Anda di halaman 1dari 38

BAB 7

MENGUMPULKAN
DATA KUALITATIF

Metodologi Penelitian
Tujuan Pembelajaran
 Mendiskusikan isu utama dalam pengumpulan data
kualitatif.
 Menggambarkan dan menerapkan metode berdasarkan

wawancara.
 Menggambarkan dan menerapkan metode berdasarkan

catatan harian.
 Menggambarkan dan menerapkan metode berdasarkan

observasi.
 Membandingkan kelebihan dan kekurangan beberapa

metode
7.1. Pendahuluan
 Bab ini fokus pada metode utama yang digunakan
untuk mengumpulkan data kualitatif.
 Metode pengumpulan data kualitatif -> untuk data
primer riset. Contoh : data hasil wawancara, data
hasil FGD
 Metode pengumpulan data kuantitatif -> untuk
data sekunder riset. Contoh : Data dari arsip, data
dari database
7.2. Isu Utama Dalam Pengumpulan
Data Kualitatif
 Data kualitatif :
Singkat, dimengerti dalam konteks tertentu, berhubungan dengan
metodologi interpretivist, tingkat validitas tinggi. (Validitas : riset
merefleksikan fenomena yang dipelajari secara akurat)
Contoh data kualitatif : teks, gambar, diagram, audio, audiovisual
(rekaman wawancara, FGD, video, siaran)
Dikumpulkan secara sistematik dan sesuai metode

 Data kuantitatif :
Akurat, dapat diambil pada segala macam waktu dan konteks yang
berbeda, berhubungan dengan metodologi positivist, tingkat
reliabilitas tinggi. (Reliabilitas : tidak adanya perbedaan dalam hasil
riset jika diulang)
Pengumpulan Data dalam Studi Interpretivist

Identifikasi sampel/masalah

Memilih metode pengumpulan data

Menentukan data apa yang dikumpulkan dan mendesain


pertanyaan

Melaksanakan studi pendahuluan dan memodifikasi


metode jika diperlukan

Mengumpulkan data riset


7.2.1. Kontekstualisasi
-> Adalah latar belakang informasi yang dibutuhkan
untuk mengerti konteks data kualitatif
-> Data tentang konteks berkaitan dengan : waktu
dan lokasi, pengaruh legal, sosial, politik dan
ekonomi.
-> Membuat referensi ketika menganalisa,
menginterpretasi data dan membuat kesimpulan
7.2.2. Memilih Sampel Dengan
Paradigma Interpretivist

 Kerangka sampel : Catatan populasi darimana


sampel diambil
 Populasi : Kumpulan orang atau sesuatu untuk tujuan
statistik
 Sampel : Bagian dari populasi
 Dalam paradigm interpretivist data tidak dianalisa
secara statistik dengan generalisasi dari sampel ke
populasi, tidak diperlukan sampel random
Beberapa metode untuk memilih
sampel non-random :
 Snowball sampling / networking
-> Dengan menanyakan kepada seseorang untuk
memberikan informasi data orang lain yang
mengalami perlakuan yang sama
 Judgemental / Purposive Sampling

-> Mirip dengan snowball sampling namun peneliti


membuat keputusan utama sebagai permulaan
survei dan tidak mengejar kontak yang mungkin
muncul selama penelitian
 Natural sampling

-> Terjadi ketika peneliti mempunyai pengaruh sedikit


dalam komposisi sampel
Beberapa pendekatan yang dapat digunakan apabila peneliti
mengalami kesulitan mendapatkan sampel karena
keterbatasan waktu dan kontak :

