Anda di halaman 1dari 11

SEKURITISASI ASET: MANFAAT

DAN RISIKO
kelompok:6
Chery adita
Ribka riana
Putri
viktor
PENGERTIAN SEKURITISASI ASET
Sekuritisasi aset merupakan cara inovatif bagi
perusahaan yang melakukan pembiayaan untuk mencari dana
di pasar modal dengan menjual pendapat kas (cash flows) dari
aset yang dimilikinya (Hu, 2011). Secara spesifik sekuritisasi
aset merupakan sekumpulan aset keuangan yang berupa
piutang yang dikemas dalam bundel aset, kemudian dijual
kepada pihak kedua untuk memenuhi kebutuhan dana. Proses
sekuritisasi yang dilaksanakan akan diserahkan kepada satu
entitas bisnis yang disebut Special PurposeVehicle (SPV) (Han
dan Gene, 1995 dan Harrell et al, 1997).
SPV merupakan entitas bisnis yang sengaja didirikan untuk
melakukan proses sekuritisasi yaitu mengonversi aset keuangan
yang tidak likuid menjadi sekuritas atau surat berharga yang
mudah diperjualbelikan (tradable securities) (Haffner, 2008).
Menurut Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 Tahun
2005, sekuritisasi aset adalah transformasi aset yang tidak likuid
menjadi likuid dengan cara pembelian aset keuangan dari
kreditur asal dan penerbit EBA, sedangkan menurut Peraturan
Bank Indonesia Nomor 7/4/2005, sekuritisasi aset adalah
penerbitan surat berharga oleh penerbit EBA yang didasarkan
pada pengalihan aset keuangan dari kreditur asal yang diikuti
dengan pembayaran yang berasal dari hasil penjualan efek
beragun aset kepada pemodal.
Setidaknya dalam Han dan Gene (1995) terdapat empat
pihak yang terlibat di dalam sekuritisasi aset, yaitu
1. Peminjam (borrower)
2. Pemberi pinjaman/penjual aset (originator)
3. Pembeli aset (SPV atau grantor trust)
4. Investor dari sekuritas yang dijamin oleh aset (securities backed
by asset).
MANFAAT SEKURITISASI ASET
Dengan adanya sekuritisasi aset terdapat beberapa manfaat
yang dapat diperoleh, baik oleh investor, originator, maupun oleh
perekonomian. Dalam Santoso et al (2011) manfaat yang diperoleh
investor dari adanya sekuritisasi aset adalah
1. Investor dapat berinvestasi pada aset berkualitas
2. Rendahnya default rate karena terbaginya aset piutang ke dalam
banyak debitur
3. Sesuai untuk investor dengan kebutuhan pengembalian pokok
yang lebih cepat
4. Profil rating EBA yang tinggi dapat meningkatkan portofolio
investasi secara keseluruhan
Sementara itu, originator memperoleh manfaat berupa
1. Meningkatkan likuiditas
2. Memperoleh sumber dana (cost of fund) yang murah
3. Memperbaiki tingkat kecukupan modal
4. Menutupi kesenjangan antara sumber dana dan penggunaan
dana
5. Menerima dana lebih awal
6. Memberi kesempatan mengelola dana sehingga meningkatkan
hasil investasi
7. Meningkatkan kualitas aset/piutang yang pada gilirannya
meningkatkan tingkat solvabilitas
8. Dapat menggunakan dana hasil sekuritisasi untuk mengurangi
beban utang yang berbunga tinggi.
Potensi Risiko Sekuritisasi
Transaksi sekuritisasi aset juga memiliki potensi risiko yang
harus diwaspadai. Kasus subprime mortage di Amerika Serikat yang
terjadi pada Agustus 2007 merupakan salah satu risiko yang
ditimbulkan dari kegiatan sekuritisasi aset.
Rendahnya suku bunga di Amerika Serikat dalam periode
yang cukup panjang, yaitu di bawah 2% sejak 2001, telah
mendorong pertumbuhan kredit yang berlebihan. Guna
memperoleh imbal hasil yang lebih tinggi, pemilik modal
selanjutnya meningkatkan preferensi risiko dengan membeli aset
yang berisiko. Di sisi lain, euforia suku bunga rendah telah
memunculkan berbagai produk finansial yang semakin beragam
dan rumit salah satunya adalah subprime mortgage.
Suku bunga yang rendah tersebut telah
meningkatkan minat masyarakat Amerika Serikat
yang secara finansial kurang memiliki kemampuan
yang memadai untuk membeli rumah murah melalui
skema subprime mortgage (KPR murah).
Rendahnya kualitas kredit telah menyebabkan
gagal bayar yang masif yang selanjutnya
menyebabkan banyak lembaga keuangan besar di
Amerika Serikat bangkrut dan harus ditutup
sehingga muncul krisis keuangan global 2008.
Persamalahan lain yang terkait dengan sekuritisasi aset
adalah rumitnya prosedur melakukan sekuritisasi karena
banyaknya pihak yang akan terlibat dalam kegiatan ini, seperti
originator, investors, credit enhancer, underwriter, custodian, special
purpose vehicle, dan servicer, di samping juga karena terdapat biaya
operasional (financial engineering) yang harus dikeluarkan.
Sebagai contoh, untuk mengeluarkan efek beragun aset, PT
BNI tbk. memerlukan waktu hampir lima tahun dari awal
penandatangan nota kesepahaman antara PT BNI tbk dengan PT
Sarana Multigriya Finansial tahun 2005 hingga diterbitkannya
efek beragun aset pertama tahun 2009. Sekuritisasi aset juga
menjadikan originator (dalam hal ini bank) untuk mengeluarkan
biaya operasional tambahan karena institusi ini harus senantiasa
melakukan pemonitoran terhadap peminjam (borrower) yang
kreditnya telah ditransformasi menjadi efek beragun aset untuk
menjamin kualitas kredit si peminjam.
Penerbitan sekuritisasi aset atau efek beragun aset ke dalam
tranches juga merupakan permasalahan yang dihadapi para
investor. Investor yang membeli sekuritisasi aset atau efek
beragun aset dengan senior tranche pada umumnya adalah mereka
yang memiliki risiko relatif lebih rendah, tetapi dengan perolehan
yield yang kecil.
Sebaliknya, investor yang membeli junior tranche umumnya
adalah mereka yang memiliki risiko relatif lebih tinggi, tetapi
memperoleh yield lebih besar. Dalam hal terjadi default atau gagal
bayar oleh debitur, investor yang memiliki junior tranche biasanya
menerima pembayaran paling akhir dan lebih lama karena
penyelesaian untuk sekuritisasi aset biasanya lebih lama.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai