Anda di halaman 1dari 48

LAPORAN KASUS

BELL’S PALSY
Oleh :

M. Dhistira Prabawa
Rendy Ghasan

Dosen Pembimbing :

dr. Dadang Kusuma Wardhana, Sp.KFR

SMF NEUROLOGI
RSUD WAHIDIN SUDIROHUSODO
MOJOKERTO
LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
 Nama :Tn. S
 Umur : 54 tahun
 Jenis kelamin : Laki-laki
 Agama : Islam
 Suku : Jawa
 Alamat : Balong Mojo Puri, Mojokerto
 Pekerjaan : Tukang Batu
 Tanggal pemeriksaan : 21 Juni 2018
Riwayat Penyakit
1. Keluhan Utama
Wajah perot

2. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Saraf RSUD dr. Wahidin
Sudiro Husodo dengan keluhan bibir mencong
sebelah kiri sejak 3 minggu yang lalu. Pasien mengaku
beberapa hari sebelum serangan bibir kiri pasien
terasa kaku dan saat tersenyum terlihat tidak
simetris.
Riwayat Penyakit
Kelopak mata kiri terasa sulit untuk menutup dan
mata kiri terasa lebih berair dibandingkan mata
kanan, tetapi menurut pasien penglihatannya tidak
ganda. Pasien juga selalu menggunakan kipas angin
saat tidur dan selalu diarahkan ke wajahnya. Pasien
menyatakan tidak demam, tidak pernah keluar cairan
dari telinga, pusing berputar tidak ada, nyeri kepala
tidak ada, mendengar bunyi berdenging tidak.
Riwayat kejang (-), mual (-), muntah (-)
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat bell’s palsy muka kanan ± 25 tahun yg lalu
Riwayat Hipertensi (+)
Riwayat DM (-)
Trauma (-)

4. Riwayat Pengobatan
Belum pernah berobat sebelumnya

5. Riwayat Alergi
Riwayat alergi terhadap makanan dan obat disangkal

6. Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada keluarga yang menderita gejala yang sama dengan pasien
Status Interna Singkat

A. Keadaan umum
 Kesadaran
 Kualitatif : Compos mentis
 Kuantitatif : GCS 4-5-6
 Vital sign
 Tekanan darah : 160/90 mmHg
 Nadi : 88x/menit, reguler, kuat angkat
 RR : 20 x/menit, reguler
 Suhu : 36,5 oC
B. Kepala
 Bentuk : Normochepal, bulat
 Mata
 Sklera : ikterik (-/-)
 Konjungtiva : anemis (-/-)
 Lagofthalmus (+) Sinistra
 Telinga/ hidung : sekret (-), perdarahan (-)
 Mulut : sianosis (-)

C. Leher
 Struma : (-)
 Bendungan vena : (-)
 Pembesaran KGB : (-)
D. Thorax
Jantung
 Inspeksi : tidak terlihat
 Palpasi : tidak teraba
 Perkusi :
Batas kiri atas : ICS II Linea parasternal sinistra
Batas kiri bawah : ICS V L. midclavicularis sinistra
Batas kanan atas : ICS II L.Parasternalis dextra
Batas kanan bawah : ICS IV L.Parasternal dextra
 Auskultasi : S1S2 Tunggal, reguler, gallop (-), murmur (-)
Paru
 Inspeksi : simetris, retraksi (-/-), ketinggalan gerak (-/-)
 Palpasi : fokal fremitus kanan = kiri
 Perkusi : Paru kanan sonor = paru kiri
 Auskultasi : suara dasar vesikuler, suara tambahan
whezzing (-/-), ronkhi (-/-)
Abdomen
 Inspeksi : Datar, luka operasi (-)
 Palpasi : Supel, nyeri tekan (-), tak teraba massa, hepar
lien tidak teraba
 Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen
 Auskultasi : Bising usus (+) N

Ekstremitas
Atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Lanjutan…
Status Psikiatri Singkat
 Emosi dan Afek : adekuat
 Proses Berfikir
 Bentuk : logis, realistis
 Arus : koheren
 Isi : waham (-) halusinasi (-)
 Kecerdasan : dbn
 Pencerapan : dbn
 Kemauan : dbn
 Psikomotor : dbn
 Ingatan : dbn
STATUS NEUROLOGIK Lanjutan...

• Keadaan Umum
• Kesadaran
• Kwalitatif : compos mentis
• Kuantitatif : GCS 4-5-6
• Pembicaraan
• Monoton :-
• Scanning :-
• Afasia :-
PEMERIKSAAN KHUSUS

1. RANGSANGAN SELAPUT OTAK


 Kaku Kuduk : negatif
 Kernig : negatif
 Brudzinski I : negatif
 Brundzinski II : negatif

2. LASEQUETEST : negatif
Pemeriksaan Nervus Kranialis

N. VII
KANAN KIRI
• Menutup kedua mata • Baik • Sulit
• Kembungkan pipi • Baik • Tidak adekuat
• Menyeringai • Baik • Mulut deviasi
ke kanan

• Angkat alis • Baik • Sulit diangkat


• Kerutan dahi • Baik • Dahi tdk
mengerut
• Sudut mulut • Baik • Hilang
• Lagophtalmus • (-) • (+)
 EXTREMITAS

A. SUPERIOR

Inspeksi : atrofi (-), hipertrofi (-), deformitas ( -)


Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal (-)
Perkusi : miotonik -/-, mioedema ; -/-
Motorik
 Kekuatan otot
 Lengan Kanan Kiri
- M. Deltoid (abduksi lengan atas) : 5 5
- M. Biceps (flexi lengan bawah) : 5 5
- M.Triceps (ekstensi lengan bawah) : 5 5
- Flexi sendi pergelangan tangan : 5 5
- Extensi sendi pergelangan tangan : 5 5
- Membuka jari-jari tangan : 5 5
- Menutup jari-jari tangan : 5 5
 Tonus otot : Normal Normal
 Refleks fisiologis : BPR : (+)Normal (+)Normal
TPR : (+)Normal (+)Normal
 Refleks patologis : Hoffman : (-) (-)
Tromner : (-) (-)
 INFERIOR
Inspeksi : atrofi (-), hipertrofi (-), deformitas ( -)
Palpasi : nyeri tekan (-), konsistensi kenyal (-)
Perkusi : miotonik ; -/-, mioedema ; -/-
Kekuatan otot
 Tungkai
Kanan Kiri
 Flexi articulatio coxae (tungkai atas) : 5 5
 Extensi articulatio coxae (tungkai atas) : 5 5
 Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
 Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
 Flexi plantar kaki : 5 5
 Extensi dorsal kaki : 5 5
 Gerakan jari-jari : 5 5
 Kanan Kiri
 Tonus otot : Normal Normal
 Refleks fisiologis : KPR: (+) Normal (+) Normal
APR: (+) Normal (+) Normal
 Refleks patologis:
 Babinsky : (-) (-)
Chaddok : (-) (-)
Openheim : (-) (-)
Gordon : (-) (-)
Gonda : (-) (-)
Scaeffer : (-) (-)
 GAIT DAN KESEIMBANGAN
 Jari tangan – jari tangan : dbn
 Jari tangan – hidung : dbn
 Ibu jari kaki – jari tangan : dbn
 Tapping dengan jari-jari tangan : dbn
 Tapping dengan jari-jari kaki : dbn
 Jalan di atas tumit : dbn
 Jalan di atas jari kaki : dbn
 Tandem walking : dbn
 Jalan lurus lalu putar : dbn
 Jalan mundur : dbn
 Hopping : dbn
 Berdiri dengan satu kaki : dbn
 Romber test, jatuh ke :-
DIAGNOSA
 Diagnosa Klinis : Parese N.VII sinistra perifer
 Diagnosa Topis : N.VII perifer sinistra
 Diagnosa Etiologi : Bell’s Palsy sinistra
TERAPI
Non farmakologis
 Latihan otot-otot ekspresi wajah
 Tiap malam sebelum mau tidur, mata sebelah kiri di
plester gunanya melatih mata yang tidak menutup supaya
dapat melindungi mata saat tidur.
TERAPI
Farmakologis
 Mecobalamin 3x1
 Neurodex 1x1

Non Farmakologis
 Konsul Rehabilitasi Medik
PROGNOSIS
 Quo ad vitam : dubia ad bonam
 Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
BELL’S PALSY

TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Bell’s Palsy (BP) adalah:
 kelumpuhan fasialis tipe LMN
 akibat paralisis nervus fasial perifer,
 terjadi secara akut, dan
 penyebabnya tidak diketahui

Bachrudin, Sp.S (2013:65)


EPIDEMIOLOGI
 Dapat ditemukan pada semua umur
 DM berisiko 29% lebih tinggi dibanding non DM
 L:P = 1:1 namun wanita muda (10-19 th) lebih rentan terkena
BP daripada laki-laki pada kelompok umur yang sama
 Kehamilan trimester III & 2 minggu post partum > wanita tidak
hamil

Bachrudin, Sp.S (2013:65)


ETIOLOGI
 Idiopatik
 HSV (Herpes Simpleks Virus) = baru-baru ini telah diidentifikasi
gen HSV dalam ganglion genikulatum pada pasien BP.

Bachrudin, Sp.S (2013:66)


PATOFISIOLOGI
Proses inflamasi akut pada N.VII (fascialis)

Diameter N.VII meningkat

Terjadi kompresi nervus saat melalui tulang temporal


(perjalanan nervus VII keluar dari tulang temporal melalui kanalis fascialis
yang berbentuk corong dan menyempit pada pintu keluar

Gangguan konduksi

Kelumpuhan N. fascialis

Bachrudin, Sp.S (2013:66)


MANIFESTASI KLINIK
Gejala Umum
 Keluhan biasanya dirasakan bangun tidur
 Mulut mencong terutama pada saat meringis
 Lagoftalmos (kelopak mata tidak dapat dipejamkan)
 Bell’s phenomen (ketika px disuruh menutup kelopak mata, bola
mata tampak berputar ke atas)
 Tidak dapat bersiul/meniup
 Bila minum = air keluar dari sisi mulut yang lumpuh

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


MANIFESTASI KLINIK
Lesi diluar foramen stilomastoideus
 Mulut tertarik ke arah sisi mulut yang sehat
 Makanan berkumpul di antar pipi dan gusi, dan sensasi dalam
(deep sensation) di wajah menghilang
 Apabila mata yang terkena tidak tertutup atau tidak dilindungi
maka air mata akan keluar terus menerus

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


MANIFESTASI KLINIK
Lesi di kanalis fasialis (melibatkan khorda timpani)
 Gejala dan tanda klinik seperti pada (a)
 Hilangnya ketajaman pengecapan lidah (ageusia) (2/3 bagian
depan) -> menunjukkan terlibatnya n. intermedius, sekaligus
menunjukkan lesi di daerah antara pons dan titik di mana
khorda timpani bergabung dengan n. fasialis di kanalis fasialis
 Salivasi di sisi yang terkena berkurang.

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


MANIFESTASI KLINIK
Lesi di kanalis fasialis lebih tinggi lagi (melibatkan muskulus
stapedius)
 Gejala dan tanda klinik seperti pada (a) dan (b)
 Adanya hiperakusis

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


MANIFESTASI KLINIK
Lesi di tempat yang lebih tinggi lagi (melibatkan ganglion
genikulatum)
 Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), dan (c)
 Nyeri di belakang dan di dalam liang telinga

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


MANIFESTASI KLINIK
Lesi di kanalis daerah meatus akustikus interna
 Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), (c), dan (d)
 Tuli sebagai akibat dari terlibatnya n. akustikus

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


MANIFESTASI KLINIK
Lesi di tempat keluarnya n. fasialis dari pons
 Gejala dan tanda klinik seperti pada (a), (b), (c), (d), (e)
 Terlibatnya n. trigeminus, n. akustikus, dan kadang-kadang n.
abdusens, n. aksesorius, dan n. hipoglosus.

Bachrudin, Sp.S (2013:67)


DIAGNOSIS
 Diagnosis Bell’s palsy dapat ditegakkan dengan melakukan
anamnesis dan pemeriksaan fisis.
 Pada pemeriksaan nervus kranialis akan didapatkan adanya
parese dari nervus fasialis yang menyebabkan bibir mencong,
tidak dapat memejamkan mata dan adanya rasa nyeri pada
telinga.
 Hiperakusis dan augesia juga dapat ditemukan. Harus
dibedakan antara lesi UMN dan LMN. Pada Bell’s palsy lesinya
bersifat LMN.
Pemeriksaan neurologi
Pemeriksaan motorik nervus fasialis.
 Mengerutkan dahi : lipatan kulit dahi hanya tampak pada sisi
yang sehat saja.
 Mengangkat alis : alis pada sisi yang sakit tidak dapat diangkat
 Memejamkan mata dengan kuat : pada sisi yang sakit kelompak
mata tidak dapat menutupi bola mata dan berputarnya bola
mata ke atas dapat dilihat. Hal tersebut dikenal Fenomena Bell.
Selain itu dapat dilihat juga bahwa gerakan kelopak mata yang
sakit lebih lambat dibandingkan dengan gerakan kelopak mata
yang sehat, hal ini dikenal sebagai Lagoftalmus.
 Mengembungkan pipi : pada sisi yang tidak sehat pipi tidak
dapat dikembungkan.
 Pasien disuruh utnuk memperlihatkan gigi geliginya atau
disuruh meringis menyeringai : sudut mulut sisi yang lumpuh
tidak dapat diangkat sehingga mulut tampaknya mencong ke
arah sehat. Dan juga sulcus nasolabialis pada sisi wajah yang
sakit mendatar.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji kepekaan saraf (nerve excitability test)
Membandingkan kontraksi otot wajah kiri dan kanan setelah
diberi rangsang listrik. Perbedaan rangsang lebih 3,5 mA
menunjukkan keadaan patologik dan jika lebih 20 mA
menunjukkan kerusakan n. fasialis ireversible
 Uji konduksi saraf (nerve conduction test)
Menentukan derajat denervasi dg cara mengukur kecepatan
hantaran listrik pada n. fasialis kiri dan kanan
 Elektromiografi
Pemeriksaan yg menggambarkan masih berfungsi atau tidaknya
otot wajah
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Uji fungsi pengecap 2/3 bagian depan lidah
Gangguan rasa kecap pd BP menunjukkan letak lesi n. fasialis
setinggi khorda timpani atau proksimalnya
 Uji Schrimer
kertas filter khusus -> diletakkan di belakang kelopak mata
bagian bawah kiri dan kanan
Penilaian : dilihat rembesan air mata pada kertas filter;
berkurang atau mengeringnya air mata menunjukkan lesi n.
fasialis setinggi ganglion genikulatum
TATA LAKSANA
1. Istirahat terutama pada keadaan akut
2. Medikamentosa
Prednison 3 mg/kg/BB/hari sampai ada perbaikan, kemudian
diturunkan bertahap selama 2 minggu.
Tujuan: untuk mengurangi inflamasi nervus serta reinervasi.
3. Fisioterapi
Dikerjakan seiring dg pengobatan medikamentosa
Tujuan: mempertahankan tonus otot yang lumpuh
Cara: massage otot wajah selama 5’ pagi-sore
4. Operasi
Tidak dianjurkan pada anak-anak karena dapat menimbulkan komplikasi lokal
maupun intrakranial

Dilakukan bila:
 Tidak terjadi penyembuhan spontan
 Tidak membaik dg prednison
 Pada pemeriksaan elektrik terdapat denervasi total

Tindakan operatif yang dapat dilakukan:


 dekomprsi N.VII (membuka kanalis fascialis pars piramidalis mulai dari foramen
stilomastoideum
 operasi plastik untuk kosmetik (muscle sling)

Bachrudin, Sp.S (2013:70)


KOMPLIKASI
 Crocodile tears phenomenon
 Kontraktur otot wajah
 Sinkinesis
 Clonic facial spasm
 Ptosis alis
 Bell’s palsy rekuren

Bachrudin, Sp.S (2013:70)


PROGNOSIS
 85% memperlihatkan tanda-tanda perbaikan pd minggu ketiga
setelah onset
 15% kesembuhan pada 3-6 bulan kemudian
 Faktor resiko yang memperburuk prognosis :
 Usia diatas 60th
 Paralisis komplit
 Menurunnya fungsi pengecapan atau aliran saliva pada sisi yang lumpuh
 Nyeri pada bagian belakang telinga
 Berkurangnya air mata

Bachrudin, Sp.S (2013:71)

Anda mungkin juga menyukai