Anda di halaman 1dari 31

TABLET DITAHAN DI LAMBUNG

•Juniya
•Rista Monica A. (17334718)
•Riris
•Ruth
•Siti Munawaroh (17334746)
• Lambung adalah organ yang memiliki kapasitas penyimpanan &
pencampuran.
• Salah satu sediaan pelepasan obat dimodifikasi adalah sediaan
dengan pelepasan diperlambat.
• Bentuk sediaan dapat dipertahankan di dalam lambung disebut
Gastro Retentive Drug Delivery System (GRDDS).
• GRDDS dapat memperbaiki pengontrolan penghantaran obat yang
memiliki indeks terapetik sempit dan diabsorbsi dengan baik di
lambung.
• Sistem Mengapung (Floating System) pertama
kali diperkenalkan Davis (1968)
ANATOMI LAMBUNG
Histologi lambung
1. Lapisan mukosa
2. Lap. sub mukosa
3. Lap. Muskularis
4. Lap. serosa
FASE PENCERNAAN
• sistem lepas lambat yang
menghantarkan zat aktif
dan didesain tinggal di
dalam saluran cerna
selama keadaan puasa
mampu menghindari kerja
fase III.
• Untuk meningkatkan waktu
tinggal zat aktif dalam
saluran cerna (Chien,
1992).
TABLET
• Tablet = sediaan padat mengandung bahan
obat dengan/tanpa bahan pengisi. (FI IV, Hal
4)
• Komponen:
bahan aktif & tambahan (pengisi, pengikat,dll)
Jenis tablet
a. Tablet Konvensional Biasa
b. Tablet Kempa Multi/Kempa Ganda
c. Tablet Lepas Lambat
d. Tablet lepas tunda
e. Tablet Lepas Terkendali
f. Tablet salut gula
g. Tablet salut film
h. Tablet effervescent
i. Tablet kunyah
Apa itu gastroretentive ?

 Gastro Retentive DDS merupakan sistem


penghantaran obat yang memiliki kemampuan
menahan obat di dalam saluran pencernaan
khususnya di lambung untuk memperpanjang
periode waktu.
 Setelah obat lepas selama periode waktu yang
disyaratkan, bentuk sediaan harus terdegradasi
tanpa menyebabkan gangguan pencernaan.
 Bentuk sediaan tertahan di lambung dapat
mengatur pelepasan obat yang memiliki indek
terapeutik yang sempit dan absorpsi yang baik di
lambung.
Kelebihan dan Kekurangan Gastro Retentive DDS

Kelebihan : Kekurangan :
 Meningkatkan kelarutan • Obat-obatan yang diabsorbsi
secara baik sepanjang
obat-obatan yang kurang saluran pencernaan dan
larut pada lingkungan pH yang menjalani first-pass
yang tinggi metabolisme signifikan
mungkin kurang pas untuk
 Obat dihantarkan secara GRDDS karena
terkontrol. pengosongan lambung yang
lambat dapat menyebabkan
 Meminimalkan iritasi penurunan bioavailabilitas
mukosa oleh obat, dengan sistemik.
melepaskan obat secara • Obat-obatan yang iritan
lambat pada laju yang terhadap mukosa lambung
tidak cocok untuk GRDDS.
terkontrol.
kriteria obat yang dapat diberikan dengan menggunakan sistem
Gastroretentive Drug Delivery System

 Obat yang tempat absorbsi utamanya di lambung,


contoh: Amoxicillin
 Obat yang memiliki jendela absorbsi yang sempit,
contoh: Levopoda, Methotrexate
 Obat yang bekerja lokal di dalam lambung, contoh:
obat untuk penyakit peptic ulser.
 Obat yang diabsorbsi dengan cepat di GIT, contoh:
Tetracycline
 Obat yang tergegradasi di dalam kolon, contoh:
Ranitidin, Metformin HCl
Obat yang tidak dapat diformulasikan dalam bentuk
sediaan gastroretentive drug delivery system

• Obat yang memiliki kelarutan yang terbatas


dalam pH Asam (pH lambung), contoh:
Phenitoin
• Obat yang tidak stabil dalam lingkungan
lambung, contoh: Erytromycin
• Obat yang ditujukan untuk diabsorbsi di
usus, contoh: Kortikosteroid
Faktor yang Mempengaruhi Sistem GastroRetentive

