Anda di halaman 1dari 94

LAPORAN KASUS

Pembimbing :
Dr. Hj. Rini Sulviani, Sp. A, M. Kes

Oleh :
Fadhilla Rahma Jodi Putri (2013730033)

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
RSUD R. SYAMSUDIN, SH – SUKABUMI
2018
IDENTITAS PASIEN
• Nama : By. Ny. E
• Jenis Kelamin : Laki-laki
• Usia : 3 hari
• Agama : Islam
• Alamat : Kp. Rancabali Kec.
Nyalindung Sukabumi
• Tanggal masuk: 2 Mei 2018 pukul 20.40
WIB
• Tanggal pemeriksaan: 3 Mei 2018 Pukul
13.00 WIB
IDENTITAS ORANG TUA PASIEN
Nama : Tn. E Nama : Ny. M
Hubungan : Ayah Hubungan : Ibu kandung
kandung (caregiver)
Usia : 36 tahun Usia : 32 tahun
Pekerjaan : Buruh pasar Pekerjaan : IRT
Pendidikan terakhir : Pendidikan terakhir : SMK
SMA Agama : Islam
Agama : Islam • Alamat : Kp. Rancabali
• Alamat : Kp. Kec. Nyalindung Sukabumi
Rancabali Kec.
Nyalindung Sukabumi
ANAMNESIS
• Alloanamnesis terhadap ibu pasien

Keluhan
Kejang
Utama
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke ruang perawatan NICU RSUD


Syamsudin SH dengan keluhan kejang ± sejak 5 jam
setelah lahir.
Kejang yang dialami pasien yaitu 2 kali dengan durasi
kejang sekitar 3 menit.
Kejang yang kedua terjadi 4 jam setelah kejang
pertama. Bentuk kejang berupa gerakan mulut seperti
sedang menghisap dan gerakan mata berkedip.

Kejang didahului dengan adanya napas cepat


dan dalam, terlihat hidung yang kembang kempis
serta pasien merintih.
Saat kejang saturasi oksigen menurun dan
setelah kejang pasien mengalami penurunan
kesadaran.
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien mengalami kejang saat di ruang bayi.


Keesokan harinya, pasien dipindahkan ke ruang
perawatan NICU.
Saat di NICU, pasien tidak mengalami kejang berulang.
Ibu pasien menyangkal selama proses kehamilan memiliki
riwayat darah tinggi, kencing manis, penyakit jantung,
asma, merokok, mengkonsumsi obat obatan tertentu atau
alkohol, riwayat sakit, riwayat trauma selama masa
kehamilan

Selama masa kehamilan, ibu rajin


memeriksakan kandungannya secara
teratur ke rumah sakit ataupun ke
bidan sebanyak 8 kali.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

• Pasien tidak memiliki riwayat penyakit


sebelumnya.
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA

• Riwayat kejang disangkal


• Riwayat hipertensi disangkal
• Riwayat diabetes mellitus disangkal
• Riwayat penyakit jantung
• Riwayat asma disangkal
RIWAYAT KEHAMILAN &
PERSALINAN

Ibu menyangkal merokok, mengkonsumsi obat-obatan


tertentu atau alkohol dan riwayat sakit selama masa
kehamilan.

Ibu rajin memeriksakan kandungannya secara teratur


ke rumah sakit ataupun ke bidan sebanyak 8 kali. Usia
kehamilan 9 bulan.

• Pasien dilahirkan dari ibu dengan P1A0, partus maturus


spontan di rumah sakit, penolong bidan, atas indikasi kala
II lama dengan KPD sejak 14 jam.
• Keadaan bayi saat lahir tidak langsung menangis, lemas,
terdapat retraksi dada, merintih, tidak ada sianosis
maupun pernapasan cuping hidung.
• Apgar Score 3/5, Downe Score 5, air ketuban hijau kental
berbau, diberikan VTP (+).
• BBL 3945 gram, PBL 51 cm, LK 35 cm.
RIWAYAT IMUNISASI

• Status imunisasi tidak lengkap berdasarkan KEMENKES.


• Pasien baru diberikan vitamin K dan tetes mata setelah lahir.
RIWAYAT ASI/MAKANAN

0-sekarang :
• Puasa usia hari ke 1-3
• ASI hari ke-4
PEMERIKSAAN FISIK
• Keadaan umum :
Tampak sakit
sedang
 Kesadaran :
Somnolen E3V3M5
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital
• Nadi : 122x/menit,
reguler, isi cukup
• Respirasi : 62x/menit
• Suhu : 37.6 °C
• Saturasi oksigen : 95 %
O2 0.4 lpm
DOWNE SCORE

Kesan : skor 4 (gangguan pernapasan sedang)


NEW BALLARD SCORE

Kesan : skor 38 (38-40 minggu) neonatus cukup bulan


Antropometri
 BB : 3945 kg
 PB : 51 cm
 LK : 35 cm
 BB/U : > 90 persentil = Besar Masa Kehamilan
(BMK)
 TB/U: 10-90 persentil = Sesuai Masa Kehamilan
(SMK)
 LK/U: 10-90 persentil = Sesuai Masa Kehamilan
(SMK)

Kesimpulan : Neonatus Cukup Bulan (NCB)


Sesuai Masa Kehamilan (SMK) berdasarkan
Kurva Lubchenco
PEMERIKSAAN FISIK
• Kepala : normocephal, UUB cembung (-)
• Mata : konjungtiva anemis (-/-), sklera
ikterik (-/-), pupil isokor 3mm/3mm, refleks
cahaya langsung dan tidak langsung (+/+)
• Hidung : septum nasi di tengah, sekret (-/-),
pernapasan cuping hidung (-/-)
• Telinga : deformitas (-/-), meatus akustikus
eksternus (+/+), sekret (-/-)
• Mulut : bibir tidak kering, mukosa lembab,
sianosis pada bibir (-)
• Leher : trakea di tengah, massa (-),
pembesaran KGB (-)
PEMERIKSAAN FISIK
Thoraks
• Paru:
– Inspeksi: gerak napas tampak simetris,
retraksi interkosta minimal (+)
– Palpasi: gerak napas teraba simetris
– Perkusi: sulit dinilai
– Auskultasi: bunyi napas vesikuler (+/+),
wheezing (-/-), ronkhi (-/-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Jantung:
– Inspeksi : iktus cordis tidak tampak
– Palpasi: iktus cordis teraba di ICS
V pada linea mid klavikula sinistra
– Perkusi: sulit dinilai
– Auskultasi: bunyi jantung I dan II
murni reguler, murmur (-), gallop (-)
PEMERIKSAAN FISIK
• Abdomen:
– Inspeksi: tampak datar, retraksi
epigastrik minimal (+), tali pusar tampak
mengering (+)
– Palpasi: supel, massa (-), turgor kulit
abdomen baik
– Perkusi: timpani pada seluruh region
abdomen
– Auskultasi: bising usus (+)
PEMERIKSAAN FISIK
• Ekstremitas: akral hangat, CRT ≤ 2 detik,
edema (-), sianosis (-), kuku panjang (-),
kuku warna kuning kehijauan (-), kuku
mengelupas (-)
• Kulit : turgor kulit baik, ikterik (-),
sianosis (-), ruam (-)
• Genitalia : kelainan (-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

Rangsang meningeal : Refleks :


• Kaku kuduk (-) • Reflek fisiologis : bisep (+/+),
• Brudzinski I (-) trisep (+/+), patella (+/+),
achilles (+/+)
• Brudzinski II (-/-)
• Reflek patologis : babinski (-/-
• Lasegue (-/-) ), chaddock (-/-), oppenheim (-/-
• Kernig (-/-). ), gordon (-/-), schaeffer (-/-)
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
– NI : sulit dilakukan
– N II dan III : Pupil isokor 3 mm/3 mm,
refleks cahaya langsung +/+, refleks
cahaya tidak langsung +/+
– N III, IV, VI : sulit dilakukan
– NV : refleks kornea (+/+)
– N VII : Wajah tampak simetris
– N VIII : sulit dilakukan
– N IX,X : sulit dilakukan
– N XI : sulit dilakukan
– N XII : sulit dilakukan
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS

• Motorik : sulit dinilai


• Sensorik : dalam batas normal
• Otonom : BAB (+), BAK (+)
• Refleks primitif :
 Refleks Glabella (+)
 Reflex Rooting (-)
 Refleks Moro (+)
 Refleks Sucking (-)
 Refleks Snout (+)
 Refleks Grasp (palmar dan plantar) (+)
RESUME

Pasien datang ke ruang perawatan NICU RSUD


Syamsudin SH dengan keluhan kejang ± sejak 5 jam
setelah lahir.
Kejang yang dialami pasien yaitu 2 kali dengan
durasi kejang sekitar 3 menit. Kejang yang kedua
terjadi 4 jam setelah kejang pertama. Bentuk kejang
berupa gerakan mulut seperti sedang menghisap
dan gerakan mata berkedip.

Kejang didahului dengan adanya napas


cepat dan dalam, terlihat hidung yang
kembang kempis serta pasien merintih.
Saat kejang saturasi oksigen menurun
dan setelah kejang pasien mengalami
penurunan kesadaran
RESUME

Pasien mengalami kejang saat di


ruang bayi. Keesokan harinya, pasien
dipindahkan ke ruang perawatan
NICU. Saat di NICU, pasien tidak
mengalami kejang berulang.

Pasien baru diberikan vitamin K


dan tetes mata setelah lahir.
Status imunisasi tidak lengkap
berdasarkan KEMENKES.
RESUME
Pemeriksaan fisik
• Keadaan umum : Tampak sakit sedang
• Kesadaran : Somnolen E3V3M5
• Tanda-Tanda Vital
 Nadi : 122x/menit, reguler, isi cukup
 Respirasi : 62x/menit
 Suhu : 37.6 °C
 Saturasi oksigen : 95 %, O2 0.4 lpm
RESUME
• Downe score : skor 4 (gangguan pernapasan
sedang)
• New ballard score : skor 39 (38-40 minggu)
neonatus cukup bulan
• Status gizi : Neonatus Cukup Bulan (NCB) Sesuai
Masa Kehamilan (SMK) berdasarkan Kurva
Lubchenco
• Thorax : retraksi interkosta minimal (+)
• Abdomen : retraksi epigastrik minimal (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium 01 Mei 2018
Jenis Hasil Normal Satuan

