Anda di halaman 1dari 90

YUNI ISWATI RAHARJANI, Sp.

Divisi Pulmonologi Intervensi dan Gawat Darurat Napas


Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi
ANATOMI SISTEM RESPIRASI
ANATOMI

www.medicinenet.com
WEST JB . Pulmonary physiology. 2012.
Bronchial Tree
RESPIRASI
 Ventilasi
 Difusi
 Perfusi
VENTILASI
Peristiwa masuk dan keluar
udara ke dalam paru
~ Inspirasi
~ Ekspirasi
VENTILASI
 Inspirasi: aktif karena konstraksi
otot-otot pernapasan

 Ekspirasi: pasif karena elastik recoil


paru (daya elastisitas paru)
DIFUSI

Peristiwa perpindahan:
O2 dari alveol ke kapiler dan
CO2 dari kapiler ke alveol
Perfusi

Levitzky. Pulmonary physiology. 2007.


Gawat Darurat Respirasi

 Kelainan sistem respirasi yang membahayakan jiwa

 Kegawatdaruratan respirasi:
 Hemoptisis
 Pneumotoraks
 Serangan asma
 Terapi oksigen
Istilah hemoptisis

Ekspektorasi darah:
 akibat perdarahan pd saluran napas di bawah
laring, atau
 perdarahan yg keluar ke saluran napas di bawah
laring.
Etiologi

 Kelainan Cor : stenosis mitral, endokarditis trikuspid


 Infeksi : tuberkulosis, necrotizing pneumonia (Staphyllococcus,
Klebsiella, Legionella), jamur, parasit & virus.

 Kelainan paru seperti bronkitis, bronkiektasis, emboli paru,


kistik fibrosis, emfisema bulosa

 Neoplasma : kanker paru, adenoma bronkial, tumor metastasis


 Trauma : jejas toraks, ruptur bronkus, emboli lemak
Etiologi
 Kelainan pembuluh darah : hipertensi pulmoner, malformasi arterivena,
aneurisma aorta
 Kelainan hematologis : disfungsi trombosit, trombositopenia, disseminated
intravascular coagulation

 Iatrogenik : bronkoskopi, biopsi paru, kateterisasi Swan-Ganz, limfangiografi

 Kelainan sistemik : sindrom Goodpasture, idiopathic pulmonary hemosiderosis,


systemic lupus erithematosus, vaskulitis (granulomatosis Wegener, purpura
Henoch-Schoenlein, sindrom Chrug-Strauss)
 Obat/toksin : aspirin, antikoagulan, penisilamin, kokain
 Lain-lain : endometriosis, bronkolitiasis, fistula bronkopleura, benda asing,
hemoptisis kriptogenik, amiloidosis
Kriteria hemoptisis

 Berbagai literatur bervariasi


 Bleeding rate 100 – 1000/24 jam

1. Hemoptisis ringan : < 25 cc/24 jam

2. Hemoptisis berat : 25 – 250 cc/24 jam

3. Hemoptisis masif
Hemoptisis Masif
 RSUP Persahabatan:
1. Batuk darah sedikitnya 600 mL /24 jam
2. Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24
jam, Hb < 10 g% dan masih terus berlangsung
3. Batuk darah < 600 mL/24 jam, tapi lebih dari 250 mL/24
jam, Hb > 10 g% dalam 48 jam belum berhenti.

 BDMO
Diagnosis Hemoptisis

 Anamnesis teliti
Bedakan dengan hematemesis,
epistaksis dan perdarahan gusi

 Pemeriksaan Fisik
Selain toraks, periksa organ lain THT,
abdomen dll
Hemoptisis vs hematemesis

Beda Hemoptisis Hematemesis


Gejala Diikuti dengan batuk atau mungkin Dapat didahului dengan mual
didahului suara seperti berkumur

Warna Merah segar dan berbusa Merah gelap atau hitam

Konsistensi Dapat bercampur dahak Dapat bercampur dengan makanan

PH Basa Asam
LABORATORIUM

 Darah rutin : Hb, leko, Ht

 Faal hemostasis

 Sputum BTA, MO & jamur

 Sitologi sputum
RADIOLOGIS

 Foto toraks PA dan lateral


 CT Scan toraks
Manajemen hemoptisis
Tujuan:

