EPISIOTOMI
Oleh
Kelompok II
Pendahuluan
Infeksi pada luka episiotomi merupakan infeksi yang
didapat timbul setelah melahirkan, infeksi pada luka
episiotomi merupakan komplikasi yang paling sering
terjadi pada pasien setelah melahirkan. Infeksi
tersebut merupakan persoalan serius yang menjadi
penyebab langsung maupun tidak langsung
penyebab kematian pasien. Walaupun beberapa
kejadian infeksi episiotomi tidak menyebabkan
kematian pasien, namun menyebabkan pasien
dirawat lebih lama. Pasien dengan bakterimia
mempunyai rata-rata rawat inap 14 hari lebih lama
dari seharusnya.
Di Amerika serikat 2001 menunjukkan angka infeksi setelah
melahirkan (infeksi nifas) 6%, diantaranya infeksi episiotomi
0.3-3%, infeksi dari seksio sesarea 7,4%. Di Viet Nam 2005
infeksi terjadi 0,5-4,6%. Salah satu bentuk infeksi nifas
adalah infeksi pada luka episiotomi, di bidang obstetri
tindakan operatif yang sering dilakukan adalah tindakan
episiotomi RSHAM dijumpai infeksi pada luka episiotomi
sebanyak 2 orang (11.8%) dari 17 peserta (100.0%) dan di
RSPM dijumpai infeksi pada luka episiotomi sebanyak 1
orang (4.0%) dari 25 peserta (100.0%). Dijumpai 3 kasus
(7.1%) yang dinyatakan terkena infeksi pada luka
episiotomi dengan kadar hemoglobin dibawah 11gr%,
pada 42 peserta. Status gizi pasien pada penelitian ini rata-
rata mempunyai status gizi baik menurut perhitungan basal
metabolisme index (BMI), sehingga secara statistik tidak
terdapat pengaruh status gizi pasien terhadap kejadian
infeksi luka episiotomi, karena faktor yang mempengaruhi
kejadian infeksi luka episiotomi bersifat multifaktor.
sehingga bukan semata-mata ditentukan oleh status gizi
pasien.
Sebaran penelitian berdasarkan lama proses
persalinan normal dari 42 peserta penelitian,
sebanyak 15 kasus proses persalinan selesai dalam 8
jam, terjadi infeksi pada luka episiotomi sebanyak 1
orang (6.7%) dan 27 kasus selesai diatas 8 jam,
diantaranya terdapat infeksi luka episiotomi sebanyak
2 orang (7.4%).Lama ketuban pecah dalam 8 jam
dijumpai 1 orang (2.6%) yang terjadi infeksi pada luka
episiotomi dan 2 orang diatas 8 jam di jumpai 2 orang
(66.7%).
Kesimpulan :Penelitian dilakukan terhadap 42 sampel
termasuk kriteria penelitian, dijumpai 3 kasus (7.1%)
yang dinyatakan terkena infeksi pada luka episiotomi.
Pola bakteri terbanyak pada luka episiotomi :
Staphylococcus aureus, Citrobakter diversus,
Pseudomonas aeruginosa, Escherichia coli, Klebsiella
oxytoca, Candida albicans, Candida tropicalis,
Citrobakter freundi, Staphylococcus epidermidis,
Providencia rettegeri, Klebsiella pnemoniae. Pola
bakteri penyebab infeksi pada luka episiotomi
Citrobakter diversus, Staphylococcus aureus dan
Staphylococcus epidermidis.
PENGERTIAN
Salah satu komplikasi tindakan pertolongan
persalinan adalah infeksi pada luka episiotomi.
Infeksi luka episiotomi adalah peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman
kedalam luka episotomi pada waktu persalinan
dan nifas, dengan tanda infeksi jaringan
sekitarnya, tepi luka menjadi merah dan
bengkak, jahitan mudah terlepas, luka yang
terbuka menjadi ulkus, pengeluaran pus,
terkadang perih bila buang air kecil.
FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA
INFEKSI LUKA EPISIOTOMY
Infeksi pada luka episiotomi dapat terjadi bila :
Manipulasi penolong : sarung tangan atau alat-alat
yang digunakan tidak sepenuhnya bebas dari kuman-
kuman.
Droplet infection : bakteri yang berasal dari hidung atau
tenggorokan (Infeksi saluran pernafasan) dari petugas
kesehatan.
Dalam rumah sakit terlalu banyak kuman-kuman
patogen, berasal dari penderita-penderita dengan
berbagai jenis infeksi. Kuman-kuman ini bisa dibawa
udara kemana-mana termasuk kain-kain, alat-alat yang
suci hama, dan yang digunakan untuk merawat wanita
dalam persalinan atau pada waktu nifas.
Koitus pada akhir kehamilan tidak merupakan sebab
infeksi penting, kecuali apabila mengakibatkan
pecahnya ketuban
PATOGENESIS INFEKSI
Mayoritas mikroorganisme yang ditemukan pada
manusia menyebabkan penyakit bila terjadi
perubahan yang berarti pada daya tahan hospes
atau mikroorganisme tersebut. Organisme yang
secara normal berbahaya disebut oportunistik
patogen. Kenyataannya ada asumsi bahwa individu
yang terinfeksi oleh mikroorganisme oportunistik
adalah seorang yang mempunyai daya tahan tubuh
tidak normal. Bila infeksi terjadi sebagaiakibat
prosedur medis dikatakan infeksi iatrogenik, sebagai
contoh : infeksi akibat kateterisasi, pemberian obat
imunosupresan dan lain-lain.
PENCEGAHAN INFEKSI
Masa kehamilan
Mengurangi atau mencegah faktor-faktor
predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan
kelemahan serta mengobati penyakit -
penyakit yang diderita ibu.
Pemeriksaan dalam jangan dilakukan
kalau tidak ada indikasi yang perlu.
Selama persalinan
Usaha-usaha pencegahan terdiri atas membatasi
sebanyak mungkin masuknya kuman-kuman dalam
jalan lahir :
Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah
lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit
mungkin.
Perlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik
pervaginam maupun perabdominam dibersihkan,
dijahit sebaik-baiknya dan menjaga sterilitas.
Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi
darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi
darah.
Selama nifas
Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai
kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian
serta kain yang berhubungan dengan alat
kandungan harus steril.
Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi
dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan
ibu sehat.
Batasi pengunjung pada hari-hari pertama nifas.
Menurut Feerer (2001), waktu perawatan perineum
adalah
Saat mandi
Setelah buang air kecil
Setelah buang air besar.
ASKEP PADA IBU NIFAS
PADA NY”A” DENGAN INFEKSI EPISIOTOMI 3
HARI POST PARTUM
B. Status Kesehatan Saat ini