Hb 16.7 15.2 – 23.6 g/dl

Leukosit 23.100 4.000-10.000 /µl

Ht 50 44-72 %

Eritrosit 4,8 4.4 – 6.0 Juta/ µl

Trombosit 296.000 150.000-450.000 /µl

MCV 105 98-122 fL

MCH 35 31-37 pg

MCHC 33 31-35 g/dL

GDS 70 (j. 06.55) 30-60 mg/dl


124 (j. 12.52)
82 (j. 07.32)
PEMERIKSAAN PENUNJANG

Laboratorium 02 Mei 2018

Jenis Hasil Normal Satuan


GDS 143 (j. 05.58) 30-60 mg/dl
85 (j. 07.00)
DIAGNOSIS BANDING

1. Hipoxic Ischemic Encephalopathy


+ Asfiksia e.c Meconium
Aspiration Syndrome
2. Hipoxic Ischemic Encephalopathy
+ Asfiksia e.c Transient
Tachypnea of the Newborne
(TTN)
USULAN PEMERIKSAAN

• Darah lengkap
• Gula Darah Sewaktu
• EEG
DIAGNOSIS KERJA

• Hipoxic Ischemic Encephalopathy +


Asfiksia e.c Meconium Aspiration
Syndrome
PENATALAKSANAAN

Umum : Khusus :
• Rawat dalam ruang • Ampicillin 2 x 150 mg
perawatan NICU • Gentamicine 1 x 15
• Pantau TTV mg
• IVFD KA-EN MG3 + • Phental 2 x 8 mg bila
Caglu 8 cc kejang
• OGT • Phenitoin 2 x 10 mg
bila kejang
PROGNOSIS

• Quo ad Vitam : dubia ad bonam


• Quo ad Functionam : ad malam
• Quo ad Sanationam : ad malam
FOLLOW UP
Tanggal 3/5/2018
S Kejang (-), akral hangat, BAB (+), BAK (+), muntah (-), demam (-)

O KU : tampak sakit sedang


Kes : somnolen E3V3M5
HR: 122 x/menit
RR : 62 x/menit
S: 37.6 °C
SpO2: 95 %, O2 0.4 lpm
Downe Score : 4
A Hipoxic Ischemic Encephalopathy + Asfiksia e.c Meconium Aspiration
Syndrome
P  Puasa (+) OGT dialirkan
 IVFD KA-EN MG3 + Caglu 8 cc
 Ampicillin 2 x 150 mg
 Gentamicine 1 x 15 mg
 Phental 2 x 8 mg bila kejang
 Phenitoin 2 x 10 mg bila kejang
 Kebutuhan cairan hari ke-3 :
110 ml x BB = 110 x 3,9 kg = 430 ml/hari
FOLLOW UP
Tanggal 4/5/2018
S Kejang (-), akral hangat, BAB (+), BAK (+), muntah (-), demam (-)

O KU : tampak sakit sedang


Kes : somnolen E3V3M6
HR: 123 x/menit
RR : 50 x/menit
S: 37.4 °C
SpO2: 100 %, O2 0.4 lpm
Downe Score : 2
A Hipoxic Ischemic Encephalopathy + Asfiksia e.c Meconium Aspiration
Syndrome
P  Minum 8 x 5 cc + ASI 5 cc
 IVFD KA-EN MG3 + Aminofusin
 Ampicillin 2 x 150 mg
 Gentamicine 1 x 15 mg
 Phental 2 x 8 mg bila kejang
 Phenitoin 2 x 10 mg bila kejang
 Kebutuhan cairan hari ke-4 :
130 ml x 3.9 kg = 512 ml/hari
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy +
Asfiksia e.c MAS

Anamnesis • Kejang • Kejang

• Kejang didahului dengan • Sesak napas


adanya napas cepat dan dalam,
• Pernapasan cuping hidung
terlihat hidung yang kembang
kempis serta pasien merintih. • Sianosis

• NCB SMK menurut kurva • Kehamilan lebih bulan

Lubchenco

• New ballard score: skor 38


(38-40 minggu)
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c MAS

Anamnesis • Keadaan bayi saat lahir tidak langsung - Bayi tidak bernapas atau
menangis, lemas, terdapat retraksi, menangis
merintih, diberikan VTP (+).
- Nilai APGAR rendah saat
• Apgar Score 3/5, Downe Score 5, air persalinan
ketuban hijau kental berbau,
- Cairan ketuban ibu bercampur
• RPK : mekonium atau sisa meconium
pada tubuh bayi
 Ibu hipertensi disangkal
- Preeklamsi dan eklamsi
 Ibu DM disangkal
- Ibu dengan hipertensi
 Ibu asma disangkal
- Ibu dengan diabetes mellitus
• R. Kehamilan :
- Ibu perokok berat, penyakit
Ibu menyangkal hipertensi, merokok, dan
saluran respiratori, dan jantung
riwayat sakit selama masa kehamilan.
kronik
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Encephalopathy + Kasus Teori
Asfiksia e.c MAS

Pemeriksaan Fisik • Downe score : skor 4  Tanda obstruksi jalan napas:


apnea, gasping, sianosis
(gangguan pernapasan sedang)
 Tanda distres pernapasan:
• Kulit : sianosis (-) takipnea, pernapasan cuping
hidung, retraksi interkostal,
• Hidung : PCH (-)  Auskultasi paru: ronki atau
mengi
• Mulut : sianosis (-)

• Thorax

Inspeksi : retraksi interkosta minimal


(+)

Auskultasi : bunyi napas vesikuler


(+/+)

• Abdomen : retraksi epigastrik


minimal (+)
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia e.c
MAS

Pemeriksaan Fisik • New ballard score: skor 38 (38-40 • Tanda-tanda lebih


minggu) bulan:
• Kuku yang panjang,
• Status gizi: NCB SMK berdasarkan
• Kulit terwarnai
Kurva Lubchenco
mekonium (kuning
• Ekstremitas : kuku panjang (-), kuku kehijauan) disertai
warna kuning kehijauan (-), kuku pengelupasan,
mengelupas (-) • Tali pusar terwarnai

 Abdomen : Tali pusar terwarnai dengan dengan mekonium

mekonium warna kuning kehijauan (-)


ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia e.c
MAS

Pemeriksaan Penunjang  Darah lengkap : - Asidosis metabolik darah umbilical


dalam 24 jam kehidupan
Leukosit = 23.100 (normal 4.000-10.000
/µl) - Hasil AGD tali pusat : hasil asidosis
pada darah tali pusat, pH <7.0,
hipoksemia, alkalosis respiratorik
 GDS : atau asidosis respiratorik, asidosis
metabolik dan respiratorik
Hari ke-1 = 82 mg/dl (normal 30-
60mg/dl) - Foto Rontgen toraks: hiperinflasi
lapang paru, diafragma
Hari ke-2 = 85 mg/dl (normal 30-60
mendatar,infiltrat berupa bercak
mg/dl)
ireguler, pneumotoraks,
pneumomediastinum
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c MAS

Pemeriksaan Penunjang  Darah lengkap : - Ekokardiografi jantung:


hipertensi pulmonal
Leukosit = 23.100 (normal 4.000-10.000
/µl) - Abnormalitas EEG
(electroencephalography).

- USG
 GDS :
- CT-Scan
Hari ke-1 = 82 mg/dl (normal 30-60
- MRI
mg/dl)

Hari ke-2 = 85 mg/dl (normal 30-60


mg/dl)
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c MAS

Penatalaksanaan Saat lahir :  Saat lahir :

• VTP (+)  Resusitasi

Umum :  VTP (+)

 Rawat dalam ruang perawatan  Kompresi dada


NICU
 Pemberian epinefrin
 Pantau TTV
 IVFD KA-EN MG3 + Caglu 8 Khusus :
cc
 Fenobarbital diberikan dengan dosis muatan
 OGT intravena (20 mg / kg); dosis tambahan 5-10 mg /
kg (hingga 40-50 mg / kg total) mungkin
Khusus :
diperlukan.
 Ampicillin 2 x 150 mg  Phenytoin (20 mg / kg dosis pemuatan)
 Gentamicine 1 x 15 mg  Lorazepam (0,1 mg / kg) mungkin diperlukan
 Phental 2 x 8 mg bila kejang untuk refraktori kejang. telah diberikan dan
 Phenytoin 2 x 10 mg bila kejang terapi pemeliharaan (5 mg / kg / 24 jam) dimulai.
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Encephalopathy Kasus Teori
+ Asfiksia e.c Transient tachypnea
of the newborn (TTN)

Anamnesis • Kejang didahului dengan adanya napas • Sesak napas, sianosis


• Lahir dengan seksio sesaria
cepat dan dalam, (sesak napas), (khususnya bayi dengan usia
sianosis pada mulut dan bagian tubuh kehamilan <38 mgg)
• Letak sungsang
• Persalinan dengan kala II
• Pasien dilahirkan dari ibu dengan
memanjang
P1A0, partus maturus spontan letak • Jenis kelamin laki-laki
• Asfiksia neonatorum
kepala, di rumah sakit, penolong bidan,
atas indikasi kala II lama dengan KPD
sejak 14 jam, jenis kelamin laki-laki.

• Keadaan bayi saat lahir tidak langsung


menangis, lemas, terdapat retraksi,
merintih.

• Apgar Score 3/5, Downe Score 5


ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c Transient tachypnea of
the newborn (TTN)
Anamnesis • BBL : 3945 gr • Makrosomia
• Bayi berat lahir rendah dan
• R. Persalinan : Riwayat sangat rendah
• Riwayat penggunaan
penggunaan sedasi pada ibu sedasi pada ibu saat
saat persalinan (-) persalinan
• Asma pada ibu
• Bayi yang lahir dari ibu
• RPK : Ibu asma (-), DM (-)
diabetes melitus
• Kehamilan multipel
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c Transient tachypnea of
the newborn (TTN)
Pemeriksaan fisik • Respirasi: 62x/menit • Takipnea (>60×/mnt
• Nadi : 122x/menit, dapat mencapai 100–
reguler, isi cukup 120×/mnt)
• Downe score : skor 4 • Takikardia
(gangguan pernapasan • Grunting
sedang) • Pernapasan cuping
• Kulit : sianosis (-) hidung
• Hidung : PCH (+) • Sianosis
• Mulut : sianosis (-) • Barrel chest
• Thoraks : normo chest, • Retraksi intercostal
retraksi interkosta
minimal (+)
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c Transient tachypnea of the
newborn (TTN)
Pemeriksaan penunjang • Darah lengkap : • AGD: hipoksia ringan, hipokarbia,
Leukosit = 23.100 (normal hiperkarbia (PCO2 >55mmHg).
4.000-10.000 /µl) • Darah lengkap dengan hitung jenis
leukosit: normal pada TTN. Hematokrit
• GDS : dapat ↑ pada polisitemia
Hari ke-1 = 82 mg/dl (normal • Antigen tes dengan bahan pemeriksaan
30-60 mg/dl) urin dan serum membantu
Hari ke-2 = 85 mg/dl (normal menyingkirkan infeksi bakteri tertentu
30-60 mg/dl) • Pemeriksaan radiologis
Hiperekspansi dari paru-paru, perihilar
streaking, pembesaran jantung ringan
sampai sedang, pendataran diafragma,
cairan pada fisura minor atau cairan pada
kavum pleura, gambaran pembuluh darah
paru yang ↑
• USG paru: double lung point, comet-
tail artifact pada lapang paru bagian
bawah
ANALISA KASUS
Hipoxic Ischemic Kasus Teori
Encephalopathy + Asfiksia
e.c Transient tachypnea of
the newborn (TTN)
Penatalaksanaan • Saat lahir : • Oksigenasi: mulai dengan pemberian
VTP (+) oksigen dengan kadar oksigen
ruangan untuk mempertahankan
• Umum saturasi arteri tetap normal. Jika tidak
 Rawat dalam ruang efektif, dapat diberikan continous
perawatan NICU possitive airway pressure atau intubasi
 Pantau TTV yang dilanjutkan dengan ventilasi
 IVFD KA-EN MG3 + mekanik
Caglu 8 cc • Antibiotik: spektrum luas sampai
 OGT diagnosis sepsis atau pneumonia dapat
disingkirkan
• Khusus • Pemberian minum: puasakan bayi
 Ampicillin 2 x 150 mg dengan respirasi >60×/mnt, bayi
 Gentamicine 1 x 15 mg dengan frekuensi pernapasan
 Phental 2 x 8 mg bila <60×/mnt bayi dapat diberi minum,
kejang frekuensi pernapasan 60–80×/mnt
 Phenitoin 2 x 10 mg bila dapat dilakukan pemberian minum
kejang melalui pipa nasogastrik
• Cairan dan elektrolit: pemberiannya
harus dimonitor
Hipoxic Ischemic
Encephalopathy (HIE)
• Anoksia adalah istilah yang digunakan untuk
menunjukkan konsekuensi dari kekurangan total
oksigen sebagai akibat dari sejumlah penyebab utama.
• Hipoksemia mengacu pada penurunan konsentrasi
oksigen arteri. Hipoksia merujuk ke oksigenasi yang
menurun ke sel atau organ.
• Iskemia mengacu pada aliran darah ke sel atau organ
yang tidak cukup untuk mempertahankan fungsi normal.
DEFINISI
• Neonatal HIE : sindrom klinis dengan gangguan
fungsi neurologis pada awal kehidupan neonatus
yang lahir pada atau lebih dari 35 minggu gestasi,
dengan manifestasi penurunan kesadaran atau
kejang, sering disertai gangguan untuk memulai dan
menjaga pernapasan, dan depresi tonus otot dan
refleks.

• Merupakan suatu penyebab penting kerusakan


permanen pada jaringan CNS.
EPIDEMIOLOGI
• Sekitar 20-30% bayi dengan HIE mati pada periode
neonatal, dan ≈33-50% bayi yang tersisa dengan
kelainan perkembangan saraf permanen (cerebral
palsy, keterbelakangan mental).

• Asfiksia perinatal yang berakibat HIE terjadi setiap 1-3


per 1000 kelahiran di Amerika Serikat. Secara global,
10-60% bayi akan meninggal pada periode postnatal;
dari yang selamat paling tidak 25% akan mendapat
sekuele neuropsikologis berat dan permanen.
ETIOLOGI
Hipoksia janin dapat disebabkan oleh berbagai gangguan pada
ibu :
• Oksigenasi darah ibu yang tidak adekuat dari hipoventilasi
selama anestesi, penyakit jantung cyanotic, kegagalan
pernafasan, atau keracunan karbon monoksida
• Tekanan darah ibu rendah dari kehilangan darah akut,
anestesi spinal
• Relaksasi rahim yang tidak adekuat untuk memungkinkan
pengisian plasenta sebagai akibat dari tetani uterus yang
disebabkan oleh administrasi oksitosin yang berlebihan
• Pemisahan prematur plasenta;
• Ipedansi sirkulasi darah melalui tali umbilical sebagai akibat
kompresi atau pemotongan tali pusat
• Insufisiensi plasenta dari toksemia atau postmaturitas
ETIOLOGI
• Kontraksi uterus dapat lebih mengurangi oksigenasi
umbilikal, menekan sistem kardiovaskular janin dan
CNS dan menghasilkan skor Apgar rendah dan
depresi pernafasan saat lahir.

• Setelah lahir, hipoksia dapat disebabkan oleh :


(1) kegagalan oksigenasi sebagai akibat dari bentuk
parah penyakit jantung bawaan sianotik atau
penyakit paru-paru berat
(2) Anemia berat (hemoragi berat, hemolitik penyakit);
atau
(3) Gangguan pengangkutan oksigen ke organ vital
dari sepsis yang luar biasa, kehilangan banyak
darah, dan perdarahan intrakranial atau adrenal.
GEJALA KLINIS
• Neonatus dengan ensefalopati dapat
disertai nilai APGAR rendah saat persalinan
• Asidosis metabolik darah umbilikal; dalam
24 jam kehidupan,
• Apnea dan kejang
• Sekuele defisit neurologis dapat berupa
gangguan belajar, retardasi mental, dan
gangguan penglihatan dan pendengaran.
DIAGNOSIS
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 EEG
• Dapat memprediksi keadaan klinis termasuk kemungkinan
untuk hidup dan sekuele neurologis jangka panjang

 USG
• Penggunaan USG (ultrasonography) menguntungkan
karena nyaman, tidak invasif, murah, dan tanpa paparan
radiasi pada neonatus yang hemodinamis tidak stabil.
• Selain itu, USG Doppler kranial dapat menilai resistive
index (RI), yang memberikan informasi perfusi otak.
Peningkatan nilai RI menunjukkan prognosis buruk.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 CT-Scan
• Merupakan modalitas yang paling kurang sensitif untuk menilai
HIE karena tingginya kandungan air pada otak neonatus dan
tingginya kandungan protein cairan serebrospinal
mengakibatkan buruknya resolusi kontras parenkim.
• Namun, CT-scan dapat menscreen perdarahan pada neonatus
sakit tanpa sedasi.

 MRI
• Merupakan pencitraan yang paling sensitif dan spesifik untuk
bayi yang diduga cedera otak hipoksik-iskemik.
• Lokasi, distribusi, dan derajat keparahan lesi hipoksik-iskemik
dapat dideteksi oleh MRI (magnetic resonance imaging) dan
berhubungan dengan hasil akhir.
• MRI juga dapat menyingkirkan penyebab ensefalopati lain,
seperti perdarahan, infark serebral, neoplasma, dan malformasi
kongenital.
DIAGNOSIS
PENATALAKSANAAN
 Fenobarbital, obat pilihan untuk kejang :
• Diberikan dengan dosis muatan intravena (20 mg /
kg); dosis tambahan 5-10 mg / kg (hingga 40-50 mg /
kg total) mungkin diperlukan.

• Kadar fenobarbital harus dipantau 24 jam setelah


dosis muatan telah diberikan dan terapi
pemeliharaan (5 mg / kg / 24 jam) dimulai.

• Ada beberapa bukti klinis bahwa fenobarbital


profilaksis dosis tinggi mungkin mengurangi
gangguan perkembangan saraf pada bayi dengan
HIE.
PENATALAKSANAAN
• Phenytoin (20 mg / kg dosis pemuatan)
atau lorazepam (0,1 mg / kg) mungkin
diperlukan untuk refraktori kejang.

• Status epileptikus, kejang multifokal dan


beberapa obat antikonvulsan selama
hipotermia terapeutik, berhubungan
dengan prognosis yang buruk
PROGNOSIS
• Prognosis bervariasi tergantung pada tingkat
keparahan dan perawatannya.

• Bayi dengan pH darah awal <6,7 memiliki risiko 90%


untuk kematian atau gangguan perkembangan saraf
yang parah pada usia 18 bulan.

• Bayi dengan skor Apgar 0-3 pada 5 menit, defisit


basa tinggi (> 20- 25 mmol / L), postur decerebrate,
lesi basal ganglia-thalamic berat, HIE berat pada 72
jam, dan kurangnya spontan aktivitas juga
meningkatkan risiko kematian atau gangguan.
PROGNOSIS
ASFIKSIA NEONATORUM
• Definisi
Merupakan kondisi terganggunya
pertukaran gas intrapartum, yang
apabila menetap dapat menyebabkan
hipoksemia dan hiperkarbia progresif
serta asidosis metabolik
Kriteria asfiksia neonatus (AAP
dan ACOG)
• Nilai APGAR menit kelima 0–3
• Terdapat asidosis pada pemeriksaan darah tali
pusat (pH <7,0 dan base deficit ≥12 mmol/L)
• Gangguan neurologis (misalnya kejang, hipotonia,
atau koma)
• Terdapat gangguan sistem multiorgan (misalnya
gangguan kardiovaskular, gastrointestinal,
hematologi, pulmoner, atau sistem renal)
KLASIFIKASI
• Tanpa asfiksia : APGAR score 8-10. bayi
dianggap sehat dan tidak perlu tindakan
istimewa
• Asfiksia ringan-sedang : APGAR score 4-7.
pada pemeriksaan fisik akan terlihat FJ
>100x/menit, tonus otot kurang baik atau
baik, sianosis, reflek iritabilitas tidak ada
• Asfiksia berat : APGAR score 0-3, pada
pemeriksaan fisik ditemukan FJ
<100x/menit, tonus otot buruk, sianosis
berat, pucat (terkadang) reflek iritabilitas
tidak ada.
ETIOLOGI
• Terganggunya oksigenasi maternal
Faktor (hipoksia ibu) misalnya pada
hipoventilasi karena obat analgetik dan
ibu anestesi, atau aliran darah uterus ↓

Faktor • Terganggunya fungsi plasenta seperti


pada solutio atau perdarahan plasenta
plasenta

• pemakaian anestesi dan analgetika,


Faktor kelainan kongenital misalnya pada
hernia diafragmatika, atresia saluran
neonatus respiratori, atau hipoplasia paru
PATOFISIOLOGI
• Bayi baru lahir akan melakukan usaha untuk
menghirup udara ke dalam paru-parunya yang
mengakibatkan cairan paru keluar dari alveoli ke
jaringan insterstitial paru sehingga oksigen dapat
dihantarkan ke arteriol pulmonal dan
menyebabkan arteriol berelaksasi.

• Jika keadaan ini terganggu maka arteriol


pulmonal akan tetap kontriksi, alveoli tetap terisi
cairan, dan pembuluh darah arteri sistemik tidak
mendapat oksigen.
PATOFISIOLOGI
• Pada saat pasokan oksigen berkurang, akan terjadi
konstriksi arteriol pada organ seperti usus, ginjal, otot dan
kulit, namun demikian aliran darah ke jantung dan otak
tetap stabil atau ↑ untuk mempertahankan pasokan
oksigen.
• Walaupun demikian jika kekurangan oksigen berlangsung
terus maka terjadi kegagalan fungsi miokardium dan
kegagalan ↑ curah jantung, ↓ tekanan darah, yang
mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan
berkurang.
• Sebagai akibat dari kekurangan perfusi oksigen dan
oksigenasi jaringan, akan menimbulkan kerusakan
jaringan otak yang ireversibel, kerusakan organ tubuh lain,
atau kematian.
Gejala klinis
• Bayi tidak bernapas atau menangis
• Denyut jantung <100×/mnt
• Tonus otot ↓
• Cairan ketuban ibu bercampur
mekonium atau sisa mekonium pada
tubuh bayi
Keadaan bayi yang membahayakan akan
memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis :
• tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada
otak, otot dan organ lain
• depresi pernapasan karena otak kekurangan
oksigen; bradikardia karena kekurangan oksigen
pada otot jantung atau sel otak
• tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen
pada otot jantung
• kehilangan darah atau kekurangan aliran darah
yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses persalinan
• takipnea karena kegagalan absorbsi cairan paru-
paru
• sianosis karena kekurangan oksigen di dalam
darah
Laboratorium
• Hasil AGD tali pusat menunjukkan hasil asidosis pada darah tali
pusat, pH <7,0

• Sesudah bayi tidak memerlukan lagi resusitasi aktif, maka


pemeriksaan penunjang bertujuan untuk mendeteksi penyulit,
yaitu:
 Darah perifer lengkap
 Gas darah
 Gula darah, elektrolit darah (Na, K, Ca)
 Ureum, kreatinin
 Laktat
 Radiologi (foto Rontgen toraks dan abdomen 3 posisi)
 USG kepala
 EEG
 CT-scan kepala
 Ekokardiografi
Penyulit
Jangka panjang (sekuele)

• Salah satu gangguan akibat hipoksia otak yang paling


Susunan saraf sering ditemukan pada masa neonatal yaitu ensefalopati
hipoksik iskemik (EHI). Sekuele jangka panjang berupa
pusat gangguan perkembangan neurologis yang terjadi pada 1–
6 bayi/1.000 kelahiran. Pada 15−20% terjadi serebral palsi

• Akibat langsung hipoksia dan iskemia atau dapat pula terjadi


Sistem karena disfungsi ventrikel kiri, gangguan koagulasi, radikal
bebas oksigen ataupun penggunaan ventilasi mekanik dan
respirasi aspirasi mekonium. Gangguan sistem respirasi terjadi pada
26% kasus dan gagal napas terjadi pada 19% kasus

• Bayi yang mengalami hipoksia berat dapat menderita


Sistem disfungsi miokardium yang berakhir dengan payah
jantung. Gangguan kardiovaskular terjadi pada 29%
kardiovaskular kasus
Penyulit
Jangka panjang (sekuele)

• Pada sistem urogenital, hipoksia bayi dapat


Sistem menimbulkan gangguan perfusi dan dilusi ginjal serta
kelainan filtrasi glomerulus. Gangguan ginjal terjadi
urogenital pada 42% kasus, gagal ginjal akut 15% kasus

• Gangguan fungsi yang terjadi dapat berupa kelainan


ringan yang bersifat sementara seperti muntah
Sistem berulang, gangguan toleransi minum atau darah
dalam residu lambung sampai kelainan perforasi
gastrointestinal saluran cerna, enterokolitis nekrotikans, kolestasis,
dan nekrosis hepar. Gangguan sistem gastrointestinal
terjadi pada 29% kasus
Penyulit
• Jangka pendek (kematian)
Angka mortalitas asfiksia sekitar 15−20%
Penatalaksanaan
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : dubia ad bonam
• Quo ad functionam : dubia ad bonam
MECONIUM ASPIRATION
SYNDROME (MAS)
DEFINISI
Sindrom aspirasi mekonium adalah distres
pernapasan yang terjadi pada bayi baru
lahir dengan cairan ketuban yang terwarnai
dengan mekonium

Mekonium adalah sekret intestinal pertama


kali dari bayi baru lahir
yang terdiri atas sel-sel epitel, rambut,
mucus, dan asam empedu
INSIDENSI
Biasanya terjadi pada bayi matur dan postmatur.

Bervariasi 8–20% dari seluruh persalinan

• Dari seluruh bayi yang lahir dengan cairan ketuban


yang terwarnai dengan mekonium, 5% akan
berkembang menjadi sindrom aspirasi mekonium.
• Insidensi cairan ketuban yang terwarnai dengan
mekonium meningkat dari 1,6% pada bayi yang
lahir dengan usia kehamilan 34–37 mgg menjadi
30% pada bayi yang lahir dengan usia kehamilan
≥42 mgg.
PATOFISIOLOGI
• Pasase mekonium intrauterin
Pasase mekonium intrauterin → respirasi ireguler atau gasping
selama persalinan → aspirasi cairan ketuban yang mengandung
mekonium → obstruksi jalan napas, ↓ kompliansi paru dan ↑
resistensi jalan napas saat ekspirasi

• Faktor yang memengaruhi → gawat janin dan stimulasi vagal

• Obstruksi jalan napas total → atelektasis (parsial → ball-


valve phenomenon) → air trapping → hiperakspansi alveolus

• Pneumonitis → edema bronkiolus →penyempitan saluran


respiratori

• Aspirasi mekonium → stimulasi pelepasan sitokin-sitokin


proinflamasi dan agen vasoaktif → resistensi pembuluh
darah paru ↑ → pirau dari kanan ke kiri → hipoksemia
ANAMNESIS
• Kehamilan lebih bulan
• Preeklamsi dan eklamsi
• Ibu dengan hipertensi
• Ibu dengan diabetes melitus
• Gangguan pertumbuhan intrauterin
• Oligohidramnion
• Ibu perokok berat, penyakit saluran respiratori, dan
jantung kronik pada ibu
• Skor APGAR 5 mnt yang rendah
• Gawat janin
• Persalinan yang berlangsung di rumah
PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda-tanda lebih bulan:
• Kuku yang panjang, kulit terwarnai
• mekonium (kuning kehijauan) disertai
pengelupasan
• Tali pusar terwarnai dengan mekonium

 Tanda obstruksi jalan napas: apnea, gasping,


sianosis
 Tanda distres pernapasan: takipnea, pernapasan
cuping hidung, retraksi interkostal, diameter
anteroposterior dada ↑
 Auskultasi paru: ronki atau mengi
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• AGD: hipoksemia, alkalosis
respiratorik atau asidosis respiratorik,
asidosis metabolik dan respiratorik
• Foto Rontgen toraks: hiperinflasi
lapang paru, diafragma mendatar,
infiltrat berupa bercak ireguler,
pneumotoraks, pneumomediastinum
• Ekokardiografi jantung: hipertensi
pulmonal
PENATALAKSANAAN
• Identifikasi kehamilan yang berisiko untuk
terjadinya insufisiensi uteroplasenta dan hipoksia
Prenatal janin selama persalinan
• Pemantauan selama persalinan: tanda-tanda
gawat janin, tidak ditemukan takikardia, deselerasi

• Bayi bugar → perawatan rutin


Tatalaksana di
• Bayi dengan distres pernapasan → intubasi
ruang persalinan secepatnya → mekonium aspirator

• AGD
Tatalaksana bayi • Pemantauan oksigen: pantau saturasi oksigen
yang lahir dengan • Antibiotik: dimulai dengan antibiotik spektrum
luas, misalnya ampisilin dengan dosis 50
aspirasi mekonium mg/kgBB/dosis
PENATALAKSANAAN

• Pemberian oksigen
• Ventilasi mekanik: diindikasikan pada penderita
Tatalaksana dengan impending respiratory failure (hiperkapnia
dan hipoksemia persisten
bayi yang • Seting ventilator dengan tekanan inspirasi yang
lahir dengan tinggi dan frekuensi napas yang lebih cepat
daripada bayi dengan penyakit membran hialin
aspirasi • High frequency jet ventilation (HFV)
• Surfaktan
mekonium • Nitrit oksida inhalasi
• Extracorporeal membrane oxygenation (ECMO)
PROGNOSIS
• Terapi berupa pemberian surfaktan,
HFV, nitrit oksida inhalasi dan
ECMO mengurangi angka kematian
sampai <5%.

• Bayi dengan asfiksia dapat


mengalami sekuele neurologis
DAFTAR PUSTAKA
• Kliegman RM, Stanton BF, Geme JW, Schor NF. 2016.
Nelson Textbook of Pediatrics 20th Edition. Philadelphia:
Elseviers. p. 838-841.
• Garna H, Nataprawira HM. 2014. Pedoman Diagnosis dan
Terapi Ilmu Kesehatan Anak Edisi ke-5. Bandung:
Departemen/SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran
Universitas Padjadjaran/ RSUP Dr. Hasan Sadikin.
• Anggriawan A. 2016. Tinjauan Klinis Hypoxic-Ischemic
Encephalopathy. Nusa Tenggara Timur: CDK-243/ vol. 43 no.
8 th.

Anda mungkin juga menyukai