DASAR-DASAR ALERGI-

IMUNOLOGI
dr. PASID HARLISA, SpKK
Universitas Sultan Agung
Semarang
 Definisi
• Alergi  keadaan hipersensitif 
terpapar alergen tertentu.
• Hipersensitif adalah kemampuan untuk
berespon (spesifik)  alergen.
mekanisme fisiologik
IMUNOLOGI
bagaimana mengenali suatu
bahan sebagai zat asing (‘non
self’) atau diri (‘self’) dan
kemampuan melakukan
ILMU netralisasi, eliminasi atau
metabolisme zat-zat asing
tersebut (respon imun/sistem
imunitas).
2
 Sistim imunitas kulit
Sistim bagian integral sistim
imunitas kulit imunitas tubuh.

• Sistem imunitas :
– sistem imunitas bawaan (alamiah atau non
spesifik)
– sistem imunitas didapat (spesifik).
• Sistem imunitas bawaan/non spesifik
(kulit)
– Sekresi zat yang bersifat asam di dalam keringat
– Sistem seluler (sel fagosit-netrofil dan
makrofag)
– Sistim enzim dan komplemen. 3
 Sistim imunitas kulit lanjutan....

Disini tidak diperlukan awitan benda asing dan

tidak berubah walaupun terpapar berkali-kali
dengan benda asing yang sama

• Sistem imunitas didapat/spesifik

Cara spesifik  pengenalan benda asing
– Komponen humoral (molekul imunoglobulin)
– Komponen seluler (limfosit dan penyaji antigen-sel
fagosit).

4
 REAKSI HIPERSENSITIVITAS
REAKSI HIPER- • Coomb dan Gell (1964) ada
SENSITIVITAS 4 tipe yaitu :
perubahan – Hipersensitivitas tipe I /tipe
reaktivitas cepat/ anafilaktik
– Hipersensitivitas tipe II atau
bereaksi tipe sitotoksik
berlebihan
terhadap bahan – Hipersensitivitas tipe III atau
asing reaksi kompleks imun
(patologik 
– Hipersensitivitas tipe IV atau
diinduksi reaksi tipe lambat
respon imun)

5
 Hipersensitivitas Tipe I dan
Respon Fase Lambat

(rx. antigen dengan IgE pada sel mastosit)

• respon fase cepat (5-15 menit)  sekresi mediator
sel mastosit, yaitu:
Senyawa kinin aktif (serotonin, histamin, bradikinin),
contoh reaksi anafilaktik dan urtikaria akut.

• respon fase lambat (setelah 6-8 jam) adanya :

ECFA (Eosinofil Chemotactic Factor A) dan mediator
‘preformed’ contoh fenomena atopi.

6
Hipersentivitas tipe II
• Merupakan respon  antigen jaringan / sel (reaksi
sitotoksik). Contoh: anemia hemolitik alergi gol. penisilin.

Hipersentivitas tipe III

Ag berikatan dengan antibodi dalam sirkulasi
membentuk kompleks imun. Kompleks imun 
merangsang berbagai reaksi kerusakan jaringan.
Berat / ringannya kerusakan tergantung pada:
Jenis kompleks imun yang terbentuk (larut atau
mengendap).
Lokasi kompleks imun di berbagai organ tubuh.
Kemampuan kompleks imun merangsang reaksi
lanjutan bersama sel imunokompeten lain.
Luasnya kerusakan jaringan yang ditimbulkan.
7
 Hipersentivitas tipe IV
Hipersensitivitas tipe ini tidak melalui
mekanisme humoral/keterlibatan antibodi
 melibatkan peranan sel limfosit T. Disini
juga diperlukan peran sel pembantu yang
menyajikan antigen kepada limfosit (sel
langerhans epidermal). Contoh: dermatitis
kontak alergik.