 Dengan iklan atau mengunjungi lokasi tempat


berkumpulnya orang-orang yang akan diteliti.
 Meneliti komunitas tempat peneliti bergaul.
 Piggybacking : Menyaring sampel dari survei yang
sudah ada atau menggunakan survei lain untuk
mencapai populasi dengan cepat.
 Metode screening : Hanya mewawancara orang-
orang yang mengalami perlakuan
7.3. Wawancara
Wawancara adalah metode mengumpulkan data dimana
partisipan yang sudah diseleksi diberi pertanyaan untuk
mengetahui apa yang mereka lakukan, pikirkan atau rasakan.
Dalam paradigm interpretivist wawancara adalah menggali
data pengertian, opini, apa yang diingat dilakukan orang,
tingkah laku, perasaan dan kesukaan yang rata-rata dimiliki
orang (Arksey dan Knight, 1999)
1. Open question : Pertanyaan yang tidak dapat dijawab
dengan ‘ya’ atau ‘tidak’ namun membutuhkan jawaban
yang panjang.
2. Closed question : Pertanyaan yang jawabannya adalah
‘ya’ atau ‘tidak’, responden memilih dari list yang sudah
ditentukan.
7.3.1. Menggunakan Wawancara Dalam
Paradigma Interpretivist
 Face to face
Pendekatan tradisional, dapat dilakukan dimana saja,
membutuhkan banyak waktu terutama jika harus
mengunjungi tempat yang jauh untuk wawancara.
 Telepon
Dapat dilakukan ketika terdapat keterbatasan
geografis, butuh perlengkapan telekomunikasi dan
biaya telepon.
 Online
Membutuhkan akses internet.
7.3.2. Mendesain Pertanyaan untuk Wawancara dalam
Paradigma Interpretivist

Tipe Pertanyaan Digunakan Untuk Tidak Berguna Untuk


Open question Menggali informasi lebih luas Orang yang senang berbicara
(Ceritakan apa yang terjadi
ketika…)

Closed question Mendapat informasi faktual Menggali informasi lebih luas


(Dengan siapa anda konsultasi ?)

Banyak pertanyaan Tidak berguna Tidak berguna


Penyelidikan (apa yang selanjutnya Mendapatkan detil Menggali kejadian sensitif
terjadi ?)

Pertanyaan hipotetik (Hal apa yang Memacu pemikiran lebih luas Situasi di luar cakupan pewawancara
dapat mengubah opini anad ?)

Pertanyaan perbandingan (Anda Menggali kebutuhan dan nilai Alternatif yang tidak relistis
memilih meeting setiap malam atau
setiap minggu?)

Pertanyaan ringkasan (Jadi benar Menghindari ambiguitas, validasi Kegunaan premature dan sering
saya berpikir bahwa masalah data dan jawaban yang berkaitan
utamanya adalah …)
Contoh Penyelidikan

Karakteristik Penyelidikan

Kejelasan Dapatkah anda memberi contohnya ? Apa yang anda maksudkan ? Dapatkah anda jelaskan lagi ?

Relevansi Bagaimana anda berpikir hal tersebut berkaitan dengan masalah ? Dapatkan anda jelaskan
bagaimana factor tersebut saling mempengaruhi ?

Kedalaman Dapatkah anda jelaskan lebih rinci ? Dapatkah anda memberi contoh ?

Dimensi Mungkinkah melihat hal ini dengan cara yang lain ? Menurut anda apakah hal tersebut adalah opini
yang biasa ?

Signifikansi Bagaimana hal tersebut mempengaruhi anda ? Menurut anda apa yang terpenting ? Dapatkan anda
mengubah opini jika X yang terjadi ?

Perbandingan Dapatkah anda memberi contoh dimana hal tersebut tidak terjadi ? Dapatkah anda memberi contoh
situasi yang berbeda ? Dalam hal apa opini anda berbeda dengan orang lain?

Bias Mengapa anda berpegang pada opini ini ? Hal apa yang dapat mengubah opini anda ?
7.3.3. Contoh Pembelajaran Menggunakan Wawancara

 Jangan terlalu ambisius dengan jumlah wawancara


namun tentukan jumlah orang yang akan
diwawancara berdasarkan posisi dan pengetahuan
mereka.
 Metode wawancara membutuhkan waktu yang
lama baik dalam perencanaan (pertanyaan dan
subyek yang akan diwawancara) maupun
pelaksanaan wawancara
7.3.4. Permasalahan yang Muncul

 Subyek perempuan diperlakukan lebih antentif dan longgar.


