DEFINISI
Penyakit kulit ditandai oleh adanya eritema dan skuama.
- Eritema : kemerahan pada kulit yang disebabkan oleh pelebaran
pembuluh darah kapiler yang bersifat reversible.
- Skuama : lapisan dari stratum korneum yang terlepas dari kulit.
• Terdiri dari:
Psoriasis, Parapsoriasis, Pitiriasis rosea, Eritroderma, Dermatitis seboroik
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
PSORIASIS
DEFINISI
Bersifat Autoimun
Kronik – Residif (sering kambuh)
Ditandai dengan adanya :
Eritema yang meninggi (plak) berbatas
tegas dan skuama yang kasar, berlapis-
lapis dan transparan
Fenomena tetesan lilin (Gambar I)
Tanda Auspitz (Gambar II)
Fenomena Koebner
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
EPIDEMIOLOGI
Kulit putih > Kulit berwarna
Pria > Wanita
Eropa: 3-7%
Amerika Serikat: 1-2%
Jepang: 0,6%
Pada semua usia, orang dewasa >>
Lebih banyak pada daerah dingin
Djuanda,
Djuanda,
A., Hamzah,
A., Hamzah,
M. dan
M. dan
Aisyah,
Aisyah,
S. 2007.
S. 2011.
IlmuIlmu
Penyakit
Penyakit
KulitKulit
dandan
Kelamin,
Kelamin,
Edisi
Edisi
Kelima.
Keenam.
Fakultas
Fakultas
Kedokteran
Kedokteran
Universitas
Universitas
Indonesia
Indonesia
: Jakarta.
: Jakarta.
ETIOLOGI
Faktor Herediter
- Beresiko menderita sekitar 34-39% jika salah satu orang tua menderita
psoriasis.
Faktor Infeksi Fokal
- Psoriasis gutata yang umumnya disebabkan oleh streptococcus.
Faktor Psikis
- Terutama stress, selain itu gelisah, cemas dan gangguan emosi lainnya.
Obat
- Glikokortikoid sistemik, antimalarial, interferon, lithium, ß adrenergic blocker.
Djuanda,
Djuanda,
A.,A.,
Hamzah,
Hamzah,
M.M.
dan
dan
Aisyah,
Aisyah,
S.S.
2007.
2011.
Ilmu
Ilmu
Penyakit
Penyakit
Kulit
Kulit
dan
dan
Kelamin,
Kelamin,
Edisi
Edisi
Kelima.
Keenam.
Fakultas
Fakultas
Kedokteran
Kedokteran
Universitas
Universitas
Indonesia
Indonesia
: Jakarta.
: Jakarta.
GEJALA KLINIS
Fenomena Kobner: Fenomena ini tidak spesifik karena
bisa dijumpai pada beberapa penyakit kulit lain (misalnya
liken planus dan veruka plana juvenilis).
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
PSORIASIS VULGARIS
BENTUK KLINIS
1. Psoriasis Vulgaris:
◦ Paling banyak
◦ Tipe plak: lesi sebagian besar
berupa plak PSORIASIS GUTATA
2. Psoriasis Gutata:
◦ Mendadak, disseminata, setelah
infeksi Streptococcus di saluran
napas atas
◦ >> anak dan dewasa muda
◦ Diameter < 1 cm
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
BENTUK KLINIS
3. Psoriasis Inversa (Psoriasis Fleksural):
o Lokasi: Daerah fleksor
4. Psoriasis Eksudativa:
o Lesi eksudatif seperti dermatitis akut
o Sangat jarang
5. Psoriasis Seboroik (Seboriasis):
o Gabungan psoriasis dan dermatitis seboroik
o Skuama agak berminyak dan lunak
Djuanda,
Djuanda,A.,
A.,Hamzah,
Hamzah,M.M.dan
danAisyah,
Aisyah,S.S.2007.
2011.Ilmu
IlmuPenyakit
PenyakitKulit
Kulitdan
danKelamin,
Kelamin,Edisi
EdisiKelima.
Keenam.Fakultas Kedokteran
Fakultas Universitas
Kedokteran Indonesia
Universitas : Jakarta.
Indonesia : Jakarta.
BENTUK KLINIS
6. Psoriasis Pustulosa:
Bentuk lokalisata (P. P. Palmoplantar/Barber)
Lokasi : telapak tangan dan telapak kaki
Pustul kecil steril, dalam, di atas kulit eritematosa, gatal
Bentuk generalisata (P. P. Generalisata Akut/Von
Zumbusch)
Pencetus: obat-obatan, hipokalsemia, sinar matahari,
alkohol, stress emosional, infeksi bakteri/virus
Kulit nyeri, hiperalgesia meliputi demam, malaise,
nausea, anoreksia
Plak semakin eritematosa plak edematosa
pustul milier pustul berkonfluens (lake of
pus) Djuanda,
Djuanda,
A., A.,
Hamzah,
Hamzah,
M. dan
M. dan
Aisyah,
Aisyah,
S. 2007.
S. 2011.
IlmuIlmu
Penyakit
Penyakit
KulitKulit
dandan
Kelamin,
Kelamin,
Edisi
Edisi
Kelima.
