Anda di halaman 1dari 19

PLASENTA PREVIA DAN

SOLUSIO PLASENTA
Kelompok 11

1. Nur Fatikhatul Janah (1611020103)


2. Iffah Khairunnisa (1611020106)
3. Aditya Ramadhani (1611020107)
4. Yuhaning Audiya (1611020108)

Kelas B
Plasenta previa adalah
keadaan dimana plasenta
berimplantasi pada tempat
abnormal, yaitu pada segmen
bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau
seluruh pembukaan jalan lahir
(ostium uteri internal) dan oleh
karenanya bagian terendah
sering kali terkendala
memasuki Pintu Atas Panggul
(PAP) atau menimbulkan
kelainan janin dalam rahim.
Pada keadaan normal plasenta
umumnya terletak di korpus
uteri bagian depan atau
Plasenta Previa belakang agak ke arah fundus
uteri (Prawirohardjo, 2008).
1. Plasenta Previa Totalis
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum

2. Plasenta Previa Parsialis


Plasenta yang menutupi sebagian ostium uteri internum

3. Plasenta Previa Marginalis


Plasenta yang tepinya berada pada pinggir
ostium uteri internum.

4. Plasenta Letak Rendah


Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah Rahim
demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak
kurang 2 cm dari ostium uteri internum.
Solusio Plasenta

Terlepasnya sebagian atau


seluruh permukaan
maternal plasenta dari
tempat implantasinya yang
normal pada lapisan
desidua endometrium
sebelum waktunya yakni
sebelum anak lahir.
(Prawirohardjo, 2011)
a. Solusio Plasenta Ringan
Luas Plasenta yang terlepas tidak sampai 25%, atau ada yang
menyebutkan 1/6 bagian. Jumlah darah yang keluar kurang
dari 250ml

b. Solusio Plasenta Sedang


Luas Plasenta yang terlepas telah melebihi 25%, tetapi belum
mencapai separuhnya (50%).

c. Solusio Plasenta Berat


Luas Plasenta yang terlepas sudah melebihi 50%, dan
jumlah darah yang keluar telah mencapai 1000ml atau
lebih.( Prawirohardjo, 2011)
Anatomi Fisiologi

Pada persalinan aterm, plasenta yang dilahirkan berbentuk cakram dengan ukurannya dapat
mencapai diameter 22 cm, tebal 2,5 cm, dan berat sekitar 450-500 gram.
Plasenta mempunyai dua permukaan, yaitu bagian maternal dan fetal. Pada bagian maternal,
permukaan plasenta lebih kasar dan agak lunak, dan mempunyai struktur poligonal yang disebut
sebagai kotiledon. Setiap kotiledon terbentuk berdasarkan penyebaran cabang dari pembuluh darah
fetal yang akan menvaskularisasi stem vili dan cabang-cabangnya. Permukaan plasenta bagian
maternal berwarna merah tua dan terdapat sisa dari desidua basalis yang ikut tertempel keluar.
Etiologi

1. Plasenta Previa

Menurut penelitian Wardana (2007) yang menjadi faktor risiko plasenta previa
yaitu:
a. Risiko plasenta previa pada wanita dengan umur 35 tahun 2 kali lebih besar dibandingkan
dengan umur < 35.

b. Risiko plasenta previa pada multigravida 1,3 kali lebih besar dibandingkan primigravida.

c. Risiko plasenta previa pada wanita dengan riwayat abortus 4 kali lebih besar
dibandingkan dengan tanpa riwayat abortus.

d. Riwayat seksio sesaria tidak ditemukan sebagai faktor risiko terjadinya plasenta previa.
2. Solusio Plasenta

Sebab jelasnya terjadinya solusio plasenta belum diketahui, hanya dikemukakan oleh
para ahli mengenai teori : Akibat turunnya tekanan darah secara tiba-tiba oleh spasme
dari arteri –arteri yang menuju keruangan intervillair. Darah yang berkumpul dibelakang
plasenta disebut hematoma retroplasenter.
Manifestasi Klinis
1. Plasenta Previa
a. Rasa tak sakit, perdarahan uteri, terutama pada trimester ketiga.
b. Jarang terjadi pada episode pertama kejadian yang mengancam kehidupan atau menyebabkan
syok hipovolemik.
c. Kira-kira 7% dari placenta previa tanpa gejala dan merupakan suatu temuan yang kebetulan
pada scan ultrasonik.
2. Solusio Plasenta

Gejala dan tanda klinisnya yang klasik dari solusio plasenta adalah
terjadinya perdarahan yang berwarna tua keluar melalui vagina
(80% kasus), rasa nyeri perut dan uterus tegang terus-menerus
mirip his partus prematurus. Sejumlah penderita bahkan tidak
menunjukkan tanda atau gejala klasik, gejala yang lahir mirip
tanda persalinan prematur saja.
Komplikasi

1. Plasenta Previa

1. Terbentuknya segmen bawah rahim secara bertahap terjadilah pelepasan tapak


plasenta dari insersi sehingga terjadi lah perdarahan yang tidak dapat dicegah
berulang kali, penderita anemia dan syok.
2. Plasenta yang berimplantasi di segmen bawah rahim tipis sehingga dengan mudah
jaringan trpoblas infasi menerobos ke dalam miometrium bahkan ke parametrium
dan menjadi sebab dari kejadian placenta akreta dan mungkin inkerta.
3. Servik dan segmen bawah raim yangrapuh dan kaya akan pembuluh darah sangat
potensial untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak menyebabkan
mortalitas ibu dan perinatal.
2. Solusio Plasenta
a. Komplikasi yang dapat terjadi pada ibu :
 Syok hemoragik
 Gagal ginjal.

 Kelainan pembekuan darah. Kelainan pembekuan darah pada solusio plasenta biasanya
disebabkan oleh hipofibrinogenemia.

 Apoplexi uteroplacenta (Uterus Couvelaire)

b. Komplikasi yang dapat terjadi pada janin:


 Fetal distress
 Gangguan pertumbuhan/perkembangan
 Hipoksia dan anemia
 Kematian
Perdarahan antepartum yang disebabkan
oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada triwulan ketiga karena saat itu
segmen bawah uterus lebih mengalami
perubahan berkaitan dengan semakin
tuanya kehamilan, segmen bawah uterus
akan semakin melebar, dan serviks mulai
Patofisiologi membuka. Perdarahan ini terjadi apabila
plasenta terletak diatas ostium uteri
interna atau di bagian bawah segmen
rahim. Pembentukan segmen bawah
rahim dan pembukaan ostium interna
akan menyebabkan robekan plasenta pada
tempat perlekatannya
Penatalaksanaan

1. Terapi ekspektatif (pasif)


Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita
dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya
diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara
ketat dan baik.
2. Terapi aktif
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif
dan banyak, harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang
maturitas janin. Cara menyelesaikan persalinan dengan plasenta previa
a. Seksio sesarea
b. Melahirkan pervaginam
Diagnosa Keperawatan

Syok hipofolemik b.d perdarahan


ASUHAN
KEPERAWATAN
SECARA TEORI Resiko tinggi gangguan perfusi
jaringan b.d adanya perdarahan

Gangguan rasa nyaman (nyeri)


b.d kontraksi uterus
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa keperawatan Tujuan Intervensi Rasional

1. Syok hipofolemik b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri : Mandiri :


perdarahan keperawatan selama 2x24 jam 1. Kaji perdarahan setiap 15 – 30 menit 1. Mengetahui adanya gejala syok sedini
diharapkan masalah syok dapat 2. Monitor tekanan darah, nadi, mungkin
teratasi dengan kriteria hasil : pernafasan setiap 15 menit, bila normal 2. Mengetahui keadaan pasien
1. Perdarahan teratasi observasi dilakukan setiap 30 menit 3. Menentukan intervensi selanjutnya
2. Tidak ada tanda-tanda syok 3. Awasi adanya tanda-tanda syok, pucat, dan mencegah syok sedini mungkin
menguap terus keringat dingin, kepala 4. Mengetahui perdarahan yang
pusing tersembunyi
4. Kaji konsistensi abdomen dan tinggi 5. Produksi urine yang kurang dari 30
fundus uteri ml/jam merupakan penurunan fungsi
5. Catat intake dan output ginjal
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan sesuai dengan program 1. Mempertahankan volume cairan
terapi sehingga sirkulasi bisa adekuat dan
2. Pemeriksaan laboratorium hematokrit sebagian persiapan bila diperlukan
dan hemoglobin transfusi darah
2. Menentukan intervensi selanjutnya
2. Resiko tinggi gangguan Setelah dilakukan tindakan selam Mandiri : Mandiri:
perfusi jaringan b.d 3x24 jam diharapkan masalah 1. Bina hubungan saling percaya 1. Pasien percaya tindakan yang dilakukan
adanya perdarahan resiko tinggi gangguan perfusi dengan pasien 2. Pasien paham tentang kondisi yang
jaringan pada janin dapat 2. Jelaskan penyebab terjadi dialami
teratasi dengan criteria hasil : perdarahan 3. Tensi, nadi yang rendah, RR dan suhu
1. Conjunctiva tidak anemis 3. Monitor tanda-tanda vital tubuh yang tinggi menunjukkan
2. acral hangat, 4. Kaji tingkat perdarahan setiap 15 – gangguan sirkulasi darah.
3. muka tidak pucat 30 menit 4. Mengantisipasi terjadinya syok
4. Tidak lemas 5. Catat intake dan output 5. Produsi urin yang kurang dari 30
5. Capillary refill <3 detik 6. Observasi perubahan frekuensi dan ml/jam menunjukkan penurunan fungsi
6. DJJ normal (110-160x/mnt) pola DJ janin ginjal.
Kolaborasi : 6. Melihat apakah ada gangguan pada
1. Berikan cairan infus isotonic janin
2. Kolaborasikan dengan dokter untuk Kolaborasi :
melakukan transfuse darah 1. Cairan infus isotonik dapat mengganti
volume darah yang hilang akibat
perdarahan
2. Tranfusi darah mengganti komponen
darah yang hilang akibat perdarahan
3. Gangguan rasa Setelah dilakukan Mandiri : Mandiri :
nyaman (nyeri) b.d tindakan keperawatan 1. Kaji skala nyeri pada pasien 1. Mengetahui derajat nyeri
kontraksi uterus diharapkan masalah 2. Catat petunjuk nonverbal dan tindakan terapi
gangguan nyaman (nyeri) fisiologi dan psikologi 2. Mengidentifikasi luas
dapat teratasi dengan 3. Kaji ulang faktor yang beratnya masalah
kriteria hasil : meningkatkan dan 3. Membantu membuat
1. Nyeri berkurang menurunkan nyeri diagnose
2. Kram pada abdomen 4. Berikan posisi nyaman pada 4. Membantu mengurangi rasa
berkuran klien nyeri
3. Klien tampak tenang 5. Mempertahankan tirah 5. Meminimalkan stimulasi
baring selama fase akut atau meningkatkan
6. Berikan lingkungan istirahat relaksasi
dan batasi aktivitas 6. Mengurangi kontraksi uteri

Anda mungkin juga menyukai