Anda di halaman 1dari 30

1

LAPORAN KASUS

BELL’S PALSY
Oleh:
ALAMUL HUDA
FAB 118 107

Pembimbing:
dr. HYGEA TALITA PATRISIA TOEMON, Sp. S.

KEPANITERAAN KLINIK SMF NEUROLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS
PALANGKARAYA
RSUD dr. DORIS SYLVANUS
2019
2

PENDAHULUAN
Bell’s palsy (BP) :
• paresis nervus fasialis perifer
• bersifat akut
• penyebabnya tidak diketahui pasti (idiopatik)
• Apabila faktor penyebab jelas maka disebut paralisis
fasialis perifer dan bukan bell’s palsy

• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua


kelumpuhan saraf fasialis perifer akut

• Terdapat 10–30 pasien per 100.000 populasi per


tahun dan meningkat sesuai pertambahan umur

Quality Standards Subcommittee of the American


Academy of Neurology (AAN) :
steroid merupakan obat yang efektif dan antiviral
(asiklovir) merupakan obat yang mungkin efektif dalam
meningkatkan probabilitas pemulihan fungsi nervus
fasialis
3

Identitas pasien

LAPORAN Nama
Umur
: Tn. G
: 55 Tahun
Jenis Kelamin : Laki-Laki
KASUS Alamat : Jl. Badak XII No. 26
Pekerjaan : Swasta
Agama : Katholik
Tanggal Pemeriksaan: 18 Juli 2019

Keluhan utama :
Mulut mencong ke kanan sejak 1 hari yang lalu

Riwayat Penyakit Sekarang :


Pasien mengeluhkan mulut mencong ke kanan sejak 1 hari yang lalu. Keluhan
dirasakan terutama saat pasien berkumur-kumur di pagi hari dan merasakan air
keluar dari mulutnya. Di pagi hari saat bangun pagi , mulut penderita mencong ke
kanan, mata kiri tidak menutup sempurna sehingga terasa perih dan berair,
pipi terasa kencang. Sisi wajah sebelah kiri terasa tebal, kaku, dan
bergerak sendiri. Makan baik, bila minum air sering keluar dari sisi mulut
sebelah kiri. Tidak ada keluhan nyeri di sekitar telinga kiri. Riwayat keluar
cairan dari telinga kiri tidak ada, tidak ada gangguan pendengaran. Keluhan
pusing berputar, gangguan pendengaran, rasa makanan berkurang,
demam, batuk, pilek tidak ada. Pasien memiliki riwayat tidur di lantai dan
menggunakan kipas angin saat malam hari sebelumnya.
4

Riwayat Penyakit Dahulu :


• Riwayat keluhan yang sama sebelumnya tidak ada.
• Riwayat diabetes, hipertensi, dan trauma tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga :


Hanya penderita yang sakit seperti ini.

Riwayat Sosial :
Pasien adalah seorang ibu rumah tangga. Kebiasaan pasien
setiap hari adalah pergi ke pasar jam 5 pagi dan jarang
menggunakan helm. Pasien sering tidur di lantai dan
menggunakan kipas angin karena cuaca sangat panas.
Pasien adalah pengguna jaminankesehatan JKBM.
5

Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis Pemeriksaan Fisik
GCS : E4V5M6
Tanda vital : TD 130/90 mmHg; N
64x/m; R 20x/m; S 36.3°C

Status General
Kepala : Normocephali
Mata : anemia -/-, ikt-/-
THT : dalam batas normal; wajah tidak ditemukan vesikel
pada daerah sekitar telinga dan tidak terdapat
pembengkakan atau massa pada kelenjer parotis
Thorax : Cor : S1S2 normal, murmur (-)
Pulmo : vesikuler +/+, ronkhi -/-, wheezing -/-
Abdomen : distensi (-),bising usus normal, hepar dan lien
tidak teraba
Ekstremitas : dalam batas normal.
6
Status Neurologi

Kepala
Bentuk : mesosefal
Simetri : (+)
Nyeri tekan : (-)
Pulsasi : (-)

Leher
Sikap : tegak
Pergerakan : bebas ke segala arah
Kaku kuduk : (-)

Saraf otak
7
8
9

Extremitas
A. Superior
Inspeksi
Atrofi otot : ( - )
Pseudohypertrofi: ( - )
Palpasi
Nyeri :(-)
kontraktur : ( - )
konsistensi : lembek
Perkusi
normal : normal
reaksi myotonik : ( - )
10

Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan
minimal (75 %), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt
menggerakan sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot (10%),
0 = tidak ada gerak sama sekali (0%).