 Pemberiaan obat yang bersamaan, seperti: atropine dan


kodein mempengaruhi waktu mengambang.
 Umur, terutama orang tua diatas 70 tahun memiliki GRT
lebih lama.
 Postur, GRT dapat bervariasi antara posisi pasien tegak
dan terlentang.
 Jenis kelamin, GRT pada laki-laki lebih kecil
dibandingkan dengan wanita, terlepas dari berat badan,
tinggi badan dan tubuh permukaan.
 Kalori, GRT dapat ditingkatkan 4 sampai 10 jam dengan
makanan yang tinggi protein dan lemak.
 Frekuensi Makan, GRT dapat meningkat lebih dari 400
TAHAP PEGOSONGAN LAMBUNG
• Tahap I : Ini adalah periode diam dengan kontraksi yang jarang
berlangsung 40-60 menit.
• Tahap II : Ini berlangsung selama 20-40 menit dan terdiri dari
potensial aksi intermiten dan kontraksi yang secara bertahap
meningkatkan intensitas dan frekuensi sebagai fase berlangsung.
• Tahap III : Fase ini relatif pendek dan intens, kontraksi teratur
selama 4-6 menit. Ini adalah fase III yang mendapatkan siklus
istilah " housekeeper " gelombang, karena memungkinkan untuk
menyapu bersih semua bahan yang tercena dari perut dan turun
ke usus kecil. Telah diamati bahwa fase III dari satu siklus
mencapai akhirusus kecil, fase III dari siklus berikutnya dimulai
pada duodenum.
• Tahap IV : Ini berlangsung selama 0-5 menit. Ini terjadi antara
fase III dan tahap I dari dua siklus berturut-turut.
Sistem Swelling (sistem mengembang)

Swelling adalah suatu polimer kontak dengan


air, maka terjadi penyerapan air yang
menyebabkan polimer dapat mengembang,
sehingga obat yang terdispersi di dalam polimer
akan berdifusi keluar.
Pada sistem swelling, obat yang telah ditelan
akan dipertahankan berada di lambung dengan
cara meningkatkan ukuran sediaan lebih besar
dari pylorus.
Pada sistem swelling, sediaan akan
mengembang setelah berada dalam lambung
dalam waktu cepat dan sediaan tidak terbawa
bersama gerakan lambung melewati pylorus.
lanjutan……..

 Sediaan ini membutuhkan polimer


yang akan mengembang dalam
waktu tertentu ketika kontak dengan
cairan lambung, kemudian akan
tererosi menjadi ukuran yang lebih
kecil.
 Polimer yang digunakan harus
memiliki berat molekul yang tepat
dan dapat mengembangkan sediaan
obat.
 Contoh polimer yang dapat
digunakan seperti senyawa selulosa,
poliakrilat, poliamida, poliuretan.
Mekanisme Mengembang

 Mekanisme dasar yang


mempengaruhi
pelepasan obat adalah
obat menyebrang
(melewati) matriks,
dimana kandungan air
hidrogel meningkat dari
inti ke permukaan.
 Pelepasan obat
dipengaruhi oleh ukuran
partikel obat dan
polimer, kelarutan obat,
tipe polimer, interaksi
obat/polimer.
Suatu matrik yang mengembang yang mengandung partikel obat
• Berbagai komponen effervescent (misalnya natrium
bikarbonat, asam tartarat dan asam sitrat) ketika
bersentuhan dengan isi lambung, karbon dioksida (CO2)
dibebaskan sebagai akibat dari reaksi kimia dan
terperangkap di dalam sistem hidrokoloid yang
berembun. Kombinasi dari pembuakan dan
pembengkakan ini membantu bentuk dosis mencapai
kepadatan efektif lebih sedikit daripada cairan lambung
dan menghasilkan gerakan ke atas ke bentuk sediaan
yang mempertahankan daya apung untuk jangka waktu
yang lama.
Komponen Tablet Swelling

 Zat Aktif
 Eksipien, terdiri dari bahan pengisi, bahan pelincir,
bahan pengikat yang dibutuhkan dalam pencetakan
tablet
 Desintegran. Bahan penghancur ditambahkan untuk
memudahkan hancurnya tablet ketika kontak dengan
cairan saluran pencernaan. Dapat berfungsi menarik
air ke dalam tablet, mengembang dan menyebabkan
tablet pecah menjadi bagian-bagian. Umumnya prinsip
kerja dari bahan penghancur adalah melawan gaya
ikat dari bahan pengikat dan pengaruh kompresi
mesin tablet.
PREFORMULASI
• Preformulasi terdiri dari kata pre yang artinya
sebelum. Preformulasi meliputi pengkajian
tentang karakteristik atau sifat sifat dari bahan
obat dan bahan tambahan obat yang akan
diformulasi.
preformulasi
RANITIDINE TABLET
Ranitidin Hydrochlorida
• Pemerian : Serbuk hablur, putih sampai kuning
pucat, praktis tidak berbau, peka terhadap
cahaya dan kelembaban.
• Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, cukup
larut dalam etanol dan sukar larut dalam
kloroform.
• Titik lebur : Melebur pada suhu lebih kurang
140°, disertai peruraian.
Manitol Sodium Starch Glycolate
• Pemerian : serbuk hablur, • Pemerian : serbuk higroskopis
putih, tidak berbau, rasa agak putih atau hampir putih yang
manis mudah mengalir. Secara
• Kelarutan : larut dalam 6 mikroskopik terlihat seperti
bagian air, sukar larut dalam butiran, bentuk tidak
etanol 95%, praktis tidak larut teratur, berbentuk bulat bulat at
dalam eter au
• Suhu lebur : antara 166 – 169 berbentuk pir, berukuran 30-
100 mm
• Kelarutan : praktis tidak larut
dalam metilen klorida.
• Titik leleh : tidak meleleh
namun terlihat menghitam
pada suhu sekitar 200⁰C
PVP ( Polivinil Pirolidon ) Microcrystalline Cellulose
• Pemerian: berbentuk • Pemerian : Pembersih,
serbuk halus berwarna tidak berbau, tidak berasa,
putih sampa putih kekuning- serbuk kristal yang terdiri
kuningan, karakteristik tidak dari partikel-partikel
berbau atau hampir berbau, penyerap
higroskopis. • Kelarutan : Praktis tidak
• Kelarutan: larut dalam larut dalam air, alkohol,
asam, kloro orm, etanol aseton, toluen, cairan asam
(95%), keton, methanol dan
air. tidak larut dalam eter,
hidrokarbon, dan minyak
mineral
Magnesi Stearate Talcum
• Pemerian : serbuk • Pemerian : serbuk
halus, putih, licin, dan hablur, sangat halus
mudah melekat pada licin, mudah melekat
kulit, bau lemah khas pada kulit, bebas dari
• Kelarutan : praktis butiran , warna putih,
tidak larut dalam air, putih kelabu
dalam etanol 95% • Kelarutan : tidak larut
dan dalam eter dalam hamper semua
pelarut
Natrium Bicarbonate Kalsium Karbonat
• Pemerian : serbuk • Pemerian : serbuk
putih atau hablur hablur, putih, tidak
monoklin kecil, berbau, tidak berasa
buram, tidak berbau , • Kelarutan : praktis
rasa asin tidak larut dalam air,
• Kelarutan : larut sangat sukar larut
dalam 11 bagian air, dalam air yang
praktis tidak larut mengandung karbon
dalam Etanol 95% dioksida
Formulasi
Formula ranitidin HCl berdasarkan metode SLD

