Anda di halaman 1dari 56

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


UNIVERSITAS BALIKPAPAN
2014

PERENCANAAN CAMPURAN BETON

Dosen :
Irna Hendriyani, MT
Langkah-langkah perancangan beton
(SNI 03-2834-1993)
1. Kuat tekan beton yang disyaratkan fc’ (benda uji silinder)
2. Deviasi standar (s)
3. Nilai tambah (m)
4. Kuat tekan rata-rata yang ditargetkan (f’cr)
5. Jenis semen
6. Jenis agregat
 Agregat kasar
 Agregat halus
7. Faktor air semen
8. Faktor air semen maks.
9. Nilai Slump
10. Ukuran agregat maksimum

Perencanaan Campuran Beton 2


Langkah-langkah perancangan beton
(SNI 03-2834-1993)
11. Kadar Air bebas
12. Kebutuhan Semen
13. Kebutuhan Semen maksimum
14. Kebutuhan Semen minimum
15. Jumlah semen dipakai
16. Faktor air semen yang disesuaikan
17. Susunan butir agregat halus
18. Susunan butir agregat kasar atau gabungan
19. Persen agregat halus
20. Berat jenis relatif agregat SSD

Perencanaan Campuran Beton 3


Langkah-langkah perancangan beton
(SNI 03-2834-1993)
21.Berat isi beton
22.Kadar agregat gabungan
23.Kadar agregat halus
24.Kadar agregat campuran
25.Proporsi campuran

Perencanaan Campuran Beton 4


Kuat tekan beton yang disyaratkan f’c
(benda uji silinder)

 Penentuan kuat tekan beton yang direncanakan


sesuai dengan syarat teknik atau yang dikehendaki
oleh perencana. Kuat tekan (f’c) ini ditentukan pada
umur 28 hari.

 Umumnya kuat tekan rencana berupa data.

Perencanaan Campuran Beton 5


Deviasi standar (s)
• Deviasi standar (S) adalah alat ukur tingkat mutu
pelaksanaan pembuatan beton. Nilai S ini digunakan
sebagai salah satu data masukan pada Perencanaan
Campuran Adukan Beton.

• Jika pelaksana tidak mempunyai data pengalaman hasil


pengujian contoh beton pada masa lalu, maka nilai deviasi
standar (S) tidak dapat dihitung.

• Jika pelaksana produsen beton mempunyai data


pengalaman, maka menurut "Tata Cara perhitungan
struktur beton untuk bangunan gedung" (SK SNI 03-xxxx-
2002) nilai deviasi standar (S) ditetapkan sebagai berikut :

Perencanaan Campuran Beton 6


Deviasi standar (s)
Perhitungan nilai deviasi standar berdasarkan
pengalaman lapangan boleh dilakukan jika fasilitas
produksi beton (pembuat beton) mempunyai catatan
hasil uji, dengan syarat :
1. Jenis bahan dasar beton serupa dengan yang akan
dibuat.
2. Kuat tekan beton yang disyaratkan pada kisaran 7
Mpa dari kuat tekan yang akan dibuat.
3. Jumlah contoh minimum 30 bh berurutan atau 2
kelompok sample yang masing-masing berurutan
dengan jumlah seluruhnya minimum 30 bh.

Perencanaan Campuran Beton 7


Deviasi standar (s)
Nilai deviasi standar dihitung dengan rumus :

  fc' fcr'
2

s
N 1

S = deviasi standar (Mpa)


fc' = Kuat tekan masing-masing sample beton (Mpa)
fcr = Kuat tekan rata-rata (Mpa)
N = Banyaknya nilai kuat tekan beton

Perencanaan Campuran Beton 8


• Jika jumlah sample kurang dari 30 bh (syarat 3) tetapi hanya ada 15
bh s/d 29 bh dan dari pengujian yang berurutan dalam periode
waktu tidak kurang dari 45 hari kalender, maka nilai deviasi standar
baru dikalikan faktor pembesar yang tercantum pada tabel di
bawah ini.

Jumlah contoh Faktor Pembesar


< 15 -
15 1,16
20 1,08
25 1,03
30 atau lebih 1,00

• untuk nilai antara boleh dipakai metode interpolasi.

Perencanaan Campuran Beton 9


Nilai Tambah/Margin
Nilai tambah dihitung menurut rumus :

M = 1,64 x Sr ;

dengan:
M : nilai tambah
1,64 : adalah tetapan statistik yang nilainya tergantung
pada presentase kegagalan hasil uji sebesar
maksimum 5%
Sr : deviasi standar rencana

Perencanaan Campuran Beton 10


Kuat Tekan yang Direncanakan
kuat tekan rata-rata perlu didapat dari rumus :

fcr' = fc' + m

keterangan :
fcr' = Kuat tekan rata-rata perlu (Mpa)
fc' = Kuat tekan yang disyaratkan (Mpa)
m = nilai tambah (Mpa)

Perencanaan Campuran Beton 11


Penetapan jenis Semen
Jenis I : Semen untuk penggunaan umum, tidak
memerlukan persyaratan khusus.
Jenis II : Semen untuk beton tahan sulfat dan
mempunyai panas hidrasi sedang.
Jenis III : Semen untuk beton dengan kekuatan awal
tinggi (cepat mengeras).
Jenis IV : Semen untuk beton yang memerlukan
panas hidrasi rendah.
Jenis V : Semen untuk beton yang sangat tahan
terhadap sulfat.

Perencanaan Campuran Beton 12


Penetapan jenis agregat

Jenis agregat kasar dan agregat halus


ditetapkan,

apakah berupa agregat alami (kerikil alami


atau pasir alami) atau
agregat buatan (batu pecah atau pasir
buatan).

Perencanaan Campuran Beton 13


Penetapan Nilai fas (Faktor air semen)
Ada 4 cara, yaitu:
a. Grafik hubungan kuat tekan dan faktor air
semen.
b. Tabel persyaratan jumlah semen minimum dan
faktor air semen dalam lingkungan khusus.
c. Tabel untuk beton yang berhubungan dengan air
tanah yang mengandung sulfat.
d. Tabel untuk beton bertulang kedap air

Dari ke-4 cara yang didapat, diambil nilai fas terkecil


Perencanaan Campuran Beton 14
Grafik 1. Hubungan Antara Kuat Tekan dan Faktor Air
Semen untuk Benda Uji Silider

Perencanaan Campuran Beton 15


Tabel 4. Persyaratan Jumlah Minimum dan Faktor Air Semen
Maksimum untuk Berbagai Macam Pembetonan dalam
Lingkungan Khusus
Jumlah Semen minimum per-
Jenis Pembetonan Nilai fas maksimum
m³ beton (kg)
Beton di dalam ruang bangunan
a keadaan keliling non-korosif 275 0,60
b. keadaan keliling korosif disebabkan oleh 325 0,52
kondensasi atau uap korosif
Beton di luar ruangan bangunan
a. tidak terlindung dari hujan dan terik 325 0,60
matahari langsung
b. terlindung dari hujan dan terik matahari 275 0,60
langsung
Beton masuk ke dalam tanah
a. mengalami keadaan basah dan kering 325 0,55
berganti-ganti
b. mendapat pengaruh sulfat dan alkali dari tabel 5
tanah
Beton yang kontinu berhubungan dengan air tabel 6
tawar dan air laut
Perencanaan Campuran Beton 16
Tabel 5. Ketentuan untuk Beton yang Berhubungan
dengan Air Tanah yang Mengandung Sulfat
Kandungan Semen
Konsentrasi Sulfat
Minimum (kg/m3)
Kadar Sulfat (SO3) Ukuran Agregat
Dalam Tanah
gangguan dalam air Tipe Semen maksimum (mm) fas
sulfat SO3 dalam tanah (g/l)
Total SO3
campuran air : 40 20 10
(%)
tanah = 2 : 1 (g/l)
Tipe I dengan atau tanpa 80 300 350 0,50
1 < 0,2 < 1,0 < 0,3 Pozzolan (15-40%)
Tipe I dengan atau tanpa 290 330 350 0,50
Pozzolan (15-40%)
Tipe I Pozzolan (15-40%) 270 310 360 0,55
2 0,2 – 0,5 1,0 – 1,9 0,3 – 1,2
atau semen Portland
Pozzolan
Tipe II atau tipe V 250 290 340 0,55
Tipe I Pozzolan (15-40%) 340 380 430 0,45
atau semen Portland
3 0,5 – 1,0 1,9 – 3,1 1,2 – 2,5 Pozzolan
Tipe II atau tipe V 290 330 380 0,50
4 1,0 – 2,0 3,1 – 5,6 2,5 – 5,0 Tipe II atau tipe V 330 370 420 0,45
Tipe II atau tipe V dan 330 370 420 0,45
5 > 2,0 > 5,6 > 5,0
lapisan pelindung

Perencanaan Campuran Beton 17


Tabel 6. Ketentuan Minimum
untuk Beton Bertulang Kedap Air
Kondisi Kandungan Semen
Lingkungan Minimum (kg/m3)
Jenis Beton yang Fas Maksimum Tipe Semen Ukuran Maksimum
Berhubungan Agregat (mm)
dengan 40 20
Bertulang Air Tawar 0,50 Tipe V 280 300
atau Air Payau 0,45 Tipe I + Pozzolan 340 380
Prategang (15-40%) atau
semen Portland
Pozzolan
Air laut 0,45 Tipe II atau V 330 370

Perencanaan Campuran Beton 18


Penetapan Nilai Slump
Jika tidak ada data, gunakan tabel berikut:

Tabel 7. Penetapan Nilai Slump


Nilai Slump
Pemakaian Beton
Maksimum Minimum
Dinding, pelat pondasi dan pondasi
125 50
telapak bertulang
Pondasi telapak tidak bertulang, kaison,
90 25
dan struktur di bawah tanah
Pelat, balok, kolom dan dinding 150 75
Pengerasan jalan 75 50
Pembetonan masal 75 25

Perencanaan Campuran Beton 19


Ukuran agregat maksimum

• Untuk ukuran agregat maksimum berupa


ketetapan (data)

Perencanaan Campuran Beton 20


Kadar Air bebas
Tabel 8. Perkiraan Kebutuhan Air per-meter kubik
Beton

Ukuran Slump (mm)


maksimum Jenis Batuan
0 - 10 10 - 30 30 - 60 60 - 180
Agregat (mm)
Batu tak dipecahkan 150 180 205 225
10
Batu pecah 180 205 230 250
Batu tak dipecahkan 135 160 180 195
20
Batu pecah 170 190 210 225
Batu tak dipecahkan 115 140 160 175
40
Batu pecah 155 175 190 205

Perencanaan Campuran Beton 21


Kadar Air Bebas
Kadar air bebas ditentukan :
1) Agregat tak dipecah dan agregat dipecah digunakan nilai-
nilai pada Tabel 8;
2) Agregat campuran (tak pecah dan dipecah), dihitung
menurut rumus berikut :
2 1
Wh  Wk
3 3

• Wh adalah perkiraan jumlah air untuk agregat halus


• Wk adalah perkiraan jumlah air untuk agregat kasar pada
Tabel 8.

Perencanaan Campuran Beton 22


Kebutuhan Semen
Berat semen per m3 beton dihitung dengan
rumus :
Wair
Wsmn 
fas

keterangan :
fas = nilai fas dari langkah (8)
Wair = berat air per m3 beton dari langkah (11).

Perencanaan Campuran Beton 23


Kebutuhan Semen maksimum

• Jumlah semen maksimum diabaikan jika tidak


ditetapkan

Perencanaan Campuran Beton 24


Kebutuhan Semen minimum

• Tentukan jumlah semen minimum dari Tabel 4


dan lingkunngan khusus tabel 5 dan 6.

Perencanaan Campuran Beton 25


Jumlah semen dipakai

• Bila kadar semen hasil hitungan (12) lebih


kecil dari kadar semen minimum, maka
digunakan kadar semen dipakai = kadar semen
minimum.
• Bila kadar semen hasil hitungan (12) lebih
besar dari kadar semen minimum, maka
dipakai kadar semen hasil hitungan (12)

Perencanaan Campuran Beton 26


Faktor air semen yang disesuaikan

Bila kebutuhan semen dari hitungan (12) lebih


kecil dari syarat semen minimum (14) atau
lebih besar dari jumlah semen maksimum
(13), fas harus dihitung kembali.

Bila kebutuhan semen hasil hitungan (12)


lebih besar dari syarat semen minimum (14)
dan lebih kecil dari kadar semen maksimum
(13), fas tetap.
Perencanaan Campuran Beton 27
Susunan butir agregat halus
• Tentukan jumlah susunan butir agregat halus, sesuai dengan
syarat zona gradasi agregat halus SNI T-15-1990-03.

Lubang Persen Berat Butir yang Lewat Ayakan


Ayakan (mm) I II III IV
10 100 100 100 100
4,8 90 – 100 90 – 100 90 – 100 95 – 100
2,4 60 – 95 75 – 100 85 – 100 95 – 100
1,2 30 – 70 55 – 90 75 – 100 90 – 100
0,6 15 – 34 35 – 59 60 – 79 80 – 100
0,3 5 – 20 8 – 30 12 – 40 15 – 50
0,15 0 – 10 0 – 10 0 – 10 0 – 15

Perencanaan Campuran Beton 28


Gradasi Agregat Halus Zona 1

Perencanaan Campuran Beton 29


Gradasi Agregat Halus Zona 2

Perencanaan Campuran Beton 30


Gradasi Agregat Halus Zona 3

Perencanaan Campuran Beton 31


Gradasi Agregat Halus Zona 4

Perencanaan Campuran Beton 32


Persen agregat halus

Tentukan persentase agregat halus terhadap


campuran berdasarkan nilai slump, fas, dan
besar nominal agregat maksimum.

Perencanaan Campuran Beton 33


Grafik 1 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air Grafik 2 Hubungan antara kuat tekan dan faktor air
semen (benda uji berbentuk silinder diameter 150 semen (benda uji bentuk kubus 150 x 150 x 150
mm, tinggi 300 mm) mm)

Perencanaan Campuran Beton 34


Perencanaan Campuran Beton 35
Perencanaan Campuran Beton 36
Berat jenis relatif agregat SSD
Berat jenis relatif agregat ditentukan sebagai berikut :

1) Diperoleh dari data hasil uji atau bila tidak tersedia dapat dipakai
nilai dibawah ini :
(1) Agregat tidak pecah : 2,5
(2) Agregat pecah : 2,6 atau 2,7

2) Berat jenis agregat gabungan (Bj,ag) dihitung sebagai berikut :

(Bj,ag) = (presentase agregat halus) x (berat jenis agregat halus) +


(persentase agregat kasar) x (berat jenis agregat kasar)

Perencanaan Campuran Beton 37


Berat isi beton

• Berat Isi Beton dicari dengan menggunakan


Grafik 6, sesuai dengan BJ agregat gabungan
dan kadar air bebas (lihat Gambar C.6)

Perencanaan Campuran Beton 38


Perencanaan Campuran Beton 39
Kadar agregat gabungan

Kadar agregat gabungan = berat isi beton


dikurangi jumlah semen dan kadar air

Kadar agregat gabungan = (21) – (15) – (11)

Perencanaan Campuran Beton 40


Kadar agregat halus

Kadar agregat halus = prosentase agregat halus


 kadar agregat gabungan

Kadar agregat halus = (19) . (22)

Perencanaan Campuran Beton 41


Kadar agregat campuran

• Kadar agregat kasar = kadar agregat gabungan


– kadar agregat halus

• Kadar agregat kasar = (22) – (23)

Perencanaan Campuran Beton 42


Proporsi campuran

• Semen, air, agregat halus dan agregat kasar


harus dihitung dalam per m3 adukan.

Perencanaan Campuran Beton 43


Koreksi Proporsi Campuran
Apabila agregat tidak dalam keadaan jenuh kering permukaan proporsi
campuran harus dikoreksi terhadap kandungan air dalam agregat.

1) Air = B – ( Ck – Ca) x C/100 – (Dk – Da) x D/100;


2) Agregat halus = C + ( Ck – Ca) x C/100;
3) Agregat kasar= D + ( Dk – Da) x D/100

dengan :
B : jumlah air (kg/m3)
C : jumlah agregat halus (kg/m3)
D : jumlah agregat kasar (kg/m3)
Ca : absorpsi air pada gregat halus (%)
Da : absorpsi agregat kasar (%)
Ck : kandungan air dalam agregat halus (%)
Dk : kandungan air dalam agregat kasar (%)

Perencanaan Campuran Beton 44


FORMULIR PERENCANAAN CAMPURAN BETON METODA SNI
(SNI 03-2834-1993)
No Uraian Nilai Tabel/Grafik
Kuat tekan beton yang disyaratkan
1
(silinder/kubus)
2 Deviasi standar (s)
3 Nilai tambah (M)
4 Kuat tekan beton yang ditargetkan (1) + (3)
5 Jenis semen Ditetapkan
Jenis agregat kasar
6
Jenis agregat halus
Faktor air semen - Cara 1a Grafik 1
- Cara 1b Table 2 dan grafik 2
7
- Cara 2 : Lingkungan/syarat
maksimum
8 Faktor air semen digunakan
9 Slump Ditetapkan
10 Ukuran agregat maksimum Ditetapkan
11 Kadar Air bebas Table 3
12 Jumlah Semen
13 Jumlah Semen maksimum
14 Jumlah Semen minimum Table 4
Perencanaan Campuran Beton 45
No Uraian Nilai Tabel/Grafik
15 Jumlah semen digunakan
16 Factor air semen disesuaikan
17 Susunan butir agregat halus
- Susunan butir agregat kasar atau
18
- Susunan butir agregat gabungan
19 Persen agregat halus Grafik3/4/5
20 Berat jenis relatif agregat (gabungan) SSD
21 Berat isi beton Grafik 6
22 Kadar agregat gabungan
23 Kadar agregat halus
24 Kadar agrega kasar
Semen Agregat kondisi SSD
Air (kg)
(kg) Halus (kg) Kasar (kg)
Proporsi campuran teoritis (agregat kondisi SSD)
25 - Tiap m3
- Tiap campuran uji m3
Proporsi campuran koreksi
26 - Tiap m3
- Tiap campuran uji

Perencanaan Campuran Beton 46


Pelaksanaan Pembuatan Benda Uji
1. Persiapan alat-alat
2. Persiapan Cetakan/Bekisting
3. Proses Pembuatan Beton
4. Pengujian

Perencanaan Campuran Beton 47


Persiapan alat-alat
Alat-alat yang dipergunakan untuk membuat campuran beton
adalah :
 mixer beton,
 timbangan kasar/halus,
 gelas ukur,
 cetakan silinder,
 talam,
 alat uji slump,
 penggaris,
 ember,
 sekop/cetok,
 pipet penyedot.
Perencanaan Campuran Beton 48
Persiapan Cetakan/Bekisting
1. Membersihkan cetakan dari kerak/sisa-sisa beton
atau kotoran lain dengan skrap
2. Mengencangkan pengunci/baut cetakan agar
ukurannya tidak berubah dan tidak bocor, kemudian
bagian yang dalam yang di isi beton diolesi oli bekas
dengan menggunakan kuas agar cetakan mudak
dibuka.
3. Mempersiapkan tempat untuk menaruh benda uji
(permukaan rata dan terlindung) agar diperoleh
hasil uji yang maksimal.
Perencanaan Campuran Beton 49
Proses Pembuatan Beton
1. Mengkondisikan agregat halus/pasir dan agregat
kasar/kerikil/split dalam keadaan SSD (Saturated Surface
Dry) agar dalam pengerjaan pencampuran beton tidak
perlu menambah atau mengurangi air (jumlah air sesuai
rencana)
2. Menimbang setiap bahan sesuai perhitungan, serta
tambahkan 10 – 20 % setiap bahan untuk mengantisipasi
kekurangan akibat menempel pada dinding mixer, dll.
3. Mencampur/memasukkan ke dalam mixer bahan
pembentuk beton secara kering sedikit-
sedikit/secukupnya, kemudian air dan seterusnya.
4. Setelah campuran homogen, tuang adukan ke talam dan
segera di lakukan uji slump

Perencanaan Campuran Beton 50


Molen, mesin pengaduk beton

Perencanaan Campuran Beton 51


5. Apabila nilai slump telah memenuhi/sesuai rencana, langsung
masukkan adukan beton ke dalam cetakan yang telah disiapkan,
dengan cara masukkan/isi cetakan setiap 1/3 bagian tinggi
cetakan, kemudian ditusuk-tusuk 25 kali merata, sampai penuh.
Pemadatan dapat juga di lakukan dengan menggunakan
vibrator/meja getar dan atau dengan palu karet yang dipukulkan
pada bagian luar dinding cetakan. Pemadatan ini dimaksudkan
agar beton menjadi padat, tanpa rongga-rongga baik di dalam
maupun diluar/permukaan beton.
6. Meratakan permukaan beton dengan cetok atau alat perata lain
agar permukaan rata, sehingga pada saat di uji desak seluruh
permukaan menerima gaya desak yang sama besar
7. Menimbang beton + cetakan dalam kondisi basah
8. Tunggu selama 1 jam awal, kemudian ambil air yang keluar dari
beton (air yang tidak bereaksi dengan semen) dengan
menggunakan pipet, peristiwa ini disebut bleeding

Perencanaan Campuran Beton 52


Alat Pengujian Slump

Perencanaan Campuran Beton 53


9. Mencatat jumlah air (mililiter/cc) yang keluar tersebut
10. Setelah 24 jam, buka cetakan dengan hati-hati dan beri
tanda/kode agar tidak tertukar dengan benda uji lain
11. Merawat benda uji dengan cara di rendam dalam air atau di
tutup dengan karung basah atau dengan cara di siram air
selama umur perawatan
12. Mengeringkan benda uji, dengan cara 24 jam sebelum
pengujian di keluarkan dari rendaman atau buka tutup
karung basah atau dihentikan penyiraman.

Perencanaan Campuran Beton 54


Pengujian
1. Timbang berat benda uji, dan ukur dimensi benda uji :
2. Untuk pengujian dengan regangan, beri tanda pada benda
uji untuk memudahkan pemasangan alat pengukur regangan
3. Lakukan pengujian dengan mesin desak dengan dibantu oleh
operator mesin/laboran, kemudian catat hasil pengujian,
meliputi waktu lama pengujian, beban maksimum, dan
untuk pengujian dengan regangan di catat nilai
perpendekkan untuk setiap interval pembebanan tertentu.

Perencanaan Campuran Beton 55


Perencanaan Campuran Beton 56

Anda mungkin juga menyukai