Mikroskopik:
Sediaan sitologi FNAB pada regio colli lateral sinstra, regio axilla
sinistra, dan regio inguinal dextra, dengan gambaran yag
hampir sama, populasi sel banyak terdiri dar sel-sel limfoid
dengan inti pleomorfik, beberapa bizarre, nukleoli prominent,
N/C ratio meningkat, membran inti irregular, sitoplasma banyak
basofilik. Tampak juga sel PMN, sel plasma, sel makrofag,
dengan latar belakang RBC.
Kesan : Lymphoma pada regio colli lateral sinistra, regio axilla
sinistra dan regio ingunal dextra
Catatan : Untuk menentukan jenisnya, mohon konfirmasi
pemeriksaan histopatologi.
Ny.K, perempuan, 30 tahun, mengeluh timbul benjolan di leher, ketiak,
dan selangkangan sejak + 3 minggu SMRS. Benjolan tidak nyeri. Os
juga mengeluh mual, keringat malam hari dan demam, os juga
mengeluh nafsu makan berkurang dan berat badan turun. Sesak nafas
sejak + 1 minggu SMRS, Sesak dirasakan terus menerus dan tidak
dipengaruhi cuaca, perubahan posisi dan aktivitas. ± 1 minggu yang
lalu Os masih mengalami batuk berdahak namun dahak sulit untuk
dikeluarkan.
DIAGNOSIS KERJA
DIAGNOSIS BANDING
PEMERIKSAAN ANJURAN
• Pemeriksaan Kultur BTA
• Mikrobiologi Sputum
• CT Scan Abdomen+ Lumbal I-V
• Histopatologi
Prognosis
A : TB paru
P : Dispnea ec pneumonia + susp. limfoma maligna
1. IVFD RL gtt 20 x/m
2. Inj Ceftriaxone 1 gr
3. Inj Ranitidin 1 amp
4. Ambroxol syr 3x1c
5. Acetylcysteine 2x200 mg
6. Metil prednisolone 3x 4 mg
7. Retaphyl SR 2 x ½ tab
(tanggal 3 Juni 2018)
S : Sesak nafas berkurang, Batuk berkurang
O : Keadaan umum tampak sakit sedang
TD: 130/80 N : 111x/m RR : 42x/m T : 36,90C
Retaphyl SR 2 x ½ tab
Keganasan primer jaringan limfoid yang bersifat padat. Penyakit ini
dibagi dalam 2 golongan besar, yaitu penyakit Hodgkin dan
limfoma non Hodgkin (LNH).
ETIOLOGI
Abnormalitas sitogensik :
Translokasi kromosom dan Infeksi Virus
Cth:
• Human immunodeficiency virus (HIV/AIDS)
• Human T cell leukemia-lymphoma virus-1 (HTLV-1)
• Epstein-Barr virus (EBV)
SISTEM LIMFATIK
1. Pembuluh Limfe
2. Limfe
3. Nodus Limfatikus :
4. Tonsil, thymus, limpa
Stage I : Penyakit menyerang satu regio kelenjar getah bening atau satu
struktur limfoid (misal: limpa, timus, cincin Waldeyer).
Stage II : Penyakit menyerang dua atau lebih regio kelenjar pada satu sisi
diafragma, jumlah regio yang diserang dinyatakan dengan subskrip angka,
misal: II2, II3, dsb.
Stage III: Penyakit menyerang regio atau struktur limfoid di atas dan
dibawah diafragma.
III1 : menyerang kelenjar splenikus hiler, seliakal, dan portal
III2 : menyerang kelenjar para-aortal, mesenterial dan iliakal.
Stage IV : Penyakit menyerang organ-organ ekstra nodul, kecuali yang
tergolong E (E: bila primer menyerang satu organ ekstra nodal).
Penentuan stadium ini menggunakan klasifikasi AnnArbor yang berdasarkan
anatomis.1
Tabel 4. Staging menurut Ann Arbor berdasarkan anatomis.1
I Pembesaran kelenjar limfe regional tunggal atau pembesaran organ
ekstra limfatik tunggal atau sesisi.
II Pembesaran kelenjar limfe regional dua atau lebih yang masih sesisi
dengan diafragma atau pembesaran organ ekstralimfatik satu sisi atau
lebih yang masih sesisi dengan diafragma
III Pembesaran kelenjar limfe pada kedua sisi diafragma disertai dengan
pembesaran limpa atau pembesaran organ ekstra limfatik sesisi atau
kedua sisi
IV Pembesaran organ ekstra limfatik dengan atau tanpa pembesaran
kelenjar limfe
Anamnesis:
Keluhan penderita terbanyak adalah pembesaran kelenjar getah
bening di leher, aksila ataupun lipatan paha, berat badan semakin
menurun dan kadang-kadang disertai demam,keringat .
Pemeriksaan Fisik:
Palpasi pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri dapat
ditemukan di leher terutama supraklavikular (60-80%), aksiler (6-
20%), dan yang paling jarang adalah di daerah inguinal (6-20%)
dengan konsistensi kenyal sepert karet. Mungkin lien dan hati
teraba membesar.
Sitologi Biopsi Aspirasi
Radiologi
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi
sewaktu respon imun dan peradangan mereda,
sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan
diabsorsi oleh makrofag sehingga jaringan
kembali ke strukturnya semula
Berdasarkan klinis dan epidemiologis:
a. Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia)
b. Pneumonia nosokomial (hospital-acqiured pneumonia/nosocomial
pneumonia)
c. Pneumonia aspirasi
d. Pneumonia pada penderita Immunocompromised
Pembagian ini penting untuk memudahkan penatalaksanaan8
1. Anamnesis
Gambaran klinik biasanya ditandai dengan demam,
menggigil, suhu tubuh meningkat dapat melebihi 40 C,
batuk dengan dahak mukoid atau purulen kadang-
kadang disertai darah, sesak napas dan nyeri dada.
2. Pemeriksaan Fisik
inspeksi dapat terlihat bagian yang sakit tertinggal
waktu bernapas, pasa palpasi fremitus dapat
mengeras, pada perkusi redup, pada auskultasi
terdengar suara napas bronkovesikuler sampai bronkial
yang mungkin disertai ronki basah halus, yang
kemudian menjadi ronki basah kasar pada stadium
resolusi
2. Pemeriksaan penunjang
A. Gambaran Radiologis
Foto toraks (PA/lateral) merupakan pemeriksaan
penunjang utama untuk menegakkan diagnosis.
Gambaran radiologis dapat berupa infiltrat sampai
konsolidasi dengan "air broncogram", penyebab
bronkogenik dan interstisial serta gambaran kaviti.
B. Pemeriksaan Lab
peningkatan jumlah leukosit, biasanya lebih dari
10.000/ul kadang-kadang mencapai 30.000/ul,
dan pada hitungan jenis leukosit terdapat
pergeseran ke kiri serta terjadi peningkatan LED.
Untuk menentukan diagnosis etiologi diperlukan
pemeriksaan dahak, kultur darah dan serologi
antibiotik golongan florokuinolon, yaitu
moksifloksasin 1x400 mg selama 10 hari, atau
Levofloxacin 1x 500 mg selama 7-14 hari.
pemeberian antibiotik golongan florokuinolon
akif terhadap organisme gram positif dan gram
negatif, terutama moksifloksasin dan
levofloksasin yang memiliki aktivitas
bakteriostatik besar terhadap bakteri
streptococcus pneumonia.
pembesaran kelenjar getah bening yang masif dan tidak nyeri, gejala
sistemik berupa demam tipe intermiten, berkeringat pada malam
hari, penurunan berat badan dan nafsu makan
Pembekakan KGB yang awalnya timbul dari leher hingga ketiak, dan
selangkangan metastasis/penyebaran limfoma secara limfogen ke
nodus limfatikus lain yaitu pada nodus axilla, dan nodus inguinal
Terdapat empat kelompok gen yang menjadi sasaran kerusakan
genetik pada sel-sel tubuh manusia, termasuk sel-sel limfoid, yang
dapat menginduksi terjadinya keganasan. Gen-gen tersebut adalah
proto-onkogen yang mengatur diferensiasi dan pertumbuhan, gen
supresortumor yang menekan proliferasi sel antionkogen, gen yang
mengatur apaptosis, dan gen yang berperan dalam perbaikan.
Bermutasi
Inakti
Onkogen vasi
(Tranformasi
neoplastik)
Hiperproliferasi
Mutasi gen berupa translokasi kromosom dan perubahan
molekular sangat berperan penting dalam patogenesis
limfoma, dan berhubungan dengan histologi dan
imunofenotiping.
Leukositosis yang
Febris & Takipneu disebabkan oleh infeksi
pneumonia atau keganasan
+
Hipopretonemia &
hipoalbuminemia
Pemeriksaan Fisik Khusus
Cefrtriaxone
Dosis 1-2 gram/ hari dan dapat diberikan secara injeksi i.v
atau i.m.
Ambroxol
Acetylcystein
Spironolactone
Limfoma Hodgkins