dan pemurnian fraksi senyawa n-heksana saja. Dalam proses
pemisahan dan pemurnian ini di lakukan dengan metode kromatografi
kolom tetapi sebelum analisis dilakukan, terlebih dahulu analisis dilakukan
dengan kromatografi lapis tipis.
Pemisahan pertama dilakukan dengan menggunakan KVC, pelarut yang
digunakan merupakan pelarut organik yang ditingkatkan kepolarannya
secara gradien. Pada pemisahan ini digunakan pelarut n-heksan dan etil
asetat. Berdasarkan analisa kromatogram KLT fraksi heksana pada eluen
heksana dan etil asetat dengan beberapa komposisi perbandingan maka
KVC dilakukan dengan beberapa perbandingan yaitu 100% n-heksan
sebanyak 2 kali:24:1 sebanyak 3 kali : 21 : 4 sebanyak 4 kali ; 18:7
sebanyak 2 kali; 15 :10 sebanyak 2 kali ; 9:16 sebanyak 2 kali; 6:19
sebanyak 2 kali; 3:22 sebanyak 2 kali dan 100% asetat sebanyak 2 kali
dengan volume 50 mL setiap kali elusi. KVC fraksi heksan dengan massa
4,1 gram menghasilkan 22 fraksi.
Fraksi yang memiliki pola kromatogram yang sama digabungkan hingga
mendapatkan 5 fraksi gabungan. Massa dari masing-masing fraksi tersebut adalah
fraksi A (1-4) sebanyak 838 mg, fraksi B (5) sebanyak 1.082 mg, fraksi C (6-7)
sebanyak 1.017 mg, fraksi D dan E (8-17) sebanyak 82 mg dan fraksi F (128-22)
sebanyak 91 mg. Fraksi-fraksi gabungan dianalisis dengan KLT menggunakan eluen
heksana: etil asetat dengan perbandingan 6 : 4.
Analisa kromatogram 24 fraksi yang diperoleh dari hasil KVC dapat
digabungkan berdasarkan kesamaan Rf menjadi 8 fraksi. Massa masing-masing
fraksi tersebut adalah fraksi C1 (1-6) sebanyak 15 mg, C7 (7) sebanyak 15 mg, C2
(8-10) sebanyak 126 mg, C11 (11)sebanyak 117 mg, C3 (12-14) sebanyak 149 mg,
C4 (15-19) sebanyak 188 mg, C20 (20) sebanyak 59 mg dan C5 (21-24) sebanyak
207 mg.
Hasil penggabungan fraksi dalam C2 dan C11 berbentuk kristal. Rekristalisasi
dilakukan dengan melarutkan fraksi kristal dengan metanol panas yang kemudian
didinginkan. Setelah didinginkan terbentuk kristal yang tidak larut di dialam
metanol. Kristal tersebut dipisahkan dengan menggunkan kertas saring. Dengan
menggunakan teknik pemurnian rekristalisasi pada kedua difraksi tersebut didapat
beberapa fraksi kristal. Fraksi-fraksi tersebut diuji kemurniannya dengan KLT dan
dilihat pula kromtogramnya untuk mengetahui senyawa yang sama atau tidak pada
hasil kemurnian dengan rekristalisasi tersebut. Dari fraksi-fraksi hasil diperoleh
fraksi murni yakni C2–1 dan C11-2. Hasil rekritalisasi kedua fraksi tersebut
kemudian dianalisis dengan menggunakan FT-IR dan NMR.
 
Teknik Isolasi
Untuk mengisolasi suatu senyawa kimia yang berasal dari bahan alam
Terpenoid
hayati pada dasarnya menggunakan metode yang sangat bervariasi, seperti
yang diaplikasikan dalam proses industri. Metode pengempaan digunakan
pada senyawa katecin dari daun gambir juga isolasi CPO dari buah kelapa
sawit. Metode ini umum digunakan karena senyawa organik yang diperoleh
dengan kuantitas yang cukup banyak. Tetapi berbeda dengan senyawa
bahan alam hasil proses metabolit sekunder lainnya yang pada umumnya
dengan kandungan yang relatif kecil, maka metode-metode dalam proses
industri tersebut tidak dapat digunakan.
Berdasarkan hal diatas maka metode yang umum dalam isolasi senyawa
metabolit sekunder dapat digunakan. Metode standar laboratorium dengan
kuantitas sampel terbatas dan perlunya menentukan metode yang paling
sesuai dengan maksud tersebut. Dari identifikasi awal, maka dapat diamati
kandungan senyawa dari tumbuhan sehingga untuk isolasi dapat diarahkan
pada suatu senyawa yang lebih dominan dan salah satu usaha
mengefektifkan isolasi senyawa tertentu maka dapat dimanfaatkan
pemilihan pelarut organik yang akan digunakan pada isolasi tersebut,
dimana pelarut polar akan lebih mudah melarutkan senyawa polar dan
sebaliknya senyawa non polar lebih mudah larut dalam pelarut non polar.
Efek Biologis/Farmakologi
Terpenoid