Bahan Fungsi FI(%)

Ranitidin HCl Zat Aktif 50

SSG ( Sodium Starch Superdesintegran 10


Glycolate )
Manitol Pemanis 10

Mg Stearat Lubrikan 1

Talk Glidan 2

PVP Pengikat 2

MCC Pengisi ad 100


Pembuatan Campuran Granul
Ranitidin HCl
Ranitidin HCl dibuat dengan metode granulasi basah. Bahan-
bahan pada fase dalam yaitu kecuali Mg stearat dan talk dimasukkan
ke dalam mortir lalu dicampur sampai homogen. Kemudian
tambahkan cairan pewarna hijau sebanyak 8 tetes, diaduk sampai
homogen. Lalu tambahkan larutan PVP (serbuk PVP dilarutkan
dalam aquades ±7,1 ml) kedalam campuran serbuk dengan
menambahkannya sedikit demi sedikit sambil campuran terus
diaduk hingga membentuk massa lembab yang dapat dikepal.
Selanjutnya dilakukan pengayakan basah menggunakan ayakan
no.8. Granul basah kemudian dikeringkan dalam oven pada suhu 50
°C selama ±7 jam.
Granul yang telah kering dilakukan pengayakan kering
menggunakan ayakan no.18. Selanjutnya granul kering dicampur
dengan fase luar yaitu Mg stearat dan talk sampai homogen selama
2 menit. Kemudian tambahkan natrium bikarbonat dan kalsium
karbonat mixing hingga homogen. Kemudian lanjutkan proses
pengempaan.
In Process Control (IPC) Granul
Ranitidin HCl
Dilakukan In Proses Control terhadap granul FDT ranitidin
HCl diantaranya yaitu uji moisture content (MC), uji laju alir, uji
sudut diam, uji kompresibilitas, dan uji homogenitas
campuran.
 Uji Moisture Content (MC), kadar moisture content yang
baik adalah 0,752%.
• Uji Laju Alir, dikatakan baik jika 100 gram serbuk yang diuji
memiliki laju alir =10 g/detik.
• Uji Sudut Diam, granul dikatakan mengalir bebas (free
flowing) apabila sudut diamnya lebih kecil dari 50°.
 Uji Kompresibilitas, kompresibilitas yang baik yaitu tidak
lebih dari 20%.
 Uji Homogenitas Campuran, nilai koefisien variasi (KV) tidak
boleh lebih dari 6 %.
Contoh Obat Gastroretentive Swelling System

Librozym Plus®
• Indikasi :
Sebagai terapi pengganti
(replacement therapy) pada
defisiensi enzim pankreas yang
disertai perut kembung
• Kontraindikasi :
 Penderita yang hipersensitif
terhadap salah satu komponen
obat.
 Penderita dengan kerusakan
pada saluran empedu.
Tripanzym Caplet
 Indikasi :
Kembung pada penelanan udara,
insufisiensi pankreas, gangguan hati,
empedu, lambung & usus, kembung
setelah operasi, sindroma lambung-
jantung.
Sebagai anti kembung pada
persiapan pasien untuk menjalani
radiografi/rontgen (sinar-x) sebagai
diagnosis perut, termasuk saluran
empedu dan ginjal, radiografi bagian
lumen (rongga atau terusan dalam
pipa, pembuluh, atau alat yang
dalamnya kosong), tulang belakang,
dan panggul.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai