Komponen Berpikir Kritis
Komponen Berpikir Kritis
1710711014
KOMPETENSI BERPIKIR KRITIS
Menurut Kataoka-Yohiro dan Saylor (1994), kompetensi berpikir kritis merupakan proses
kognitif yang digunakan perawat untuk membuat penilaian terhadap perawatan klinis
klien. Hal ini meliputi pemikiran kritis umum, pemikiran kritis spesifik terhadap satu
keadaan klinis, dan pemikiran kritis pada keperawatan.
A. Pemikiran kritis umum
Pemikiran kritis umum merupakan proses yang tidak khas pada keperawatan, meliputi
metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan.
1) Metode ilmiah
Metode ilmiah adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah dengan menggunakan
alasan yang kuat dengan pendekatan cara yang sistematis dan bertingkat. Metode
ilmiah memiliki lima tingkat, yaitu: identifikasi masalah, pengumpulan data, pembentukan
pertanyaan penelitian atau hipotesis, uji hipotesis, dan evaluasi hasil penelitian
2) Pemecahan masalah
Pemecahan masalah adalah salah satu cara perawat untuk menemukan masalah yang
dihadapi klien. Kita bisa menggunakan informasi dan pengetahuan yang telah kita punya
untuk memecahkan masalah. Pemecahan masalah yang efektif meliputi evaluasi secara
terus-menerus terhadap cara pemecahan masalah itu sendiri untuk
memastikan bahwa hal tersebut efektif. Jika masalah timbul kembali, maka diperlukan
cara lain untuk memecahkan masalah tersebut.
3) Pengambilan keputusan
Pengambilan keputusan adalah suatu produk dari pemikiran kritis yang bertujuan untuk
memecahkan masalah. Dalam membuat keputusan, seseorang harus mengenali dan
mendefinisikan adanya masalah atau situasi dan menganalisis seluruh pilihan yang ada.
Pilihan tersebut harus dicocokkan dengan kriteria yang dipunyai (pengalaman, keramahan,
dan reputasi), mencoba pilihan yang mungkin diambil, mempertimbangkan konsekuensi
dari keputusan yang diambil, dan membuat keputusan akhir. Pengambilan keputusan
dapat melangkah mundur dan maju dalam mempertimbangkan semua kriteria.
B. Pemikiran kritis spesifik terhadap satu keadaan klinis
1) Penentuan diagnosis, merupakan proses untuk menentukan status kesehatan setelah
menganalisis perilaku, tanda, dan gejala yang ada pada klien. Penentuan diagnosis
dimulai segera setelah perawat menerima informasi mengenai klien dan pada saat
perawat berinteraksi dengan klien atau pada saat melakukan observasi fisik atau
perilaku. Perawat tidak membuat diagnosis penyakit, melainkan menganalisis,
mengamati dengan ketat, dan membandingkan gejala dan tanda penyakit yang
biasanya dialami oleh klien dengan diagnosis penyakit tertentu.