Kataoka-Yohiro dan Saylor (1994) dalam (Simamora, 2013) menggambarkan
Kompetensi berpikir kritis sebagai proses kognitif yang digunakan perawat untuk membuat dan penilaian terhadap perawatan klinis klien Hal ini meliputi kompetensi pemikiran kritis umum, kompetensi pemikiran kritis spesifik terhadap satu keadaan klinis, dan komptensi pemikiran kritis spesifik dalam keperawatan. Pemikiran kritis umum merupakan proses yang tidak khas dalam keperawatan. Hal tersebut meliputi metode ilmiah, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan . kompetensi pemikiran yangspesifik pada situasi klinis meliputi penjelasan diagnostic, kesimpulan klinis, dan pengambilan keputusan klinis. Menurut (Simamora, 2013) kompetensi pemikiran kritis dalam keperawatan berhubungan dengan proses keperawatan. Kompetensi berpikir kritis dalam keperawatan antara lain : Metode ilmiah yang dimana merupakan cara pendekatan sistematis dan bertingkat yang digunakan untuk mengumpulkan data dan memecahkan masalah dengan menggunakan alasan yang kuat serta dengan metode ilimiah ini perawat bisa mencari kebenaran atau mengkonfirmasi suatu data. Metode ilmiah ini digunakan oleh para akademisi seperti kedokteran, keperawatan, dan berbagai disiplin ilmu lainnya. Metode ilmiah ini memiliki 5 tingkatan yaitu : Identifikasi masalah, pengumpulan data, pembentukan pertanyaan penelitian atau hipotesis, uji hipotesis, dan evaluasi hasil penelitian. Pemecahan masalah merupakan suatu keadaan dimana seseorang dihadapkan kepada persoalan yang mendesak dan di perlukan suatu pemikiran untuk menyelesaikan suatu masalah. Dengan cara mengevaluasi secara terus menerus terhadap cara memecahkan masalah tersebut dan untuk memastikan apakah hal tersebut efektif. Jika masalah tersebut timbul kembali, maka seorang perawat perlu untuk memecahkan masalah dengan menggunakan pilihan lain. Setelah perawat menemukan informasi tentang masalah dari pasien, makas selanjutnya perawat memberikan solusi pemecahan masalah yang efektif. Dengan memecahkan masalah pada suatu situasi atau keadaan akan menambah pengalaman serta pengetahuan seorang perawat yang nantinya bisa diterapkannya pada pasien lainnya. Pengambilan keputusan adalah suatu tindakan dari pemikiran kritis yang bertujuan untuk memecahkan masalah atau menyelesaikan suatu masalah. Untuk membuat keputusan, seorang perawat harus mengenali dan mendefinisikan adanya masalah atau situasi dan menganalisisnya secara menyeluruh pada pilihan yang ada. Pengalaman keputusan klinis adalah pemecahan masalah yang berfokus pada penentuan masalah pasien dan memilih penatalaksanaan yang tepat (Smith Higuchi dan Donald, 2002) dalam (Simamora, 2013). Pengambilan keputusan klinis ini memerlukan penilaian yang hati-hati agar perawat dapat menentukan pilihan yang tepat bagi pasien. Penentuan diagnosis merupakan proses untuk menentukan status kesehatan pasien, setelah menganalisis perilaku, gejala, dan tanda-tanda yang aa pad pasien. Penentuan diagnosis dimulai pada saat mengobservasi fisik atau perilaku pasien. Setelah informasi diperoleh dan dianalisis kemudian digunakan unuk menetukan diagnosis dengan menyediakan data status pasien dengan jelas. Bagian dari penentuan diagnosis adalah inferensi dimana maksudnya adalah proses untuk menggambarkan kesimpulan yang disusun dari beberapa bukti yang saling berhubungan (Smith Higuchi dan Donald, 2002) dalam (Simamora, 2013). Inferensi ini mencakup pembentukan pola informasi dari data sebelum ditentukannya diagnosis. Perawat tidak menentukan diagnosis penyakit, melainkan mengaalisis, mengamati, dan membandingkan gejala dan tanda penyakit yang biasa dialami oleh pasien. Tipe penentuan diagnosis yang dilakukan oleh perawat ini membantu dokter atau tim medis lainnya untuk mendeteksi penyakit lebih tepat dan memberikan terapi yang cepat.
Pengambilan keputusan dalam 4 langkah: Strategi dan langkah operasional untuk pengambilan keputusan dan pilihan yang efektif dalam konteks yang tidak pasti