TONSILITIS
Siska Sulistiyowati
1620221168
Anatomi
Definisi
Etiologi
Klasifikasi
Diagnosis
Tata Laksana
Mukosa Palut lendir Otot
ANATOMI FARING• Otot melingkar m.
• berfungsi menangkap
• Nasofaring bersilia dengan
epitel torak berlapis yang partikel kotoran yang terbawa konstriktor faring superior,
mengandung sel goblet. oleh udara yang diisap. media dan inferior.
• Orofaring dan laringofaring • Palut lendir ini mengandung • Kerja otot konstriktor untuk
epitelnya gepeng berlapis dan enzin Lyzozyme sebagai mengecilkan lumen faring dan
tidak bersilia. proteksi. dipersarafi oleh n.vagus (n.X).
– Faring adalah kantong fibromuskler yang bentuknya seperti
• Otot corong, yang besar
memanjang
dibagian atas dan sempit dibagian bawah mulai dari dasar tengkorak
m.stilofaring dan m. terus
menyambung sampai setinggi vertebra servikal VI.palatofaring.
• M. stilofaring gunanya untuk
melebarkan faring dan laring
• m.palatofaring
mempertemukan ismus
orofaring dan menaikkan
bagian bawah faring dan laring.
• Kedua otot ini penting untuk
menelan. M. stilofaring
dipersarafi n.IX , sedangkan
m.palatofaring dipersarafi n.X.
- Batas atas : Struktur orofaring
Anatomi
Batas nasofaring palatum molle dinding posterior
- Bagian atas adalah - Batas bawah : faring, fossa tonsil,
dasar tengkorak tepi atas tonsil palatine,
- Bagian bawah adalah epiglottis arkus faring, uvula,
palatum mole - Depan : rongga tonsil lingual dan
- Depan adalah rongga mulut foramen sekum.
hidung - Belakang adalah
- Belakang adalah vertebra servikal.
vertebra servikal Orofaring
Nasofaring Hipofaring
kumpulan jaringan
Cincin limfoid yang tidak
Waldeyer berkapsul dan terdapat
pada basis lidah diantara
Tonsil faringeal Tonsil lingual (tosil kedua tonsil palatina dan
dapat meluas ke fosa rosenmuller dan orifisium (adenoid) pangkal lidah) meluas ke arah
tuba eustachius anteroposterior dari
Pada masa pubertas adenoid ini akan papilla sirkumvalata ke
menghilang atau mengecil sehingga jarang sekali epiglottis
dijumpai pada orang dewasa
Tonsil ini terletak di lateral orofaring
dengan dibatasi oleh:
– Lateral → m. konstriktor
faring superior
– Anterior → m. palatoglosus
– Posterior → m.
palatofaringeus
– Superior → palatum mole
– Inferior → tonsil lingual
Tonsil palatina memiliki 2 lapisan (lateral dan medial) serta memiliki 2 kutub (kutub atas dan kutub bawah.
– Lapisan medial
Epitel yang melapisi tonsil epitel squamous yang juga meliputi kriptus. Didalam kriptus biasanya
ditemukan leukosit, limfosit, epitel yang terlepas, bakteri dan sisa makanan.
– Lapisan lateral
Melekat pada fascia faring (kapsul tonsil) berupa jaringan fibrosa. Diantara kapsul dan bagian
dalam tonsil terdapat jaringan ikat longgar dan tidak melekat erat pada otot faring dilakukan
diseksi tonsilektomi.
– Kutub atas
Bagian ini memanjang sampai pallatum mole dan pada bagian ini sering ditemukan celah
intratonsil yang merupakan sisa kantong faring kedua.
– Kutub bawah
Bagian ini melekat pada pangkal lidah. Tonsil dipisahkan dari lidah oleh tonsillolingual sulcus yang
sering menjadi tempat terjadinya keganasan.
– Persarafan tonsil berasal dari saraf
trigeminus dan saraf
glossopharingeus,
– n. trigeminus mempersarafi bagian
atas tonsil melalui cabangnya yang
melewati ganglion sphenopaltina
yaitu n. palatin
– bagian bawah tonsil dipersarafi n.
glossopharingeus
Tonsilitis adalah peradangan tonsil palatina
yang merupakan bagian dari cincin Waldeyer.
Gejala
Pemeriksaan Fisik
– Masa inkubasi 2-4 hari
– Tonsil membengkak, hiperemis dan
– Nyeri tenggorok terdapat detritus berbentuk folikel,
– Nyeri waktu menelan lakuna atau tertutup oleh membrane
semu
– Demam dengan suhu tubuh yang tinggi
– Kelenjar submandibular membengkak
– Lesu, nyeri disendi-sendi, tidak nafsu
dan nyeri tekan
makan
– Nyeri ditelinga (otalgia).
– Rasa nyeri ditelinga ini merupakan nyeri
alih (referred pain) melalui saraf n.
glosofaringeus (n.IX)
Tonsilitis Bakterial
Terapi Komplikasi
Non Medikamentosa
– Pasien diisolasi
– Istirahat di tempat tidur selama 2-3
minggu
Tonsillitis septik
– nyeri tenggorok,
– rasa mengganjal pada tenggorokan
– tenggorokan terasa kering
– nyeri pada waktu menelan, bau mulut , demam dengan suhu tubuh yang tinggi,
rasa lesu, rasa nyeri di persendian
– tidak nafsu makan dan rasa nyeri di telinga (otalgia)
– rasa nyeri di telinga ini dikarenakan nyeri alih (referred pain) melalui
n.glossopharingeus.
– Pada pemeriksaan tampak tonsil membengkak, hiperemis dan terdapat detritus
berbentuk folikel, lakuna atau tertutup oleh membran semu, kelenjar
submandibula membengak dan nyeri tekan.
Grading Pembesaran Tonsil
Derajat Intepretasi
T0 Tonsil sudah diangkat
T1 Tonsil masih dalam fossa tonsilaris
T2 Tonsil melewati arkus posterior hingga mencapai linea
paramediana
T3 Tonsil melewati linea paramediana hingga mencapai
linea mediana (pertengahan uvula)
T4 Tonsil melewati linea mediana (uvula)
Pemeriksaan Penunjang
– Gold standard pemeriksaan tonsillitis adalah kultur dari dalam tonsil. dapat
dilakukan kultur dan uji resistensi (sensitifitas) kuman dari sediaan apus tonsil
– Biakan swab sering menghasilkan beberapa macam kuman dengan berbagai
derajat keganasan.
Tata Laksana
Indikasi absolut
– Timbulnya kor pulmonale karena
obstruksi jalan nafas yang kronis
Tonsilektomi
– Hipertrofi tonsil atau adenoid dengan
– Tonsilektomi adalah tindakan sindroma apneu waktu tidur
mengangkat tonsil palatina – Hipertofi berlebihan yang menyebabkan
seutuhnya bersama jaringan disfagia dengan penurunan berat badan
penyerta
patologis lainnya, sehingga
– Biopsi eksisi yang dicurigai keganasan
fossa tonsilaris bersih tanpa
(limfoma)
meninggalkan trauma yang
– Abses perotinsiler yang berulang atau
berarti pada jaringan sekitarnya abses yang meluas pada ruang jaringan
seperti uvula dan pilar. sekitarnya
Indikasi relative
– Serangan tonsilitis akut berulang (yang terjadi walau telah diberi
penatalaksanaan medis yang adekuat).
– Tonsilitis yang berhubungan dengan biakan streptokokus yang menetap dan Kontraindikasi Tonsilektomi
patogenik (karier). – Infeksi pernapasan bagian atas yang
– Hiperplasia tonsil dengan obstruksi fungsional (misalnya penelanan). berulang
– Hiperplasia dan obstruksi yang menetap enam bulan setelah infeksi – Infeksi sistemik atau kronik
mononucleosis (biasanya pada dewasa muda).
– Demam yang tidak diketahui
– Riwayat demam rematik dengan kerusakan jantung yang berhubungan penyebabnya
dengan tonsilitis rekurens kronis dan pengendalian antibiotika yang buruk.
– Pembesaran tonsil tanpa gejala-gejala
– Radang tonsil kronis menetap yang tidak memberikan respon terhadap
penatalaksanaan medis (biasanya dewasa muda).
obstruksi
– Hipertrofi tonsil dan adenoid yang berhubungan dengan abnormalitas – Rhinitis alergika
orofasial dan gigi geligi yang menyempitkan jalan nafas bagian atas. – Asma
– Tonsilitis berulang atau kronis yang berhubungan dengan adenopati servikal
– Diskrasia darah
persisten
– Ketidakmampuan yang umum atau
kegagalan untuk tumbuh
– Tonus otot yang lemah
– Sinusitis
Komplikasi Tonsilektomi
Perdarahan Infeksi
– Dapat tejadi selama operasi – Luka operasi pada fossa tonsilaris
belangsung atau segera setelah merupakan port d’entre bagi
penderita meninggalkan kamar mikroorganisme, sehingga
operasi (24 jam pertama post merupakan sumber infeksi dan dapat
operasi) bahkan meskipun jarang terjadi faringitis, servikal adenitis dan
pada hari ke 5-7 pasca operasi dapat trombosis vena jugularis interna,
terjadi. otitis media atau secara sistematik
– Perdarahan disebabkan oleh dapat terjadi endokarditis, nefritis
terlepasnya membran jaringan dan poliarthritis.
granulasi yang terbentuk pada
permukaan luka operasi, karena
infeksi di fossa tonsilaris atau trauma
makanan keras
Perubahan suara
Komplikasi Tonsilektomi
Otot palatofaringeus berinsersi pada dinding atas esofagus,
tetapi bagian medial serabut otot ini berhubungan dengan
ujung epligotis.
Kerusakan otot ini menimbulkan gangguan fungsi laring
yaitu perubahan suara yang bersifat temporer dan dapat
kembali lagi dalam tempo 3 - 4Nyeri
minggu.
pasca bedah Trauma jaringan sekitar tonsil
– Dapat terjadi nyeri tenggorok yang – Manipulasi terlalu banyak saat
dapat menyebar ke telinga akibat operasi dapat menimbulkan
iritasi ujung saraf sensoris dan dapat kerusakan yang mengenai pilar
pula menyebabkan spasme faring. tonsil, palatum molle, uvula, lidah,
– sementara dapat diberikan analgetik saraf dan pembuluh darah.
dan selanjutnya penderita segera – Edem palatum molle dan uvula
dibiasakan mengunyah untuk adalah komplikasi yang paling sering
mengurangi spasme faring terjadi.
Komplikasi Tonsilitis
Abses peritonsil
– Terjadi diatas tonsil dalam jaringan pilar anterior dan palatum mole, abses ini terjadi beberapa
hari setelah infeksi akut dan biasanya disebabkan oleh streptococcus group A.
Otitis media akut
– Infeksi dapat menyebar ke telinga tengah melalui tuba eustachius dan dapat mengakibatkan
otitis media yang dapat mengarah pada ruptur spontan gendang telinga
Mastoiditis akut
– Ruptur spontan gendang telinga lebih jauh menyebarkan infeksi ke dalam sel-sel mastoid.
Laringitis
– Merupakn proses peradangan dari membran mukosa yang membentuk laring. Peradangan ini
mungkin akut atau kronis yang disebabkan karena virus, bakteri, lingkungan, maupun karena
alergi.
Prognosis