 Cegah asfiksia

 Lokalisir sumber perdarahan

 Hentikan perdarahan

 Cari sebab perdarahan (etiologi)

 Terapi kausal
Batuk darah

Penatalaksanaan konservatif

Observasi dlm 24 jam

Ringan Berat Masif

Terapi sesuai diagnosis BDMO/Bedah cito Embolisasi


Penatalaksanaan Batuk Darah

1 Pembebasan jalan napas & stabilisasi:


 Tenangkan dan istirahat (tirah baring), jangan takut
membatukkan darah

 Jaga potensi jalan napas  suction, bronkoskopi

 Resusitasi cairan (kristaloid / koloid)


Pembebasan jalan napas & stabilisasi:

 Hb < 10 g/dL, Ht < 25–30%, masih berlangsung:


transfusi darah

 Hemostatik (kontroversial): as. tranexamat,


karbazokrom, Vit K, Vit C

 Gelisah  sedasi ringan, batuk eksesif  penekan batuk

 Faal hemostasis  koreksi


Tindakan saat hemoptisis

 KU dan refleks batuk:


• Baik  duduk, pimpin batuk
• Berat, refleks batuk tidak adekuat  Trendelenberg
ringan, lateral dekubitus sisi sakit, intubasi dg ETT
> 7,5
 Gagal napas  ventilator
2 Lokalisir dan cari sumber perdarahan

Setelah stabil lokalisasi


sumber

Ro PA dan lateral
CT scan toraks (+ kontras)
Bronkial angiografi
Bronkoskop serat optik
Bronkoskop rigid
3 Terapi Spesifik

Tujuan: hentikan & cegah berulang


Dengan bronkoskop (rigid / BSOL)
 Bilas NaCl 0,9% dingin  vasokonstriksi
 Bilas epinefrin (1:20.000)
 Trombin, trombin – fibrinogen
 Tamponade endobronkial (kateter balon)
 Koagulasi laser atau elektrokauter pada lesi
endobronkial
Pendahuluan

 1803, pneumotoraks pertama kali diperkenalkan oleh


Itard (murid Laennec).

 1819, Laennec memberikan gambaran klinis


pneumotoraks.

Henry M. BTS Guidelines for the management of spontaneous pneumothorax . Thorax 2003; 58: ii39-52.
 Insidens pneumotoraks spontan primer
 laki-laki 18-28/100.000/tahun
 perempuan 1,2-6/100.000/tahun.

 Angka kematian
 laki-laki 1,26/juta/tahun
 perempuan 0,62/juta/tahun

Henry M. BTS Guidelines for the management of spontaneous pneumothorax . Thorax 2003; 58: ii39-52.
 Pneumotoraks sering terjadi pada
 laki-laki
 Usia 10-34 tahun
 berbadan kurus dan tinggi
 Perokok

Henry M. BTS Guidelines for the management of spontaneous pneumothorax . Thorax 2003; 58: ii39-52.
Definisi
 Udara di rongga pleura

 Pneumotoraks diklasifikasikan sebagai


 Pneumotoraks spontan
 Trauma
 Iatrogenik.

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax. N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


 Pneumotoraks spontan primer terjadi pada pasien
tanpa kelainan klinis penyakit paru

 Pneumotoraks spontan sekunder merupakan


kompllikasi penyakit paru yang sudah ada sebelumnya.

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


 Pneumotoraks iatrogenik disebabkan oleh komplikasi
tindakan intervensi diagnostik atau terapi.

 Pneumotoraks trauma disebabkan oleh trauma pada


dada baik tumpul maupun tajam

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


Etiologi

 Spontan primer  Spontan sekunder


 Bulla subpleura pada  PPOK
76-100% VATS dan  Pneumocystis carinii
torakotomi pneumonia (PCP)

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


 Spontan primer  Spontan sekunder
 degradasi serabut  Emfisema
elastik paru  Pe  Palv
 Bulla  Robekan p. parietal
 Pe  Palv  Robekan p. viseral :
 Robekan p. parietal PCP

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


Tekanan alveolar meningkat

Robekan dinding alveoli

Udara bocor keluar

Intertisial paru

Septa lobuler
Perifer Sentral
 
Bulla Pneumomediastinum

Distensi

Pecah

Patofisiologi
Pneumotoraks Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.
ANAMNESIS

 Spontan primer  Spontan sekunder


 Istirahat.  Sesak napas selalu ada,
biasanya berat
 tiba-tiba sesak napas
dan nyeri dada  Semua pasien
pleuritik ipsilateral. mengalami nyeri dada
ipsilateral.
 Nyeri dada bisa
menghilang setelah 24  Gejala tidak
jam menghilang atau
berkurang pada
pneumotoraks spontan
sekunder.

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


Tension pneumotoraks
 Mekanisme katup 1 arah
 Inspirasi udara masuk, ekspirasi tidak dapat
berbalik
 Tekanan intrapleural melebihi tekanan
atmosfir saat inspirasi maupun ekspirasi
 Kompresi mediastinum menurunkan cardiac
output shg berkurangnya venous return
TENSION PNEUMOTORAKS

 Gejala pneumotoraks

 Gejala kompresi pd jantung

 Gejala hipoksia otak


PEMERIKSAAN FISIK PARU

 Inspeksi: - statis : asimetris, bagian yg


sakit cembung
- dinamis: yg sakit tertinggal
 Palpasi: - sela iga melebar
- fremitus melemah
 Perkusi: - hipersonor
 Auskultasi: - suara napas melemah - hilang

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


PEMERIKSAAN RADIOLOGIS

Foto Rö toraks PA:


 Garis kuncup/kolaps paru (halus)
 Bayangan radiolusen/avaskular
 Kolaps paru
 Pendorongan mediastinum

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


Tension Pneumotoraks
PENATALAKSANAAN UMUM

• Mengeluarkan udara dari rongga pleura:


• Dekompresi
• WSD

• Mencegah timbulnya pneumotoraks ulang

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


Operative tube thoracostomy
Prosedur trocar tube
thoracostomy (inner trocar)

Light RW. Chest tubes. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 2001.p.378-90.
Lokasi
ICS 5
Mid axillar line (MAL)

Lateral sites: medial axillar


line

Sahn SA. Spontaneous pneumothorax . N Engl J Med 2000; 342: 868-74.


• Sistem drainage yang menjamin
tekanan intra pleura tetap
negatif
• Ujung drain harus selalu
terendam
• Seluruh pipa dan botol harus
steril
• Cairan antiseptik: betadin dalam
Nacl 0,9%
Light RW. Chest tubes. In: Light RW, ed. Pleural diseases. 2001.p.378-90.
WSD

Selang WSD

Botol
WATER SEALED DRAINAGE (WSD)

Empat hal yang harus dinilai :

 Undulasi

 Bubbles (gelembung)

 Produksi cairan

 Warna cairan
PENDAHULUAN
EKSASERBASI

• Beban kesehatan :
15 juta DALYs.
• Kehilangan hari
sekolah:
Asia (16%)
Eropa (34%)
Amerika (40%)

National Heart, lung, and blood institute. Guidelines fior the diagnosis and management asthma. 2008.
Dougherty RH. Acute exacerbations of asthma: Epidemiology, biology and the exacerbation-prone phenotype. Clin Exp Allergy.
2009:.
Ratnawati. Epidemiologi asma. J. Repir Indo. 2011.
DEFINISI
Asma:
•Penyakit heterogen
•Inflamasi saluran napas kronik
•Bervariasi
•Keterbatasan aliran udara

Eksaserbasi asma : Episode asma yang ditandai


dengan meningkatnya gejala asma disertai dengan
penurunan fungsi paru yang progresif sehingga
membutuhkan perubahan terapi.
Global Initiative for Asthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of
Health National.2015
PEMERIKSAAN FISIS

 Klasifikasi berat eksaserbasi dan tanda vital.


 Faktor komplikasi (reaksi anafilaksis, pneumonia,
pneumotoraks).
 Menyingkirkan penyebab sesak napas akut lainnya.

Global Initiative for Asthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of
Health National.2015
SATURASI
OKSIGEN APE ATAU VEP1
 Saturasi oksigen <  APE atau VEP1
diperlukan untuk
90%  perlunya menentukan berat
terapi agresif . eksaserbasi.
 APE atau VEP1 harus
 Saturasi oksigen harus dinilai sebelum terapi
selalu diobservasi.
 Evaluasi setelah 1 jam
dan pada interval
tertentu sampai pasien
stabil.

Global Initiative for Asthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of Health
National.2015
Pauwels RA,et al. Early intervention with budesonide in mild persistent asthma.Lancet. 2003.
KLASIFIKASI BERAT
EKSASERBASI
GINAGINA
2006 2014
s/d 2012
& 2015

Global Initiative for Asthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of Health National.2007
Pedoman Tata Laksana Asma. DAI.2011
Global Initiative for Asthma (GINA): Global strategy for asthma management and prevention. National Institute of Health National.2015
Tujuan Penatalaksanaan Eksaserbasi Akut

• Menghilangkan obstruksi secepat mungkin


• Menghilangkan hipoksemia secepat mungkin
• Menekan inflamasi yang menjadi penyebab dasar
terjadinya eksaserbasi
• Mencegah kekambuhan

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Tatalaksana Asma Eksaserbasi Akut di UGD
GINA 2017
PENILAIAN AWAL Apakah salah satu dari hal berikut ini ada?
A: airway B: breathing C: circulation Mengantuk, kebingungan, Silent chest
Apakah salah satu dari hal berikut ada?
TIDAKMengantuk, kebingungan, Silent chest
YA

Triase lebih lanjut dengan status klinis Konsul ke ICU, mulai SABA dan O2,
berdasarkan pada fitur terburuk dan siapkan pasien untuk intubasi

RINGAN atau SEDANG BERAT


• Bicara dalam kalimat • Bicara kata demi kata
• Lebih senang duduk daripada berbaring • Duduk membungkuk
• Tidak gelisah • Gelisah
• Frekuensi pernapasan meningkat • Frekuensi pernapasan > 30 / menit
• Otot aksesori tidak digunakan • Otot aksesori digunakan
• Denyut nadi 100-120 x/menit • Denyut nadi > 120 x/ menit
• Saturasi O2 ( udara kamar ) 90-95 % • Saturasi O2 ( udara kamar ) < 90 %
• PEF > 50 % prediksi atau terbaik • PEF ≤ 50 % prediksi atau terbaik

Beta 2 agonist kerja singkat Beta 2 agonist kerja singkat


Ipratropium bromida
Pertimbangkan ipratropium bromida
Atur O2 untuk mempertahankan saturasi 93–95% (anak 94-98%)
Atur O2 untuk mempertahankan saturasi
Kortikosteroid oral atau IV
93–95% (anak 94-98%) Pertimbangkan magnesium IV
Kortikosteroid oral Pertimbangkan ICS dosis tinggi

Jika terus memburuk, obati dengan


kriteria berat dan nilai ulang untuk ke ICU

NILAI KEMAJUAN KLINIS SECARA BERKALA


UKUR FUNGSI PARU
Pada semua pasien 1 jam sesudah pengobatan awal

FEV 1 atau PEF 60-80% FEV1 atau PEF < 60%


(prediksi atau terbaik) (prediksi atau terbaik)
dan ada perbaikan gejala Atau kurangnya respon klinis
BERAT
SEDANG Lanjutkan perawatan seperti di atas dan lakukan penilaian ulang
Pertimbangkan untuk dipulangkan berkala

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Penilaian Eksaserbasi Asma
GINA 2017
PENILAIAN AWAL Apakah salah satu dari hal berikut ini ada?
A: airway B: breathing C: circulation Mengantuk, kebingungan, Silent chest

TIDAK
YA

Triase lebih lanjut dengan status


Konsul ke ICU, mulai SABA dan O2,
klinis berdasarkan pada fitur dan siapkan pasien untuk intubasi
terburuk

RINGAN atau SEDANG BERAT


 Bicara dalam kalimat  Bicara dalam kata
 Lebih suka duduk daripada berbaring  Duduk membungkuk
 Tidak gelisah  Gelisah
 Frekuensi pernapasan > 30 x/
 Frekuensi pernapasan meningkat
menit
 Otot aksesori tidak digunakan
 Otot aksesori digunakan
 Denyut nadi 100-120 x/menit
 Denyut nadi > 120 x/menit
 O2 saturasi ( udara kamar ) 90-95 %  O2 saturasi (udara kamar ) < 90 %
 PEF > 50 % prediksi atau terbaik  PEF ≤50 % prediksi atau terbaik

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Tatalaksana Eksaserbasi Asma
GINA 2017
RINGAN atau SEDANG BERAT
Beta 2 agonist kerja singkat
Beta 2 agonist kerja singkat
Ipratropium bromida
Pertimbangkan ipratropium bromida
Atur O2 untuk mempertahankan
Atur O2 untuk mempertahankan
saturasi 93–95% (anak 94-98%)
saturasi 93–95% (anak 94-98%)
Kortikosteroid oral atau IV
Kortikosteroid oral
Pertimbangkan magnesium IV
Pertimbangkan ICS dosis tinggi

Konsul ke ICU, mulai SABA dan O2,


Jika terus memburuk, obati dengan
kriteria berat dan nilai ulang untuk ke ICU
dan siapkan pasien untuk intubasi

NILAI KEMAJUAN KLINIS SECARA BERKALA


UKUR FUNGSI PARU
pada semua pasien 1 jam sesudah pengobatan awal

FEV 1 atau PEF 60-80% FEV1 atau PEF < 60%


(prediksi atau terbaik)
(prediksi atau terbaik)
Atau kurangnya respon klinis
dan ada perbaikan gejala BERAT
SEDANG Lanjutkan perawatan seperti di atas dan
Pertimbangkan untuk dipulangkan lakukan penilaian ulang secara berkala

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Terapi pada perawatan Eksaserbasi Asma

Terapi berikut ini biasanya diberikan bersamaan untuk mencapai perbaikan


secara cepat :

1. Oksigen
• Untuk mencapai saturasi O2 93-95% (94-98% pada anak usia 6-11 tahun)
oksigen harus diberikan dengan nasal kanul atau masker

2. Inhalasi SABA
• Terapi SABA inhalasi harus diberikan secara berulang kali pada pasien
asma akut
• pMDI dengan spacer merupakan cara pemberian yang efektif dan efisien

SABA: Short Acting Beta 2 Agonist

Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Terapi pada perawatan asma akut
Terapi berikut ini biasanya diberikan bersamaan untuk mencapai perbaikan
secara cepat :

3. Kortikosteroid sistemik, penting diberikan jika:


• Pengobatan awal dengan SABA tidak memberikan perbaikan gejala
• Eksaserbasi terjadi pada pasien yang sedang menggunakan
kortikosteroid oral
• Pasien mempunyai riwayat eksaserbasi yang memerlukan kortikosteroid
oral

4. Kortikosteroid inhalasi:
• ICS dosis tinggi yang diberikan pada satu jam pertama akan
mengurangi kebutuhan rawat inap pada pasien-pasien yang tidak
menerima kortikosteroid sistemik (Evidence A).
• Secara keseluruhan ICS ditoleransi dengan baik

SABA: Short Acting Beta 2 Agonist ; ICS : Inhalation Corticosteroid


Global Strategy for Asthma Management and Prevention, Global Initiative for Asthma (Updated 2017).
Terapi Oksigen

Pemberian oksigen tambahan untuk


koreksi atau mencegah terjadinya
hipoksemia.

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
Oxygen = obat
 Dosis

 Dosis toksik

 Lama pemberian

 Indikasi

 Jenis

 Kontraindikasi

 Efek samping

http://balabasnia.narod.ru/optimal/
Tujuan terapi oksigen
(Dosis)

Meningkatkan:

 PaO2 > 60 mmHg, atau

 Saturasi O2 > 90 %

dg memberikan dosis O2 terendah

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
Indikasi:

 Koreksi hipoksemia
 Perbaikan oksigenasi
 Meningkatkan reabsorbsi pada rongga
badan.

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
Efek samping

 Hipoventilasi dan CO narcosis

 Absorption atelectasis

 Pulmonary oxygen toxicity

 Retrolental fibroplasia

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
Pemberian Terapi O2

1. Low flow devices


1. Kanul hidung
2. Masker : - simpel
- rebreathing
- nonrebreathing

2. High flow devices

1. Venturi
KANUL HIDUNG

 Suatu pipa plastik lunak, ujung buntu  dikaitkan ke


telinga & bawah leher

 Digunakan bayi, anak, dewasa

 Kecepatan aliran 1-6 L/mnt, FiO2 0,24-0,44

 Komplikasi : kerusakan kulit, kekeringan &


ketidaknyamanan
Kanul hidung  Untung:
 Murah
 Sederhana & nyaman
 Dpt makan dan minum
 PPOK
 Dpt menggunakan
pelembab

 Rugi:
 Luka akibat tekanan
 Mukosa hidung kering &
iritasi

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
MASKER

 Masker digunakan  level O2 yang diberikan


lebih tinggi dibandingkan kanul hidung

 Perangkat dari plastik ringan menutupi hidung


& mulut
Masker Simpel

 Masker  digunakan pada wajah,

 Masker  tidak menyebabkan tekanan yang

menyakitkan wajah, tulang pipi

 Kecepatan aliran 5-8 L/mnt, FiO2 0,4 – 0,6


 Untung:
 Sederhana, ringan
 Dapat dilembabkan
 FiO2 sampai 0,6
 Rugi:
 Tdk nyaman bagi
pembicara yg senang
menyingkirkan
masker
 Sulit buang dahak
dan makan
 Tdk nyaman pd
trauma wajah
 Mata kering/iritasi

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
MASKER RESERVOIR

2 tipe masker reservoir :


- Rebreathing
- Nonrebreathing
Masker  ringan  plastik transparan dengan
reservoir dibawah dagu
Kecepatan aliran 7 –15 L/mnt
Perbedaan kedua masker  katup

Katup / klep masker non rebreathing  pada


ekspirasi udara keluar  lubang samping katup
dan reservoir  inspirasi hanya O2 yang dihisap
dari reservoir
Masker Rebreathing

 Untung  Rugi
 FiO2 sampai > 0,6
 Aliran yg kurang:
 Oksigen ekspirasi dr
rebreathing CO2
dead space terjaga
 Claustrophobia

 Tdk bisa makan, minum &


buang dahak

 15 L/m < sesak nps berat

 Mata kering/iritasi

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
Tanpa klep

Tanpa klep
Masker Nonrebreathing

 Untung  Rugi
 FiO2 > 0,8  Tdk nyaman
 Claustrophobia
 Tdk bisa makan,
minum & buang dahak
 Mata kering/iritasi
 Katup masker lengket

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.
Masker

Klep 1 Klep 2

Reservoir

Selang O2
High flow devices

Venturi

 Konsentrasi oksigen  dalam masker dengan


udara didalamnya  oksigen diberikan
dengan angka pasti

 Alat digunakan nonaerosol  persen tetap


(24%, 28%, 31%, 36%, 40%, 50%)
Pemilihan jenis alat berdasarkan FiO2
No. Jenis alat Aliran (L/m) FiO2
1. Kanul hidung 1 0,24
2 0,28
3 0,32
4 0,36
5 0,40
6 0,44
2. Simple Mask 5-6 0,4
6-7 0,5
7-8 0,6
3. Rebreathing Mask 7 0,65
8-15 0,7-0,8
4. Nonrebreathing Mask Atur reservoir jgn 0,85-1,0
kempes

Pierce LNB. Guide to: mechanical ventilation and intensive respiratory care. Philadelphia: WB Sauders; 1995.

Anda mungkin juga menyukai