Lengan kanan kiri


M. Deltoid (abduksi lengan atas) : 5 5
M. biceps (flexi lengan bawah) : 5 5
- M. Triceps (ekstensi lengan bawah) : 5 5
- Flexi sendi pergelangan tangan : 5 5
- Ekstensi pergelangan tangan : 5 5
- Membuka jari – jari tangan : 5 5
- Menutup jari – jari tangan : 5 5
11

• Tonus otot
- tonus otot lengan (N) (N)
- hypotoni (-) (-)
- Spastik (-) (-)
- rigid (-) (-)
- rebound Phenomen tidak dilakukan

• Refleks fisiologis
- B P R (+) (+)
- T P R (+) (+)

• Refleks Patologis
- Hoffman (-) (-)
- tromner (-) (-)
12

SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tidak dilakukan
Propioseptik : tidak dilakukan
Enteroseptik : tidak dilakukan
Rasa kombinasi : tidak dilakukan

B. Inferior
inspeksi : normal
palpasi : normal
perkusi : normal
13

Motorik
Kekuatan otot
( N.B : 5 = normal (100%) , 4 = dpt melawan tahanan
minimal (75 %), 3= dpt melawan gravitasi (50%), 2= dpt
menggerakan sendi (25%), 1 = msh ada kontraksi otot
(10%), 0 = tidak ada gerak sama sekali (0%).

Tungkai kanan kiri


- Flexi artic coxae (tungkai atas) : 5 5
- Extensi artic coxae (tungkai atas) : 5 5
- Flexi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
- Extensi sendi lutut (tungkai bawah) : 5 5
- Flexi plantar kaki : 5 5
- Ekxtensi dorsal kaki : 5 5
- Gerakan jari-jari : 5 5
14

Tonus otot tungkai KANAN KIRI


- hypotoni (-) (-)
- Spastik (-) (-)
- rigid (-) (-)
- rebound Phenomenon (-) (-)
Refleks fisiologis
- KPR (+) (+)
- BPR (+) (+)
Refleks patologis
 Babinsky (-) (-)

 Chaddok (-) (-)


 Openheim (-) (-)
• Gordon (-) (-)
 Gonda (-) (-)
 Schaeffer (-) (-)
 Rossolimo (-) (-)
 Mendel-Bechterew (-) (-)
 Stransky (-) (-)
15

SENSIBILITAS
Eksteroseptik : tdk dilakukan
Propioseptik : tdk dilakukan
Enteroseptik : tdk dilakukan
Rasa kombinasi : tdk dilakukan
16

Gait dan keseimbangan

Koordinasi
Jari tangan-jari tangan : (+)
Jari tangan-hidung : (+)
Ibu jari kaki-tangan : tdk dilakukan
Tumit-lutut : tdk dilakukan
Pronasi-supinasi : tdk dilakukan
Tapping dgn jari-jari tangan : tdk dilakukan
Tapping dgn jari-jari kaki : tdk dilakukan

Gait station : tdk dilakukan


Fungsi luhur : dbn
Refleks-refleks primitif : -
Susunan saraf otonom : dbn
17
Diagnosis
Diagnosa klinis : Bell’s Palsy Sinistra

Diagnosa topis : Sekitar foramen stilomastoideus

Diagnosa etiologi : Idiopatik

Fungsional : Penurunan kemampuan fungsional


dalam melakukan aktivitas sehari-hari (makan/mengunyah,
minum/berkumur, tersenyum)

Terapi
• Methylprednisolone 3x4 mg
• Mecobalamin 3x 1 tab
• Fisioterapi

Prognosis
Ad vitam : dubius ad bonam
Ad fungsional : dubius ad bonam
18

TINJAUAN PUSTAKA
19

Bell’s palsy adalah kelumpuhan nervus fasialis perifer (N.VII),


terjadi secara akut dan penyebabnya tidak diketahui
(idiopatik) atau tidak menyertai penyakit lain yang
dapat mengakibatkan lesi nervus fasialis

• Insiden BP dilaporkan sekitar 40-70% dari semua


kelumpuhan saraf fasialis perifer akut

• Prevalensi rata-rata berkisar antara 10–30 pasien per


100.000 populasi per tahun dan meningkat sesuai
pertambahan umur

• terbanyak pada usia 21–30 tahun.