Terpenoid yang terkandung di dalam tumbuh-tumbuhan


banyak digunakan dalam pengobatan tradisional herbal sebagai
anti bakteri, anti neoplastik, aromaterapi dan beberapa fungsi
farmasi yang lainnya. Kebanyakan terpenoid adalah senyawa
aromatik dan memberikan kesan bau yang khas dari tumbuh-
tumbuhan yang mengandung terpenoid.
Beberapa manfaat dari senyawa terpenoid untuk pengobatan
antara lain adalah:
1. Sebagai antiseptik dan antimikroba
2. Efek ekspektoran
3. Efek anestetik
4. Efek sedatif
5. Sebagai tumbuhan obat untuk penyakit diabetes
Beberapa Senyawa Terpenoid
• Mentol
Merupakan senyawa minyak atsiri yang terdapat dalam daun mint atau
peppermint. Mentol berfungsi sebagai pelega pernafasan karena
mempunyai efek dingin dan sejuk. Mentol juga berfungsi sebagai zat
aktiseptik dan antifungisida.
• Kamfer
Diisolasi dari tanaman kamper (Cinnamomum camphora). Kamfer banyak
dikombinasikan dengan minyak gandapura, minyak cengkeh (eugenol)
serta minyak sereh dan dibuat balsam lalu digunakan untuk mengobati
keseleo, pegal, otot kaku, sakit pinggang dan punggung.
• Ginkgo biloba
Ginkgo biloba adalah salah satu obat alami yang paling umum digunakan
untuk mengobati gejala-gejala ADD tersebut. Ginkgo berfungsi untuk
melancarkan aliran darah ke otak dan mencegah darah menjadi kental
sehingga darah dapat membawa lebih banyak oksigen ke otak.
Flavonoid
Biosintesis
Flavonoid
Biosintesis flavonoid sudah mulai diteliti sejak tahun 1936.
Pada awalnya para peniliti mengkaitkan C6-C3-C6 dari flavonoid
merupakan hasil dari fenil propanoid. Tetapi selama bertahun-
tahun diperoleh teori sintesis flavonoid dan telah dibuktikan di
laboratorim. Secara umum sintesis flavonoid terdiri dari dua jalur
yaitu jalur poliketida, dan jalur fenil propanoid.
1. Jalur poliketida
Jalur poliketida ini merupakan serangkaian reaksi kondensasi
dari tiga unit asetat atau malonat.
2. Jalur Fenilpropanoid.
Jalur fenilpropanoid atau biasa disebut jalur shikimat.
Identifikasi
Flavonoid

Sebagai besar senyawa flavonoida alam ditemukan dalam bentuk


glikosida, dimana unit flavonoid terikat pada sutatu gula. Glikosida
adalah kombinasi antara suatu gula dan suatu alkohol yang saling
berikatanmelalui ikatan glikosida. Pada prinsipnya, ikatan glikosida
terbentuk apabila gugus hidroksil dari alkohol beradisi kepada
gugus karbonil dari gula sama seperti adisi alkohol kepada aldehida
yang dikatalisa oleh asam menghasilkan suatu asetal.
Pada hidrolisa oleh asam, suatu glikosida terurai kembali atas
komponen-komponennya menghasilkan gula dan alkohol yang
sebanding dan alkohol yang dihasilkan ini disebut aglokin. Residu
gula dari glikosida flavonoida alam adalah glukosa, ramnosa,
galaktosa dan gentiobiosa sehingga glikosida tersebut masing-
masing disebut glukosida, ramnosida, galaktosida dan gentiobiosida.
Teknik Analisis
Flavonoid
Zaman dahulu, kromatografi kertas banyak digunakan untuk analisis
flavonoid, tapi sekarang lebih banyak menggunakan metode analisis yang
sederhana dan murah yaitu Kromatografi Lapis Tipis (KLT/TLC).  Kelebihan
KLT ini adalah :

• Proses pemisahan senyawa yang relatif pendek.


• Cara deteksinya cukup dengan pereaksi semprot.
• Bisa menganalisis dalam beberapa sampel dalam waktu yang bersamaan.
KLT cocok untuk orientasi awal analisis ekstrak tumbuh-tumbuhan
sebelum dilanjutkankan ke alat instrument analisis lainnya seperti HPLC,
GC, dll.
Flavonoid memiliki dua cincin benzene yang dipisahkan
oleh propana dan merupakan turunan dari flavon. Secara
umum, senyawa flavonoid larut dalam air. Semakin banyak
senyawa terkonjugasi semakin berwarna cerah.
Ada banyak macam sistem pelarut/eluen yang digunakan
untuk pemisahan flavonoid menggunakan KLT. Salah satu
contoh hasil metilasi atau asetilasi flavon dan flavonol
membutuhkan pelarut nonpolar seperti kloroform-metanol
(15:1). Sedang aglikon flavonoid seperti apigenin, luteolin dan
quercetin dapat dipisahkan dengan chloroform metanol (96:4)
atau dengan polaritas yang sama. Secara umum, mobile phase
KLT untuk glikosida flavonoid adalah etil asetat-asam formiat-
asam asetat glasial-air (100:11:11:26).
Teknik Isolasi
Flavonoid
Flavonoid merupakan senyawa fenol alami terbesar. Penyebarannya
di alam, kegunaannya dalam kehidupan menjadikan flavonoid adalah
senyawa kimia organik yang penting. Senyawa flavonoid adalah
senyawa C15 yang terbentuk 2 senyawa fenol yang terhubung dengan
3 unit karbon. Karakteristik dari siklik A adalah pola dari
phloroglucinol atau resorcinol hydroxylation dan siklik B biasanya 4-,
3.4-, atau 3,4,5-hydroxylated. (Geissman, 1969). Prinsip dari pemisahan
(isolasi) adalah adanya perbedaan sifat fisik dan kimia dari senyawa
yaitu kecendrungan dari molekul untuk melarut dalam cairan
(kelarutan), kecenderungan molekul untuk menguap (keatsirian),
kecenderungan molekul untuk melekat pada permukaan serbuk labus
(adsorpsi, penserapan) (Harborne, 1987).
Salah satu cara pemisahan adalah kromatografi cair vakum,
kromatografi cair vakum adalah kromatografi kolom yang dipercepat dan
bekerja pada kondisi vakum. Alat yang digunakan terdiri dari corong G-3,
sumbat karet, pengisap yang dihubungkan dengan pompa vakum serta
wadah penampung fraksi. Corong G-3 diisi adsorben sampai setinggi 2,5
cm, kemudian diketuk-ketuk dengan batang pengaduk bersalut dilarutkan
dalam pelarut organik yang cocok, kemudian ke dalam larutan ekstrak
tersebut ditambahkan adsorben dengan bobot sama dengan bobot
ekstrak. Campuran ini digenis sampai homogen, dikeringkan dan
dimasukkan ke dalam corong G-3 kemudian diratakan. Permukaan lapisan
adsorben ditutup dengan kertas saring.
Elusi diawali dengan pelarut non polar dilarutkan dengan kombinasi
pelarut dengan polaritas meningkat. Jumlah pelarut yang digunakan
setiap kali elusi untuk bobot ekstrak sampai lima gram diperlukan 25 ml
pelarut, untuk 10-30 gram ekstrak diperlukan 50 ml pelarut. Dalam hal
ini, diameter corong dipilih sedemikian rupa sehingga lapisan ekstrak
dipermukaan kolom setipis mungkin dan rata. Masing-masing pelarut
dituangkan ke permukaan kolom kemudian dihisapkan pompa vakum.
Masing-masing ekstrak ditampung dalam wadah terpisah sehingga
menghasilkan sejumlah fraksi (Soediro, dkk.,1986).
Isolasi
Flavonoid
Isolasi flavonoid umumnya dilakukan dengan metode ekstraksi,
yakni dengan cara maserasi atau sokletasi menggunakan pelarut
yang dapat melarutkan flavonoid. Flavonoid pada umumnya larut
dalam pelarut polar, kecuali flavonoid bebas seperti isoflavon,
flavon, flavanon,dan flavonol termetoksilasi lebih mudah larut
dalam pelarut semipolar. Oleh karena itu pada proses ekstraksinya,
untuk tujuanskrining maupun isolasi, umumnya menggunakan
pelarut methanol atauetanol. Hal ini disebabkan karena pelarut ini
bersifat melarutkan senyawa–senyawa mulai dari yang kurang
polar sampai dengan polar. Ekstrak methanol atau etanol yang
kental, selanjutnya dipisahkankandungan senyawanya dengan
tekhnik fraksinasi, yang biasanyaberdasarkan kenaikan polaritas
pelarut (Monache, 1996).
Efek Biologis/ Farmakologi
Flavonoid
Fungsi kebanyakan flavonoid dalam tubuh manusia adalah sebagai
antioksidan sehingga sangat baik untuk pencegahan kanker. Manfaat
flavonoid antara lain adalah untuk melindungi struktur sel, memiliki
hubungan sinergis dengan vitamin C (meningkatkan efektivitas vitamin C),
antiinflamasi, mencegah keropos tulang, dan sebagai antibiotik. Flavonoids
dikenal sebagai salah satu substansi antioksidan yang berkekuatan sangat
kuat hingga dapat menghilangkan efek merusak yang terjadi pada oksigen
dalam tubuh manusia. Sekarang ini para peneliti sangat tertarik mengenai
potensi manfaat substansi kimiawi tersebut yang juga banyak terkandung
dalam bawang bombay, apel, dan anggur merah.
Dalam banyak kasus, flavonoid dapat berperan secara langsung sebagai
antibiotik dengan mengganggu fungsi dari mikroorganisme seperti bakteri
atau virus. Fungsi flavonoid sebagai antivirus telah banyak dipublikasikan,
termasuk untuk virus HIV (AIDS) dan virus herpes. Selain itu, flavonoid
juga dilaporkan berperan dalam pencegahan dan pengobatan beberapa
penyakit lain seperti asma, katarak, diabetes, encok/rematik, migren, wasir,
dan periodontitis (radang jaringan ikat penyangga akar gigi).
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai