Anda di halaman 1dari 28

Pengendalian Kualitas

Udara Tambang
Pengertian Tentang Udara Tambang
Komposisi Udara Segar

Unsur Persen Persen Berat


Volume (%) (%)

Nitrogen (N2) 78,09 75,53


Oksigen (O2) 20,95 23,14
Karbondioksida (CO2) 0.03 0,046
Argon (Ar), dll 0,93 1,284

Dalam perhitungan ventilasi tambang selalu dianggap bahwa


udara segar normal terdiri dari :

Nitrogen = 79% dan Oksigen = 21%

Disamping itu didalam udara segar akan selalu mengandung


Karbon Dioksida (CO2) sebesar 0,03%.
PENGUKURAN KUALITAS UDARA TAMBANG
PERHITUNGAN JUMLAH UDARA SEGAR
UNTUK PERNAFASAN

Perhitungan Keperluan Udara Segar

Laju Udara terhirup per Oksigen ter Angka bagi


3
Kegiatan kerja Pernafasan menit dalam in /menit konsumsi cfm pernafasan
-4 3 -5 3
Per menit (10 m /detik) (10 m /detik) ( respiratori
quotient)
Istirahat 12 – 18 300-800 (0,82-2,18) 0,01 (0,47) 0,75
Kerja Moderat 30 2800-3600 (7,64-9,83) 0,07 (3,3) 0,9
Kerja keras 40 6000 (16,4) 0,10 (4,7) 1,0
Kuantitas Udara Untuk Pernapasan
Dihitung berdasarkan dua kriteria :
1. Berdasarkan kandungan Oksigen minimum (>19,5%)
a.Q – b = c.Q
Ket : a = % oksigen pada udara luar (21%)
b = konsumsi oksigen (untuk kerja keras 4,7.10-5)
c = % oksigen minimum dlm udara tambang (NAB 19,5%)
Q = jumlah udara untuk satu orang pekerja, m3/dt

Sehingga udara yang dibutuhkan :


0,21.Q - 4,7.10-5 = 0,195.Q
Q = 3,2. 10-3 (m3/dt)

(Kandungan O2) – (Jumlah O2 pada pernafasan) =


(Kandungan O2 min untuk pernapasan )
2. Berdasarkan kandungan CO2 maksimum (<0,5%)

d.Q + e = f.Q
Ket : d = % CO2 pada udara luar (0,03%)
e = jumlah CO2 dari pernapasan (dari jumlah O2
yang dibutuhkan kali angka pernapasan untuk kerja keras
yaitu 1 X 4,7.10-5 )
f = % CO2 maksimum dalam udara tambang (0,5%)

Sehingga udara yang dibutuhkan :


0,0003.Q + (1 X 4,7.10-5 ) = 0,005.Q
Q = 0,01 (m3/detik)
Pengaruh Kekurangan Oksigen

Kadar O2 Di Udara (%) Pengaruh


17 Pernapasan lebih cepat
15 Pusing,detak jantung
lebih cepat
13 Hilang kesadaran
9 Pingsan
7 Membahayakan jiwa
6 Kejang
GAS-GAS TAMBANG DAN NILAI AMBANG BATAS
GAS SG NAB Titik Fatal Pengaruh
(%) (%)

O2 1,1056 19,5 (min) 6,0 Tidak beracun


N2 0,9673 80,0 - Tidak beracun
CO2 1,5291 0,5 18,0 Menyesakkan
napas
CH4 0,5545 1,0 5 – 15 Meledak

CO 0,9672 0,01 0,03 Racun,meledak

NO2 1,5895 0,0005 0,005 Beracun

H2S 1,1912 0,02 0,1 Racun,meledak

SO2 2,2636 0,0005 0,1 Beracun


Gas-Gas Pengotor

• Karbondioksida (CO2)
• Methan (CH4)
• Karbon Monoksida (CO)
• Hidrogen Sulfida (H2S)
• Sulfur Dioksida (SO2)
• Nitrogen Oksida (NOX)
• Gas Pengotor Lain
Karbondioksida (CO2)
• Gas ini tidak berwarna dan tidak berbau dan tidak
mendukung nyala api dan bukan merupakan gas
racun.
• Gas ini lebih berat dari pada udara, karenanya selalu
terdapat pada bagian bawah dari suatu jalan udara.
• Dalam tambang bawah tanah sering terkumpul pada
bagian bekas-bekas penambangan terutama yang
tidak terkena aliran ventilasi, juga pada dasar sumur-
sumur tua.
• Sumber dari CO2 berasal dari hasil pembakaran, hasil
peledakan atau dari lapisan batuan dan dari hasil
pernafasan manusia.
Pengaruh Kenaikan Kadar Karbon
Dioksida
GAS CO2 (%) Peningkatan Pernapasan
0,5 Sedikit
2,0 50 %
3,0 100 %
5,0 300 %, dan melelahkan
10 Tidak akan bertahan lama

Kombinasi CO2 dan udara biasa disebut dengan ‘blackdamp’.


Methan (CH4)
• Merupakan gas yang selalu berada dalam tambang
batubara dan sering merupakan sumber dari suatu
peledakan tambang.

• Campuran gas methan dengan udara disebut


‘Firedamp’.

• Apabila kandungan methan dalam udara tambang


bawah tanah mencapai 1 % maka seluruh hubungan
mesin listrik harus dimatikan.

• Gas ini mempunyai berat jenis yang lebih kecil dari


pada udara dan karenanya selalu berada pada bagian
atas dari jalan udara.
Merupakan gas yang tidak beracun, tidak berwarna, tidak
berbau dan tidak mempunyai rasa. Gas methan terbentuk
bersama-sama dengan gas karbondioksida.

Gas ini akan tetap berada dalam lapisan batubara selama tidak
ada perubahan tekanan padanya.
Terbebasnya gas methan dari suatu lapisan batubara dapat
dinyatakan dalam suatu volume per satuan luas lapisan
batubara, tetapi dapat juga dinyatakan dalam satuan volume
per satuan waktu.

Terhadap kandungan gas methan yang masih terperangkap


dalam suatu lapisan batubara dapat dilakukan penyedotan
dengan pompa untuk dimanfaatkan.

Proyek ini dikenal dengan nama ‘seam methane drainage’.


Karbon Monoksida (CO)
• Merupakan gas yang tidak berwarna, tidak berbau
dan tidak ada rasa, dapat terbakar dan sangat
beracun.
• Gas ini banyak dihasilkan pada saat terjadi kebakaran
pada tambang bawah tanah dan menyebabkan
tingkat kematian yang tinggi.
• Gas ini mempunyai afinitas yang tinggi terhadap
haemoglobin darah, sehingga sedikit saja
kandungan gas CO dalam udara akan segera
bersenyawa dengan butir-butir haemoglobin (COHb)
yang akan meracuni tubuh lewat darah.
• Afinitas CO terhadap haemoglobin menurut penelitian
(Forbes and Grove, 1954) mempunyai kekuatan 300
kali lebih besar dari pada oksigen dengan
haemoglobin.
Gas CO dihasilkan dari hasil pembakaran, operasi
motor bakar, proses peledakan dan oksidasi lapisan
batubara.

Karbon monoksida merupakan gas beracun yang sangat


mematikan karena sifatnya yang kumulatif, seperti
terlihat pada tabel
.
Kandungan CO sering juga dinyatakan dalam
ppm (part per milion).

Sumber CO yang sering menyebabkan kematian


adalah gas buangan dari mobil dan kadang-kadang
juga gas pemanas air.

Gas CO mempunyai berat jenis 0,9672 sehingga


selalu terapung dalam udara.
Pengaruh Racun Gas CO Sebagai Fungsi Waktu
Pengaruh Kenaikan Gas CO Pada Manusia
Kadar CO (%) Pengaruh
0,01 Belum berpengaruh
0,02 Terasa sedikit sakit
kepala setelah 1 jam
0,04-0,05 Terasa sedikit sakit
kepala, telinga
berdengung
0,08-1,0 Hilang kesadaran
0,15-0,2 Pingsan
>0,4 Sangat berbahaya bagi
manusia
Hidrogen Sulfida (H2S)
• Gas ini disebut ‘stinkdamp’ (gas busuk) karena
baunya seperti bau telur busuk. Gas ini tidak
berwarna, merupakan gas racun dan dapat meledak,
merupakan hasil dekomposisi dari senyawa belerang.

• Gas ini mempunyai berat jenis yang sedikit lebih berat


dari udara, dan sangat beracun.

• Walaupun gas H2S mempunyai bau yang sangat jelas,


namun kepekaan terhadap bau ini akan dapat rusak
akibat reaksi gas H2S terhadap syaraf penciuman.
Pada kandungan H2S = 0,01 % untuk selama waktu
15 menit, maka kepekaan manusia akan bau ini
sudah akan hilang.
Sulfur Dioksida (SO2)

• Sulfur dioksida merupakan gas yang tidak berwarna


dan tidak bisa terbakar.

• Merupakan gas racun yag terjadi apabila ada


senyawa belerang yang terbakar.

• Lebih berat dari pada udara, dan akan sangat


mengganggu pada mata, hidung dan tenggorokan.

• Harga ambang batas ditetapkan pada keadaan gas


= 2 ppm (TLV-TWA) atau pada waktu terdedah yang
singkat (TLV-STEL) = 5 ppm.
Nitrogen Oksida (NOX)

• Merupakan gas yang ‘inert’, namun pada keadaan


tekanan tertentu dapat teroksidasi dan dapat
menghasilkan gas yang sangat beracun.

• Terbentuknya dalam tambang bawah tanah


sebagai hasil peledakan dan gas buang dari motor
bakar.

• NO2 merupakan gas yang lebih sering terdapat


dalam tambang dan merupakan gas racun.
• Oksida nitrogen yang merupakan gas racun
akan bersenyawa dengan kandungan air dalam
udara membentuk asam nitrat, yang dapat
merusak paru-paru apabila terhirup oleh manusia.

• Harga ambang batas ditetapkan 5 ppm, baik


untuk waktu terdedah singkat maupun untuk
waktu 8 jam kerja.
Gas Pengotor Lain
• Gas yang dapat dikelompokkan dalam gas
pengotor lain adalah gas Hidrogen yang dapat
berasal dari proses pengisian aki (battery) dan
gas-gas yang biasa terdapat pada tambang
bahan galian radioaktif seperti gas radon.
Pengendalian Gas-Gas Tambang
1) Pencegahan (Preventation)
a) Menerapkan SOP peledakan dengan benar.
b) Perawatan dari motor-motor bakar yang baik.
c) Pencegahan terhadap adanya api (APAR).
2) Pemindahan (Removal)
a) Penyaliran (drainage) gas sebelum penambangan.
b) Penggunaan ventilasi bantu (lokal) dengan fan.
3) Absorpsi (Absorption)
a) Penggunaan reaksi kimia terhadap gas yang keluar
dari mesin.
b) Pelarutan dengan water spray (air) terhadap gas
hasil peledakan.
4) Isolasi (Isolation)
a) Memberi batas sekat/dam (temporary/permanent)
permuka kerja yang terbakar.
b) Pengaturan jadwal peledakan pada saat pergantian
gilir atau waktu-waktu tertentu.

5) Pengenceran (Dilution)
a) Pengenceran lokal dengan menggunakan ventilasi
bantu.
b) Pengenceran dengan aliran ventilasi induk.
Karakteristik Debu, Sumber dan Cara
Penanganannya
1. Perilaku Dinamik Partikel Debu
2. Klasifikasi Debu
a. Debu Fibrogenik (berbahaya terhadap pernafasan :
quartz,tin)
b. Debu Karsinogenik (asbestos,arsenic)
c. Debu Racun (racun terhadap organ tubuh dan
jaringan/tissues : uranium, mercury)
d. Debu Radioaktif (uranium, thorium)
e. Debu Ledak (terbakar diudara : coal, sulfide ores)
f. Debu pengganggu (sedikit mengganggu :
gypsum, kaolin)
g. Debu inert (tidak membahayakan untuk paru-paru)
Penyakit Pernafasan Akibat Debu

a) Silicosis – akibat silika bebas


b) Silicotuberculosis – komplikasi tuberkolosis oleh silika
c) Asbestosis – akibat asbestos
d) Silicatosis - akibat silika lain
e) Siderosis – akibat bijih besi
f) Pneumoconiosis (blacklung), atau anthracosilosis –
Yang sering terjadi pada pekerja tambang batubara
bawah tanah-akibat batubara baik bituminous
maupun anthracite.
Faktor-Faktor Yang Menentukan Kebahayaan Debu
Kepada Manusia

1. Komposisi Debu (kimia dan mineralogi)


2. Konsentrasi

3. Ukuran Partikel

4. Lamanya Waktu Terpapar (exposed time)

5. Stamina Individu (daya tahan tubuh)


Hubungan Antara Konsentrasi Rata-Rata Debu Dan Lamanya Waktu
Berhubungan Terhadap Gejala ‘Pneumoconiosis’

Anda mungkin juga menyukai