• Lebih sering terjadi pada wanita daripada pria

• adanya riwayat terpapar udara dingin seperti naik


kendaraan dengan kaca terbuka, tidur di lantai atau
bergadang sebelum menderita bell’s palsy
20
4 teori etiologi Bell’s palsy Patofisiologi Bell’s Palsy

Teori
iskemik
vaskuler

Teori
infeksi
virus

Teori Teori
herediter imunologi
21
Gambaran Klinis • timbul secara mendadak
• penderita menyadari
adanya kelumpuhan pada
salah satu sisi wajahnya
pada waktu bangun pagi,
bercermin atau saat sikat
gigi/berkumur
• Bell’s palsy hampir selalu
unilateral.
• Pada sisi wajah yang
terkena, ekspresi akan
menghilang sehingga
lipatan nasolabialis akan
menghilang
• kedipan mata berkurang
22
Diagnosis Diagnosa Banding

Otitis Media
Herpes Zoster
Supurativa dan
PEMERIKSAA Otikus
ANAMNESIS
N FISIK
Mastoiditis

Sindroma
Guillain – Barre
Trauma kapitis
dan Miastenia
Gravis
PEMERIKSAA
PEMERIKSAA
N
N NEUROLOGI
PENUNJANG
Tumor
Leukimia
Intrakranialis
23
Istirahat
terutama pada
keadaan akut

Kortikosteroid :
• steroid sangat efektif dan harus digunakan
untuk meningkatkan kemungkinan
pemulihan kembali fungsi nervus fasialis.
• Dosis : 60 mg/hari selama 5 hari lalu
dilakukan penurunan dosis dalam waktu 5
hari berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari
Terapi Medikamentosa
Antiviral :
• Dosis Acyclovir diberikan 400 mg 5 kali
sehari selama 10 hari atau Valaciclovir 500
mg 2 kali sehari selama 5 hari
• Bell’s palsy awitan awal  antiviral yang
dikombinasikan dengan steroid tidak
meningkatkan probabilitas pemulihan
kembali nervus fasilalis >7%
Fisioterapi

Operasi
24

Komplikasi Prognosis

Prognosis Bell’s palsy baik yaitu sekitar 80-


90% penderita sembuh dalam waktu 6
Crocodile tear phenomene
minggu sampai tiga bulan tiga bulan tanpa
ada kecacatan

Synkinesis Penderita yang berumur 60 tahun atau lebih,


mempunyai peluang 40% sembuh total dan
beresiko tinggi meninggalkan gejala sisa
Tic Facialis sampai
Hemifacial Spasme Jika tidak sembuh dalam waktu 4 bulan, maka
penderita cenderung meninggalkan gejala sisa

Hanya 23 % kasus Bells palsy yang


mengenai kedua sisi wajah

Bell’s palsy kambuh pada 10-15 % penderita

Sekitar 30 % penderita yang kambuh


ipsilateral menderita tumor N. VII atau
tumor kelenjar parotis
25

PEMBAHASAN
26

• Tidak didapati perbedaan insiden


Pada pasien ini didapatkan antara iklim panas maupun dingin
riwayat tidur di lantai dan • Pada beberapa penderita didapatkan
menggunakan kipas angin saat adanya riwayat terpapar udara dingin
malam hari sebelumnya seperti naik kendaraan dengan kaca
terbuka, tidur di lantai atau bergadang
sebelum menderita bell’s palsy.
Anamnesis :
didapatkan bahwa terdapat
kelumpuhan pada nervus fasialis tipe
perifer :
• mulut pasien mencong ke kanan Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis
• mata kiri tidak menutup serta beberapa pemeriksaan fisik, dalam hal ini
sempurna yaitu pemeriksaan neurologis.
• pipi terasa kencang
• Sisi wajah sebelah kiri terasa
tebal, kaku, dan bergerak sendiri Pada Bell’s palsy ditemukan adanya lesi nervus
Pemeriksaan Fisik: fasialis (N.VII) perifer yang dapat dinilai saat
kelemahan pada otot wajah sisi kiri pasien dalam keadaan diam dan saat gerak
dan menunjukkan lesi pada N.VII (kontraksi otot-otot yang dipersarafi N.VII)
perifer

Lesi di luar foramen stylomastoideus


27

Pemeriksaan laboratorium, CT Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang


scan, MRI dan elektrodiagnostik spesifik untuk mendiagnosis kasus Bell’s
tidak dilakukan pada pasien ini palsy, kecuali bila dicurigai adanya
penyebab yang lain.

Pada pasien ini kortikosteroid kita


berikan pada hari kedua onset Pada pasien Bell’s palsy dengan onset yang
penyakit dengan dosis baru, steroid sangat efektif dan harus
3x 4 mg methylprednisolone
digunakan untuk meningkatkan
yang direncanakan diturunkan
dosisnya pada hari kelima kemungkinan pemulihan kembali fungsi
nervus fasialis.
dosis prednisolon yang digunakan adalah
Pemberian methylprednisolone 60 mg/hari selama 5 hari lalu dilakukan
yang minimal pada kasus ini adalah penurunan dosis dalam waktu 5 hari
karena pertimbangan efek samping
berikutnya yaitu diturunkan 10 mg/hari.
seperti mual muntah yang sering
terjadi dengan dosis prednisolone
60 mg/hari
28

Pada penelitian yang dilakukan oleh ANA


tahun 2012 didapatkan bahwa pada pasien
dengan Bell’s palsy awitan awal, antiviral
yang dikombinasikan dengan steroid tidak
Pada pasien ini tidak meningkatkan probabilitas pemulihan
diberikan antivirus kembali nervus fasilalis >7%

pasien dapat diberikan antiviral tetapi


diinformasikan mengenai keuntungan
antiviral yang belum dapat dibuktikan

pasien dirujuk ke bagian Fisioterapi sering dikerjakan bersama-sama


rehabilitasi medik untuk pemberian kortikosteroid, dapat dianjurkan
dilakukan fisioterapi. pada stadium akut. Tujuan fisioterapi untuk
mempertahankan tonus otot yang lumpuh.
29

TERIMA KASIH
30

DAFTAR PUSTAKA
1. Ropper AH, Brown RH. Bell’s Palsy Disease Of The Cranial Nerve. Adams and
Victor’s Principles of Neurology.8th ed. New York : McGraw Hill,2005.p.1181-4.
2. Taylor DC, Zachariah, S., Khoromi, S. Bell’s Palsy. in: Benbadis SR, editor. Available
at: http://emedicine.medscape.com/article/1146903. Accessed on: March 16 th, 2016
3. Bell’s palsy. Available at: http://www.nhs.uk/Conditions/Bells-
palsy/Pages/Symptoms.aspx. Accessed on: March 16 th, 2016
4. Greco A, Gallo A, Fusconi M, Marinelli C, Macri GF, de Vincentiis M. Bell's palsy and
autoimmunity. Elsevier: Autoimmunity Reviews 2012:12:323–328.
5. Lumbantobing SM. Neurologi Klinik: Pemeriksaan Fisik dan Mental. Jakarta: Balai
Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,2008.p.59-68.
6. Mardjono M. Sidharta P. Nervus Fasialis dan Patologinya. Neurologi Klinis Dasar, 5 th
ed. Jakarta : PT Dian Rakyat, 2005.p.159-63.
7. Baehr M, Frotscher. Facial Nerve and Nervus Intermedius. M. Duus’ Topical
Diagnosis in Neurology. Stuttgart: Thieme, 2005.p.167-74.
8. Baugh RF, Basura GJ, Ishii LE, Schwartz SR, Drumheller CM, Burkholder R, et al.
Clinical Practice Guideline: Bell’s Palsy. SAGE: American Academy of
Otolaryngology—Head and Neck Surgery Foundation 2013:149:1-27.

Anda mungkin juga menyukai