Keenam.
Fakultas
Fakultas
Kedokteran
Kedokteran
Universitas
Universitas
Indonesia
Indonesia
: Jakarta.
: Jakarta.
Tidak diketahui
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
HISTOPATOLOGIS
Parakeratosis
Akantosis
Terdapat kelompok sel netrofil
pada stratum spinosum → Abses
Munro (leukosit)
Papilomatosis dan vasodilatasi
subepidermis
DIAGNOSIS
Berdasarkan gambaran klinis yang khas
dan histopatologi
DIAGNOSIS BANDING
1. Dermatitis seboroik - Biasanya menunjukkan kulit yang
berminyak tanpa skuama yang berlapis-lapis
2. Sifilis stadium II (psoriasiformis) - Skuama berwarna
coklat tembaga dan sering disertai demam pada malam
hari (dolores nocturnal ); STS +
3. Pitiriasis rosea - Biasanya berjalan subakut; skuama tidak
berlapis-lapis dan efloresensi berupa eritema berbentuk
lonjong sesuai dengan garis lipatan kulit.
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
PENATALAKSANAAN
Topikal
Salep campuran asam salisilat 2-5% dan coal tar 5%
Desoksimetason 0,25% atau betametason 0,1% (salep)
Fototerapi
NB-UVB
Terapi sistemik
Lini pertama: metotreksat 7,5-15 mg/minggu terbagi dalam dosis
@12 jam selama 4-6 minggu, disertai pemberian asam folat
Lini kedua: siklosporin 5 mg/kg @24 jam, mofetil 30-40
mg/kg/hari @12 jam
PROGNOSIS
Tidak menyebabkan kematian namun bersifat kronis dan
residif (sering kambuh)
PITIRIASIS ROSEA
DEFINISI
Penyakit kulit akut, dimulai
dengan medalion, disusul lesi
yang lebih kecil berupa makula
eritem, batas tegas, bentuk oval,
tersebar terutama di badan,
sembuh sendiri dalam 3 – 8
minggu.
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
ETIOLOGI
Masih belum diketahui pasti begitu juga
dengan cara penularannya.
Kemungkinan virus HHV 6 – HHV 7 (self
limiting disease)
Obat (bismut, arsen, barbiturat, kaptopril,
metronidazol dll) menimbulkan lesi seperti
pitiriasis rosea
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
GEJALA KLINIS
Gatal ringan
Diawali dgn lesi pertama (herald patch/
medalion)
Umumnya di badan, solitar, berbentuk oval
dan anular, diameternya 3cm. Terdiri atas
eritema dan skuama halus di pinggir
Lesi berikutnya muncul 4-10 hari setelah lesi
pertama
Panjang lesi sejajar sumbu kosta seperti pohon
cemara (Christmas tree pattern): vertebra
pohonnya , kosta cabang-cabangnya dan lesi
sebagai daunnya
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
PREDILEKSI
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
PITIRIASIS ROSEA
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
1. Karena dapat menyerupai sifilis stadium II
perlu dilakukan pemeriksaan serologi
2. Pemeriksaan kerokan kulit dgn KOH 10%
untuk membedakan dengan tinea korporis
Histopatologi
Akantosis ringan, parakeratosis, ekstravasasi
eritrosit ke epidermis, dermis (sel limfosit)
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2007. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Kelima. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
DIAGNOSIS BANDING
1. Tinea korporis:
Bentuk lesi biasanya bulat/polisiklis, jarang tersebar luas dan pada
pemeriksaan KOH ditemukan hifa
2. Psoriasis gutata:
Lesi berupa papul eritem, bentuk bulat, ditutup skuama kasar dan tidak
ada cekungan di bagian tengahnya
3. Sifilis stadium II:
Lesi mirip pitiriasis rosea tetapi berwarna merah tembaga, tidak gatal.
PENATALAKSANAAN
Dapat sembuh sendiri dalam 3-8 minggu
Terapi tidak spesifik, hanya simptomatis
PROGNOSIS Untuk gatal: Antihistamin
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
EPIDEMIOLOGI & ETIOLOGI
Epidemiologi
Memiliki 2 puncak kejadian, pada umur 3 bulan
pertama kehidupan dan sekitar umur 40-70 tahun
Laki laki > Perempuan
Ditemukan 85% pada pasien AIDS
Etiologi
Belum diketahui dengan pasti
Menurut Plewig ada 3 faktor: (1) faktor hormonal
(2) faktor mikroba (3) faktor iklim
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
PADA BAYI
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.
GAMBARAN KLINIS
Djuanda, A., Hamzah, M. dan Aisyah, S. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, Edisi Keenam. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia : Jakarta.