 Peneliti perempuan tersenyum lebih banyak daripada peneliti
laki-laki.
 Peneliti laki-laki lebih dekat kepada subyek laki-laki daripada
peneliti perempuan.
 Peneliti laki-laki memiliki aktivitas tubuh yang lebih tinggi
daripada peneliti perempuan. Ketika subyek adalah laki-laki,
peneliti laki-laki dan perempuan aktivitas tubuhnya lebih tinggi
daripada jika subyeknya perempuan.
 Menurut subyek perempuan, peneliti laki-laki lebih ramah
daripada peneliti perempuan.
 Baik peneliti laki-laki maupun perempuan lebih ramah kepada
subyek perempuan.
7.4 Critical Incident Technique
Adalah metode pengumpulan data tentang aktivitas
atau kejadian tertentu yang didasarkan pada ingatan
partisipan (peserta) mengenai fakta-fakta penting .
Dikembangkan oleh Flaganan(1954) sebagai metode
yang biasanya digunakan untuk paradigma positivisme.

7.4.1 Penggunaan Critical Incident Technique


Critical incident technique membantu peserta yang
diwawancara untuk berbicara mengenai permasalahan
tertentu berdasarkan pengalaman mereka sendiri dan
terlepas dari pengalaman orang lain.
7.4.2 Contoh Studi Menggunakan Critical Incident Technique

Meldrum dan McCarvill, 2010


 Meneliti pekerja paruh waktu, musiman, dan pekerja kontrak pada sektor
pariwisata.
 Sampel diperoleh dengan bertanya kepada siswa kursus akademik yang
relevan untuk melengkapi kuesioner dan diperoleh 168 responden.
 Salah satu pertanyaan, meminta responden untuk dapat berpartisipasi dalam
interview dan mendiskusikan pengalaman kerja mereka serta untuk memberikan
detail kontak mereka.
 Hasil dari screening survey (penyaringan) ini digunakan untuk mengidentifikasi
pengalaman kerja, jenis pekerjaan, dan banyaknya pekerjaan yang mereka
lakukan. Sebanyak 24 siswa dengan pengalaman yang sesuai diidentifikasi dan
siswa tersebut akan ambil bagian dalam interview individu semi-structured.
 Pertanyaan yang telah diseleksi digunakan untuk mengukur dimensi afektif dari
komitmen kepada organisasi, pekerjaan, pengawas, kelompok kerja dan
pelanggan. Mereka diminta untuk menggambarkan critical incidents ketika
tindakan /perilaku pihak lain (rekan kerja atau pelanggan) nampak efektif atau
tidak efektif dalam mencapai tujuan organisasi.
7.4.3 Permasalahan yang Muncul

1. Keterbatasan pengetahuan tentang fenomena


yang dipelajari, menyebabkan kesulitan untuk
menentukan kejadian mana yang merupakan
critical incident.
2. Peserta mungkin akan lupa dengan beberapa
fakta atau kejadian penting.
3. Permasalahan post-rationalization, dimana peserta
menceritakan kejadian dengan tingkat logika dan
koherensi/hubungan yang tidak terjadi pada saat
itu.
7.5 Focus Groups
 Adalah metode pengumpulan data dimana peserta yang
telah diseleksi mendiskusikan reaksi dan perasaan mereka
terhadap suatu produk, jasa, situasi atau konsep dibawah
arahan dari pemimpin kelompok.
 Focus groups menggabungkan antara wawancara dan
observasi, tetapi data terbaru dapat diperoleh melalui
interaksi di dalam kelompok.
 Focus groups berguna untuk beberapa tujuan berikut:
1. Mengembangkan pengetahuan tentang fenomena baru
2. Membangkitkan saran dari isu-isu yang timbul
3. Mengembangkan pertanyaan dari sebuah survei
4. Memperoleh feedback atas penemuan suatu penelitian
7.5.1 Penggunaan Focus Groups
Prosedur pelaksanaan focus groups :
1. Menyiapkan daftar masalah yang akan dibahas
2. Mengundang sekelompok individu dengan pengalaman yang
cukup terhadap permasalahan penelitian untuk dipertemukan
dalam lokasi yang netral
3. Menciptakan kondisi yang nyaman ketika memperkenalkan
anggota kelompok dan menjelaskan tujuan dari focus group dan
bagaimana akan dilaksanakan
4. Memulai sesi dengan pertanyaan terbuka, dapat ditampilkan
pada proyektor atau flip chart. Jika dimungkinkan, berikan
penjelasan secara visual atau contoh
5. Mengizinkan kelompok untuk mendiskusikan isu yang
diperkenalkan tanpa intervensi dari peneliti, kecuali memastikan
bahwa setiap anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk
berkontribusi dalam diskusi.
Lanjutan...
 Salah satu metode alternatif dari focus group adalah
metode Dephi, yaitu membangun komunikasi antara
para ahli yang terpisah secara geografis untuk
membahas permasalahan yang komplek dengan cara
yang sistematis dan sesuai dengan metodologi.
Kuesioner dapat dibagikan secara langsung(tatap
muka) atau melalui email.
 Manfaat dari metode Delphi adalah memperoleh
keputusan dari kelompok yang terstruktur dan
mencegah peer pressure yang mungkin ada dalam focus
group (Lindqvist dan Nordanger,2007)
7.5.2 Contoh Penggunaan Focus Groups

Bruggen dan Willems, 2009


 Membandingkan jenis yang berbeda dari focus group : offline dan online
focus groups, dan metode e-Delphi.
 Metode dibandingkan dari segi kedalaman, keluasan, efisiensi, dinamika
kelompok, kesan non verbal, dan perilaku dari peserta.
 Online focus group terjadi dalam ruang virtual dimana peserta dapat melihat
dan bereaksi terhadap komentar dari anggota kelompok lain dan
moderator. Seluruh peserta online dalam waktu yang bersamaan.
 Hasil studi menyimpulkan bahwa offline focus group memiliki tingkat
kedalaman dan keluasan tertinggi, paling efisien, memperoleh hasil dengan
kualitas tinggi dibandingkan dengan online focus group.
7.5.3 Permasalahan yang Muncul
1. Hasil yang diperoleh terkadang tidak lebih dari sekedar opini dari kelompok kecil
individu dan menawarkan sedikit pengetahuan atau penerangan dari isu yang
dipelajari.
Agar dapat dipercaya sebagai teknik pengumpulan data, focus group harus diatur
dengan tepat. Salah satu pendekatannya dengan mengatur ke dalam beberapa
kelompok yang terdiri atas kategori utama dan membandingkan dengan penemuan
Anda. Pendekatan yang lain adalah dengan satu kelompok yang anggotanya
mewakili masing-masing kategori.
2. Kesulitan untuk mendapatkan peserta yang cukup secara sukarela.
3. Jika peserta terlalu sedikit tidak dapat memperoleh data yang cukup, sebaliknya
jumlah peserta yang terlalu banyak akan kesulitan untuk mengatur jalannya diskusi.
Disarankan jumlah peserta antara 5 – 10 orang(namun, coba untuk mencari
kesediaan sekitar 15 orang untuk antisipasi ketidakhadiran pada waktu
pelaksanaan focus group)
4. Kesulitan untuk melakukan replikasi jika masalah yang dibahas berupa sesuatu yang
tidak berwujud, seperti masalah etika, peraturan pemerintah.
5. Dominasi salah satu peserta dalam diskusi. Sehingga peneliti perlu untuk
menjelaskan tujuan dari diskusi dan bagaimana tata caranya sebelum diskusi
dimulai, serta menyiapkan strategi untuk mendorong setiap orang untuk
berkontribusi.
7.6 Protocol Analysis
Adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk
mengidentifikasi proses yang dilakukan praktisi dalam menyelesaikan
masalah pada situasi tertentu, termasuk logika dan metode yang
digunakan.

Tujuan : mengamati bagaimana seseorang bertingkah laku dan


berpikir pada situasi tertentu terutama dalam penyelesaian masalah
yang rumit.

Peneliti memberikan beberapa bentuk dari masalah secara tertulis


kepada praktisi yang berpengalaman pada bidang/masalah yang
diamati. Ketika praktisi memahami dan menuju masalahnya, praktisi
akan memberikan penjelasan secara verbal bagaimana beliau akan
menyelesaikannya dan peneliti mencatat prosesnya.
Protocol analysis melibatkan kurang dari 12 peserta.
7.6.1 Penggunaan Protocol Analysis
Protocol

Retrospective verbalization Concurrent verbalization


(after the task) (during the task)

Directed reports Think-aloud protocol


(on specific behaviour) (all thoughts)

Restrospective verbalization terjadi ketika peserta diminta untuk mendeskripsikan


proses setelah tugas berakhir.
Concurrent verbalization terjadi ketika peserta diminta untuk mendeskripsikan dan
menjelaskan pemikiran mereka selama tugas berlangsung.
Directed reports : ketika peserta diminta mendeskripsikan hanya perilaku yang
spesifik.
Think-aloud protocol : ketika peserta diminta untuk menyampaikan seluruh
pemikiran mereka.
7.6.2 Contoh Penggunaan Protocol Analysis

Read dkk, 2009


 Membandingkan kelompok yang terdiri dari 27 pengusaha berpengalaman dan kelompok yang
terdiri dari 37 manajer dengan sedikit pengalaman kewirausahaan dalam pengambilan
keputusan pemasaran ketika dihadapkan pada ketidakpastian. Mereka diminta untuk berpikir
ketika membuat keputusan pemasaran dalam situasi bisnis yang sama.
Peneliti mendeskripsikan tahap-tahap dalam penelitiannya sebagai berikut :
1) Sampel dipilih dengan menentukan apa yang dimaksud dengan keahlian kewirausahaan
2) Sebuah skenario studi kasus dikembangkan dengan mendeskripsikan situasi yang tidak pasti
dan tugas mencari informasi diperlukan untuk mengembangkan pasar dari suatu produk.
3) Setelah mempelajari kasus tersebut, wawancara individu dilakukan untuk seluruh peserta, dan
diminta untuk menceritakan pemikiran mereka dengan penjelasan verbal tentang informasi
yang mereka perlukan dan rincian mengenai keputusan yang mereka buat.
4) Catatan atau rekaman wawancara kemudian dikode dan dianalisis.
 Studi ini juga menekankan untuk berhati-hati ketika merancang sebuah penelitian. Salah satu
permasalahan yang pernah terjadi dalam pengumpulan data kualitatif adalah peneliti tidak
mampu menganalisis dengan baik karena kurangnya perencanaan dalam tahap
desain(rancangan).
7.6.3 Permasalahan yang Muncul
1. Proses menentukan masalah yang akan diberikan ke praktisi adalah hal
yang sulit. Peneliti harus menyusun permasalahan yang realistis, mengatasi
masalah mendasar tersebut, dan menetapkan ruang lingkup penelitian.
2. Peneliti harus mempunyai pengetahuan yang cukup agar mampu
memahami dan menginterpretasikan logika dan metode yang digunakan
praktisi untuk menyelesaikan masalah.
3. Menemukan peserta dengan pengetahuan yang diperlukan dan waktu
yang cukup.
4. Bolton(1991) menggunakan concurrent verbal protocol untuk tes kuesioner
dan mengidentifikasi pertanyaan yang terkait dengan masalah informasi.
Beliau mengatakan hal tersebut memakan banyak waktu dan tenaga.
5. Day(1986) menunjukkan kelemahan utama dari retrospective verbalization
adalah hasil yang diperoleh tidak mempertimbangkan kondisi
sebenarnya tetapi hanya sebagai pengulangan tindakan.
7.7 Diary Methods
Adalah metode pengumpulan data dimana peserta
yang telah diseleksi diminta untuk mencatat informasi
yang relevan dalam buku harian atau buklet selama
jangka waktu tertentu.

Buku harian adalah catatan/rekaman dari kejadian


atau pemikiran dan biasanya digunakan untuk
menangkap dan mencatat apa yang seseorang
lakukan, pikirkan, dan rasakan.
7.7.1 Penggunaan Diary Methods
Plummer(1983) membedakan buku harian menjadi 3 jenis :
1. Log yaitu buku harian yang terperinci dimana peserta menyimpan catatan dari waktu
yang mereka habiskan untuk melakukan aktivitas.
2. Diary/buku harian, dimana peserta menyimpan catatan deskriptif tentang kehidupan
mereka sehari-hari. Ini adalah bentuk bebas dan menimbulkan beberapa tantangan
bagi peneliti, tetapi menyajikan wawasan yang luas.
Penulis buku harian harus didorong untuk menuliskan seluruh pemikiran mereka
seolah-olah buku harian tersebut rahasia dan tidak dibaca oleh orang lain. Hal ini
akan memunculkan pernyataan yang mencerahkan, tetapi sulit untuk
diinterpretasikan.
Tantangan lainnya adalah kesulitan untuk membuat perbandingan jika beberapa
peserta menuliskan catatan harian untuk fenomena yang sama. Peneliti bahkan
mungkin mempertanyakan apakah mereka sebenarnya mengamati kejadian yang
sama, karena persepsi mereka bisa sangat berbeda.
3. Diary-interview. Peserta diminta menulis buku harian dalam format tertentu untuk
jangka pendek. Pertanyaan rinci kemudian dikembangkan dari buku harian tersebut
dan membentuk dasar wawancara yang mendalam dengan peserta.
Lanjutan...
 Diary methods menawarkan manfaat dapat membandingkan
perspektif yang berbeda diantara peserta.
 Berguna untuk memperoleh informasi yang sensitif. Data dikumpulkan
dan disajikan secara luas dalam kerangka referensi peserta.
 Manfaat utama diary method menurut Stewart(1965) :
1. Buku harian meningkatkan cakupan untuk banyak dan tipe
peserta.
2. Tidak menghabiskan banyak waktu dibandingkan observasi.
3. Klasifikasi dari aktivitas dibuat oleh peserta,bukan oleh pengamat
yang mungkin tidak begitu memahami aspek teknis dari
pekerjaan.
4. Peserta dapat mencacat atau merekam seluruh aktivitasnya, dan
pengamat dikecualikan dari diskusi yang bersifat rahasia.
7.7.2 Contoh Penggunaan Diary Methods

Ronka dkk, 2010


 Mempelajari dinamika keseharian dari dua rumah tangga di
Finlandia. Semua anggota rumah tangga yang berpartisipasi
dalam penelitian diminta untuk mengirimkan SMS dalam
menjawab pertanyaan harian yang terstruktur tiga kali sehari
selama satu minggu. Mereka juga mencatatnya dalam buku
harian secara tertulis.

 Peneliti menemukan bahwa metode melalui HP sebagai


metode untuk mengumpulkan dan merekam jawaban peserta
cenderung mudah dan tidak membutuhkan banyak waktu.
Sedangkan keterbatasan SMS adalah kendala banyaknya
karakter dalam setiap pesannya. Sehingga perlu memastikan
pertanyaan yang diajukan memperoleh respon yang andal
dan valid.
7.7.3 Permasalahan yang Muncul
1. Pemilihan peserta yang mampu mengekspresikan diri mereka ke dalam bentuk
tulisan, fokus terhadap buku harian(apa yang seharusnya dicatat dan kapan),
dan peneliti harus memberikan dorongan selama periode pencatatan.
2. Membutuhkan banyak waktu dan usaha.
3. Masalah kerahasiaan.
4. Peserta cenderung menghilangkan informasi yang mereka anggap memberi
kesan negatif.
5. Peserta akan “memodifikasi” perilaku mereka selama penelitian untuk
menyediakan informasi yang diperlukan.
6. Peserta mungkin lupa untuk melaporkan aktivitas mereka.

Stewart(1965) mengemukakan kelemahan diary methods :


1. Terdapat keterbatasan jika penelitian ditujukan untuk perbandingan, meskipun
dapat dikurangi jika peserta berasal dari kelompok yang homogen
2. Kesulitan menemukan sampel yang sesuai.
3. Apa yang dicatat sering tidak reliabel.
7.8 Observation Methods

Adalah metode pengumpulan data yang


menggunakan laboratorium atau natural
setting(kondisi dalam kehidupan nyata)
untuk mengobservasi dan merekam
tindakan dan perilaku manusia.
7.8.1 Penggunaan Observation Methods

Dua jenis observation methods:


1. Non-participant observation, ketika peneliti mengobservasi dan mencatat
apa yang individu katakan dan lakukan tanpa terlibat. Subjek dalam
penelitian ini mungkin tidak menyadari bahwa mereka sedang diamati. Jika
fokus penelitian berupa dialog, maka rekaman audio dapat dibuat.
2. Participant observation, ketika peneliti terlibat sepenuhnya dengan peserta
dan fenomena yang sedang diteliti. Tujuannya sebagai saran untuk
mendapatkan pemahaman yang terperinci dari suatu nilai, motif, dan
praktek dari objek yang diteliti.
Faktor-faktor yang diperhatikan dengan metode ini adalah :
a. Tujuan penelitian
b. Biaya penelitian
c. Sejauh mana akses diperoleh
d. Sejauh mana peneliti nyaman dengan perannya
e. Waktu yang tersedia
7.8.2 Contoh Penggunaan Observation Methods

Findlay dkk, 2009


Menggunakan non-participant observation untuk
mempelajari proses negosiasi formal antara
manajemen perusahaan dengan serikat pekerja.
Peneliti bertindak sebagai pengamat non-participant
dan sebanyak 90 wawancara formal dilakukan
dengan “pemain kunci” sebelum, selama, dan setelah
kesepakatan dicapai.
7.8.3 Permasalahan yang Muncul
1. Tidak dapat mengkontrol variabel dalam natural setting, namun
dengan mengamati perilaku dalam dua setting yang berbeda
perbandingan dapat dilakukan.
2. Terkait dengan etika, objektivitas, visibilitas, dan teknologi untuk
mencatat/merekam apa yang individu katakan dan lakukan,
kebosanan dalam menjalankan tugas, kesulitan berkonsentrasi
untuk jangka waktu yang lama,serta pengaruh dari peneliti
terhadap objek yang diamati.
3. Muncul masalah bias, seperti ketika peneliti menginterpretasikan
suatu tindakan akan berbeda dari rekannya.
4. Peneliti mungkin akan gagal mengamati beberapa aktivitas
karena adanya gangguan.
5. Individu (natural setting) cenderung mengubah perilaku mereka,
jika mengetahui bahwa mereka sedang diamati.
7.9 Kesimpulan
1. Pengumpulan data kualitatif dibawah paradigma interpretivisme
tidak dapat dipisahkan dari analisis. Dalam praktiknya, proses
analisis dimulai segera setelah Anda mulai mengumpulkan data
kualitatif.
2. Jika Anda mengumpulkan data kualitatif sebagai bagian dari studi
positivisme, maka pada tahap selanjutnya gunakan metode
kuantitatif, diikuti analisis statistiknya.
3. Sebagian besar metode pengumpulan data kualitatif didasarkan
data perekaman/pencatatan dari peneliti (wawancara, critical
incident technique, focus group, protocol analysis, observation) atau
data perekaman/pencacatan dari peserta (diary method).
4. Menggunakan metode yang tepat untuk mencatat data penelitian
yang juga memberikan bukti sumbernya (rekomendasi : dengan
bantuan alat rekam audio atau video).

Anda mungkin juga menyukai