Qualitative Research
A. Apa Itu Penelitian Kualitatif?
Penelitian kualitatif dirancang untuk memberi tahu peneliti bagaimana (proses) dan
mengapa (makna) sesuatu terjadi. Penelitian kualitatif mencakup “serangkaian teknik
penafsiran yang berusaha mendeskripsikan, memecahkan kode, menerjemahkan, dan
memahami makna, bukan frekuensi, dari fenomena tertentu yang kurang lebih terjadi
secara alami di dunia sosial.
Penelitian kualitatif mengambil data dari berbagai sumber, antara lain sebagai
berikut:
1. Orang (individu atau kelompok).
2. Organisasi atau institusi.
3. Teks (diterbitkan, termasuk yang virtual).
4. Pengaturan dan lingkungan (materi visual/sensorik dan virtual).
5. Benda, artefak, produk media (tekstual/visual/sensorik dan materi virtual).
6. Peristiwa dan kejadian (materi tekstual/visual/sensorik dan virtual).
Data kuantitatif sering kali terdiri dari tanggapan peserta yang diberi kode,
dikategorikan, dan direduksi menjadi angka sehingga data ini dapat dimanipulasi
untuk analisis statistik.
Data kualitatif semuanya tentang teks. Deskripsi rinci tentang peristiwa, situasi, dan
interaksi, baik verbal maupun visual, merupakan data. Studi kualitatif dengan ukuran
sampel yang lebih kecil menawarkan peluang untuk penyelesaian temuan yang lebih
cepat.
Langkah ini penting karena keinginan untuk mengekstrak detail dan makna dari
peserta. Berbagai latihan kreatif dan mental membawa pemahaman peserta tentang
proses berpikir dan gagasan mereka ke permukaan. Beberapa di antaranya termasuk:
1. Menempatkan produk atau media untuk penggunaan di rumah (dengan petunjuk
penggunaan produk atau media—misalnya majalah—berulang kali selama masa
persiapan sebelum wawancara).
2. Meminta peserta untuk membawa rangsangan visual (misalnya, foto keluarga
dari area atau ruangan di rumah mereka yang tidak ingin mereka bersihkan atau
sulit untuk didekorasi, atau pakaian favorit).
3. Meminta peserta mempersiapkan kolase visual (misalnya, mengambil gambar
selama beberapa minggu, dengan kamera sekali pakai, pakaian favorit anak-anak
mereka untuk tujuan atau situasi yang berbeda atau menggunting gambar dari
majalah yang mencerminkan perasaan mereka saat menggunakan kamera
tertentu. produk atau merek).
4. Meminta peserta membuat catatan harian terperinci mengenai perilaku dan
persepsi (misalnya, catatan pengalaman langkah demi langkah menyiapkan
makanan dengan menggunakan produk tertentu).
5. Mintalah peserta menggambar sebuah pengalaman (misalnya, apa yang mereka
rasakan saat terakhir kali berbelanja di toko tertentu).
6. Meminta peserta untuk menulis dialog tentang pengalaman hipotetis (misalnya,
bagaimana percakapan antara peserta dan rekanan penjualan akan berkembang
ketika keluhan tidak terselesaikan).
Dalam studi kualitatif, karena tingginya tingkat keterlibatan sponsor dan
pewawancara/pengumpul data, pihak-pihak ini sering kali ditanyai atau
diwawancarai dalam prosesnya, sehingga wawasan mereka menambah kekayaan
interpretasi data. Contoh pembentukan pertanyaan penelitian untuk proyek kualitatif
b. Teknik Proyektif
Karena peneliti sering mencari makna yang tersembunyi, teknik
proyektif dapat digunakan dalam struktur wawancara. Beberapa teknik
tersebut antara lain:
1) Asosiasi kata atau gambar - Peserta diminta mencocokkan gambar,
pengalaman, emosi, produk dan layanan, bahkan orang dan tempat,
dengan apa pun yang sedang dipelajari.
2) Penyelesaian kalimat- Peserta diminta melengkapi sebuah kalimat.
3) Kartun atau balon kosong - Peserta diminta menulis dialog berupa
gambar kartun.
4) Tes Apersepsi Tematik - Peserta dihadapkan pada sebuah gambar
(biasanya foto atau gambar) dan diminta untuk menggambarkan
bagaimana perasaan dan pemikiran orang dalam gambar tersebut.
5) Penyortiran komponen - Peserta diberikan kartu flash yang berisi
fitur-fitur komponen dan diminta untuk membuat kombinasi baru.
6) Pengurutan sensorik - Peserta disajikan dengan aroma, tekstur, dan
suara, biasanya diungkapkan secara verbal pada kartu, dan diminta
untuk menyusunnya berdasarkan satu atau lebih kriteria.
7) Tangga atau rantai manfaat - Peserta diminta untuk menghubungkan
ciri-ciri fungsional dengan manfaat fisik dan psikologis, baik nyata
maupun ideal.
8) Latihan imajinasi - Peserta diminta menghubungkan sifat suatu
benda/orang/merek dengan benda/orang/merek lainnya.
9) Alam semesta imajiner - Peserta diminta untuk berasumsi bahwa
merek dan penggunanya menempati seluruh alam semesta; mereka
kemudian menggambarkan ciri-ciri dunia baru ini.
10) Pengunjung dari planet lain - Peserta diminta berasumsi bahwa
mereka adalah alien dan baru pertama kali melihat produk tersebut.
11) Personifikasi - Peserta diminta membayangkan benda mati dengan
ciri, ciri dan ciri, serta kepribadian manusia.
12) Tokoh yang berwenang - Peserta diminta untuk membayangkan
bahwa merek atau produk merupakan tokoh yang mempunyai
otoritas dan mendeskripsikan atribut-atribut dari tokoh tersebut.
13) Ambiguitas dan paradoks - Peserta diminta untuk membayangkan
sebuah merek sebagai sesuatu yang lain (misalnya, makanan anjing
Tide atau sereal Marlboro), yang menjelaskan atribut dan posisinya.
14) Pemetaan semantik - Peserta diberikan peta empat kuadran dimana
variabel yang berbeda menghubungkan kedua sumbu.
15) Pemetaan merek - Peserta disajikan merek-merek yang berbeda dan
diminta untuk membicarakan persepsi mereka, biasanya terkait
dengan beberapa kriteria.
16) Teknik elisitasi metafora - Peserta ditugaskan untuk mengumpulkan
gambar-gambar yang mengungkapkan perasaan mereka terhadap
suatu topik penelitian.
Teknik proyektif dapat menghilangkan ketegangan yang disebabkan
oleh topik sensitif atau berguna ketika perubahan fokus dalam
wawancara sudah dekat. Pewawancara yang terlatih diperlukan jika
penelitian menuntut satu atau lebih teknik ini dimasukkan dalam
wawancara mendalam individu atau wawancara kelompok. Teknik-
teknik ini juga memakan waktu lama untuk diterapkan, sehingga
memperpanjang jangka waktu wawancara individu atau kelompok.
Mereka juga memperpanjang waktu analisis data.