Anda di halaman 1dari 16

Garre’s Sclerosing Osteomyelitis

Definisi

Osteomielitis sklerosing atau osteomielitis


Garre adalah suatu osteomielitis subakut
dan terdapat kavitas yang dikelilingi oleh
jaringan sklerotik pada daerah metafisis
dan diafisis tulang panjang.
Epidemiologi

Penderita biasanya remaja dan orang


dewasa, terdapat rasa nyeri dan mungkin
sedikit pembengkakan pada tulang.
telah dijelaskan oleh Garre pada tahun 1893, infeksi tulang
kronis jarang terjadi dengan onset menyerupai sebuah tumor
tulang primer. Radiologis lesi muncul sebagai wilayah padat
sklerotik dari tulang dengan reaksi periosteal.
Bagaimana cara mendiagnosanya?

Pemeriksaan dan budaya segmen


tulang mikroskopis sangat penting
untuk diagnosis.
Pemeriksaan Radiologis
• Pada foto rontgen terlihat adanya kavitas yang
difus dan dikelilingi oleh jaringan tulang yang
sklerotik
Tatalaksana

Tatalaksana osteomielitis
sklerosing berupa eksisi dan
kuretase lesi.
Chronic Recurrent Multifocal Osteomyelitis – CRMO/
Multifocal non-suppurative osteomielitis
Epidemiologi

dikarakteristikkan sebagai inflamasi rekuren pada beberapa lokasi


skelet, yang paling sering terlibat adalah tibia, femur, klavikula, kaki,
atau corpus vertebra dan jarang pada pelvis dan costa.

Distribusi multifokal telah ditemukan pada 93% kasus, dengan median


tiga lesi per anak ditemukan dalam sebuah laporan. Meskipun lesi
skelet mungkin merupakan manifestasi yang paling menonjol dari
kondisi ini, hal ini sering berkaitan dengan gangguan inflamasi lainnya,
termasuk pustulosis palmoplantar, pioderma gangrenosum, sindrom
Sweet, dan acne berat.
Patofisiologi
Patogenesis dari kondisi ini masih belum dapat dijelaskan hingga
saat ini. Teori termasuk proses autoimun atau infeksi dari agen
kausatif yang belum dikenali seperti Mycoplasma, Chlamydia,
mycobacterium tipikal, atau virus. Namun, kebanyakan seri
melaporkan kultur negatif pada hampir semua pasien.

Propionibacterium acnes telah diisolasi pada beberapa kasus yang


berhubungan dengan gejala seperti sinovitis, acne, pustulosis,
hiperostosis, dan osteitis (sindrom SAPHO) tetapi tidak spesifik
pada CRMO.
Sebuah komponen genetik terhadap kerentanan
penyakit telah diajukan. Investigator mencatat
bahwa dua sindrom genetik memiliki CRMO
sebagai fenotip predominan (sindrom Majeed dan
defisiensi antagonis reseptor IL-1) dan menyarakan
bahwa IL-1 mungkin merupakan sitokin kunci dari
patogenesis penyakit.
Gambar. Progresi dari osteomielitis akut hingga
kronik.
A. Foto anteroposterior (AP) femur
menunjukkan gambaran lusen halus pada
metafisis femoral distal medial (panah).
B. foto lateral dari pasien yang sama, tidak
diterapi, 6 minggu kemudian. Perhatikan reaksi
periosteal, dan juga progresi gambaran
radiolusen pada metafisis.
C. foto AP (kiri) dan lateral (kanak) yang
diperoleh setelah usaha dekompresi bedah
tanpa debridemen, perhatikan fraktur patologis
pada tautan metafisis-diafisis. Lubang bor
terlihat pada foto lateral merupakan sisa dari
usaha dekompresi infeksi. Debridemen yang
adekuat dari jaringan nekrotik tidak dicapai.
D. foto AP yang diperoleh setelah debridemen
komplit dan pengaplikasian bingkai Illizarov
untuk transpor tulang. E, foto AP yang diperoleh
setelah transpor tulang sukses.
Evaluasi
• Diagnosis CRMO utamanya merupakan salah
satu eksklusi. Kriteria berikut telah diajukan
untuk menghindari misdiagnosis:
• (1) perjalanan klinis yang memanjang, durasi
lebih dari 3 bulan,
• (2) biopsi terbuka memberikan hasil konsisten
dengan inflamasi kroni, dan
• (3)kegagalan untuk mengidentifikasi
organisme infeksius dengan kultur.
Evaluasi awal CRMO mencakup pemeriksaan laboratorium dan radiografik
yang sama dengan yang dilakukan pada tiap kasus yang dicurigai infeksi.
Tes mikrobiologis dari darah dan kultur jaringan tidak selamanya dihilangkan
karena dicurigai CRMO. Radiografi polos dari tiap area yang bergejala
sebaiknya dilakukan dan ditambahkan dengan skintigrafi tulang karena lesi
asimtomatik adakalanya diidentifikasi dengan cara ini.

Area lisis dan sklerosis periosteal reaktif dapat menyerupai kondisi seperti
Ewingsarkoma, neuroblastoma metastatik, dan histiositosis sel Langerhans.
Jika neoplasma ganas dicurigai sebagai diagnosis banding, prinsip biopsi
sebaiknya diikuti secara hati-hati ketika memperoleh spesimen untuk
pemeriksaan histopatologis.
Terapi
• CRMO tidak memiliki terapi yang pasti, meskipun
hampir semua anak-anak diterapi dengan NSAID
dan adakalanya diberi kortikosteroid. Pasien tidak
seharusnya berespon dengan pemberian
antibiotik.
• Terapi efektif dengan interferon-γ telah
dilaporkan pada sebuah kasus, dan diharapkan
bahwa metode ini dapat membantu
menanggulangi perjalanan CRMO yang
memanjang dan berulang.
Komplikasi

Deformitas
Perbedaan
panjang tungkai

Anda mungkin juga menyukai