Anda di halaman 1dari 10

ANALISIS SWOT DI DINAS SOSIAL KOTA KENDARI

Kelompok II
ANALISIS SWOT
Manajemen Pemasaran tidak hanya digunakan pada sektor swasta tetapi juga
sudah diterapkan pada sektor publik. Penerapan manajemen strategik pada kedua
jenis institusi tersebut tidaklah jauh berbeda, hanya pada organisasi sektor publik
tidak menekankan tujuan organisasi pada pencarian laba tetapi lebih pada
pelayanan.
Analisis SWOT merupakan salah satu metode yang dapat digunakan oleh
pemerintah daerah untuk mengimplementasikan manajemen strategis
pemasaran dengan mempertimbangkan berbagai faktor,baik itu faktor yang
mendukung maupun yang menghambat kinerja manajemen publik.
Proses penggunaan manajemen analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei
internal tentang Strenghts (kekuatan) dan Weaknesses (kelemahan) program
serta survei eksternal atas Opportunities (ancaman) dan Threat
(peluang/kesempatan).
Analisis SWOT adalah instrumen perencanaan strategis yang klasik. Dengan
menggunakan kerangka kerja internal kekuatan dan kelemahan serta kesempatan
eksternal peluang dan ancaman, instrumen ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi.
Strenght (Kekuatan)
 Tersedianya pendamping untuk tsetiap
program sosial
 Tersedia sarana dan prasarana untuk
pelayanan sosial
 Adanya bantuan untuk masyarakat kurang
mampu melalui beberapa program baik itu
program daerah,provinsi dan kementrian
 Adanya monitoring dan evaluasi program
setiap bulan
Weakness (Kelemahan)
 Tingkat Profesionalisme aparat masih adanya kepentingan
politik dalam pemberian bantuan beberapa program
 Terlalu birokrasi yang berbelit-belit dalam pemberian
pelayanan
 Jumlah uang diberikan masih kecil/kurang ke penyandang
cacat berat karena bantuan diberikan untuk seumur hidup
 Kurangnya disiplin apartur dalam pemberian pelayanan
 Rendahnya pengusaan Teknologi Informasi
 Dukungan Pemerintah Daerah masih minim dalam
anggaran APBD
Opportunity (Peluang)
 Undang-Undang Dasar Pasal 34 tentang Fakir Miskin dan Anak
Terlantar dipelihara oleh Negara
 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1997 tentang Penyandang Cacat
 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan
Sosial
 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan
Konvensi Hak-Hak Penyandang Disabilitas
 Adanya Lembaga Kesejahteraan Sosial yang menampung para
penyandang cacat
 Adanya petugas pendamping yang mendampingi penyandang
cacat berat yang membantu dalam proses pengambilan
penyaluran bantuan dana
Threat (Ancaman)
 Adanya jumlah PMKS yang tidak sesuai dengan data yang dibutuhkan
adanya data yang double.
 Adanya PMKS yang tidak sesuai dengan kriteria/persyaratan buku
pedoman dari Kementerian Sosial RI.
 Masih adanya pungutan liar yang dilakukan oleh pendamping kepada
PMKS khususnya penyandang cacat
 Rendahnya profesionalisme aparat dalam pemberian pelayanan kepada
PMKS ditumpangi oleh politik.
 Dalam pemberian pelayanan kepada PMKS khususnya Penyandang
Cacat belum tepat sasaran
 Terbatasnya akses sarana dan prasarana kelokasi PMKS khususnya
penyandang cacat.
 Bantuan yang diberikan tidak sesuai peruntukan adanya kecurangan
kepada PMKS khususnya penyandang cacat.
Interaksi Kekuatan (Strength) dengan Peluang
(opportunity)

• Dengan adanya Undang-Undang Dasar Pasal 34 Tentang Fakir Miskin dan Anak
Terlantar dipeliahara oleh Negara, Undang-undang No.4 Tahun 1997 tentang
penyandang cacat, Undang-unadang Nomor 11 Tahun 2009 tentang kesejahteraan
sosial dan undang-undang nomor 19 tahun 2011 tentang pengesahan konvensi hak-
hak penyandang disabilitas dan didukung adanya jumlah PMKS yang membutuhkan
pemberian pelayanan kepada PMKS merupakan hal kondusif dalam
pemberian pelayanan kepada PMKS khususnya penyandang cacat
• Tersedianya Pendamping Penyandang Cacat di Kabupaten/Kota, adanya Lembaga
Kesejahteraan Sosial yang menampung para penyandang cacat mempermudah
kelancaran pemberian pelayanan kepada PMKS
• Adanya sarana, prasarana serta anggaran honor pendamping sehingga memudahkan
pelaksananaan pemberian pelayanan kepada PMKS
• Adanya Komitmen dan perhatian yang besar dari pemerintah, adanya Program
pemberian pelayanan kepada PMKS khususnya penyandang cacat dan terjalinnya
koordinasi antar Dinas Sosial Kabupaten/Kota sebagai upaya sinergis dalam pemberian
pelayanan kepada PMKS
Interaksi Kelemahan (Weakness) dengan Peluang (Opportunity)

Dengan memahami kelemahan-kelemahan tersebut


diatas maka diperlukan komitmen dan perhatian
yang besar dari pemerintah terhadap pemberian
pelayanan terhadap PMKS kepada Lembaga
Kesejahteraan Sosial, Pendamping Penyandang
cacat dan kepada PMKS itu sendiri yaitu
penyandang cacat sehingga dalam pemberian
pelayanan kepada PMKS sesuai sasaran dan
bantuan yang diberikan sesuai pemanfaatannya.
Interaksi Kelemahan (Weakness) dengan
Ancaman (Threat)
• Kelemahan-kelemahan yang dapat menghambat pemberian
pelayanan kepada PMKS di Provinsi Nusa Tenggara Barat perlu
diupayakan penanggulangannya, atau diminimalisir melalui
penguatan terhadap kelemahan-kelemahan yang ada dalam rangka
mencegah dan mengatasi ancaman yang muncul sehingga dampak
dari ancaman tersebut tidak terlalu signifikan berpengaruh terhadap
pemberian pelayanan kepada PMKS khususnya penyandang cacat
pada Dinas Sosial kota kendari
• Melalui analisis interaksi faktor-faktor seperti tersebut diatas, maka
dapat ditetapkan faktor penentu keberhasilan dari Dinas Sosial kota
kendari yang dapat dipedomani dan untuk mengetahui faktor
pendorong dalam mengupayakan pemberian pelayanan kepada
PMKS khususnya penyandang cacat.

Anda mungkin juga menyukai