KJDK (KEMATIAN JANIN DALAM
KANDUNGAN )
OLEH KELOMPOK 1 :
ALEX MARULI SIHALOHO
INDRY ABDHILA SIMATUPANG
MUSIATI ZILIWU
RINA SIMANULLANG
SARI RISKY
SUDI MANIK
WENNY SARUKSUK
LATAR BELAKANG
Kematian janin dalam kandungan merupakan
salah satu masalah yang ditemukan pada saat
hamil, keadaan ini dapat mengancam nyawa ibu.
Kematian janin dalam kandungan apabila tidak
segera ditangani akan mengakibatkan ancaman
bagi nyawa ibu. Biasanya ini terjadi pada usia
kehamilan lebih dari 20 minggu atau pada
trimester kedua (Chandra, 2010).
Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi terdapat sedikitnya 3483 kasus
kematian janin dari 119437 kelahiran hidup.
(DinKes Provinsi, 2008). Kematian janin dapat
terjadi akibat gangguan pertumbuhan janin,
gawat janin atau kelainan bawaan atau akibat
infeksi yang tidak terdiagnosis sebelumnya
sehingga tidak diobati
DEFENISI
Kematian janin dalam kandungan (kjdk) adalah
kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan
sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya
kehamilan (Wiknjosastro, 2005).
Kematian janin dapat juga didefinisikan sebagaikematian
janin dalam rahim pada usia kehamilan 20 minggu atau
lebih yang disebabkan oleh faktor maternal dan faktor
janin (Ricci, 2009).
Kamtaian janin dalam kandungan adalah terjadinya
kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang
beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu
atau lebih (Rosfandy, 2001).
ETIOLOGI
Penyebab kematian janin antara lain perdarahan
karena plasenta previa dan solusio plasenta, pre
eklampsia dan eklampsia, infeksi, penyakit kelainan
darah, gagal ginjal, penyakit endokrin seperti
diabetes melitus, malnutrisi, dan sebagainya.
Kematian janin juga dapat terjadi karena
ketidaksesuaian Rhesus darah ibu dan janin, dan
ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin
(Nasdaldy, 2001).
Menurut Gilbert (2007) penyebab kematian janin
antara lain perdarahan, hipertensi, diabetes melitus,
dan ruptur uteri.
Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD)
karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemiA
dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena
suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi
kebutuhan janin. Sertaa anemia, karena anemia disebabka
kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel.
Kerja organ – organ maupun aliran darah janin tidak
seimbang dengan pertumbuhan janin.
Manifestasi Klinik
a. Denyut jantung janin tidak terdengar
b. Uterus tidak membesar, fundus uteri turun
c. Pergerakan anak tidak teraba lagi
d. Palpasi anak tidak jelas
e. Reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang
lebih 10 hari
f. Pada rongen dapat dilihat adanya :
tulangtulang tengkorak tutup menutupi
tulang punggung janin sangat melengkung
hiperekstensi kepala tulang leher janin
ada gelembunggelembung gas pada badan janin
bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih,
kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%
Komplikasi
1. Trauma emosional yang berat menjadi bila waktu antara
kematian janin dan persalinan cukup lama.
2. Dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah.
3. Dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung
lebih dari 2 minggu
Pemeriksaan Penunjang
4. Pemeriksaan darah lengkap
5. Ultrasound seperti usg atau pemeriksaan dengan
doppler
6. Radiologi (bila perlu)
Penatalaksanaan
1. Jika uterus tidak lebih dari 12 minggu
kehamilan maka pengosongan uterus dilakukan
dengan kuret suction
2. Jika ukuran uterus antara 1228 minggu, dapat
digunakan prostaglandin E2 vaginal supositoria
dimulai dengan dosis 10 mg,
3. Jika kehamilan > 28 minggu dapat dilakukan
induksi dengan oksitosin. Selama periode
menunggu diusahakan agar menjaga
mental/psikis pasien yang sedang berduka
karena kematian janin dalam kandungannya.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajian
1. Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau
gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak
bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak
seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan
perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti
mau
melahirkan.
2. Inspeksi
Tidak terlihat gerakangerakan janin, yang biasanya dapat
terlihat terutama pada ibu yang kurus.
3 Palpasi
Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan,
tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti,
dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
4 Auskultasi
Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler
tidak terdengar terdengar DJJ.
5. Reaksi kehamilan
Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin
mati dalam kandungan.
6 Rontgen Foto Abdomen
Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah
besar janin
Tanda Nojosk : adanya angulasi yang tajam tulang
belakang janin.
Tanda Gerhard : adanya hiperekstensi kepala tulang
leher janin
Tanda Spalding : overlaping tulangtulang kepala
(sutura) janin
Disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak
Kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.
Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan kontraksi
uterus
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan
kelemahan akibat perdarahan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
ketuban pecah
4. Kecemasan berhubungan dengan kehilangan orang yang
dicintai
INTERVENSI KRAWATAN
1. Mengkaji tingkat nyeri dengan skala nyeri
Beri posisi nyaman
Anjurkan teknik relaksasi dan distraksi
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian obat
analgetik secara teratur
2. Kaji kemampuan pasien untuk ADL
Ubah posisi pasien dengan perlahan
Anjurkan pasien untuk mengurangi aktivitas
Kolaborasi dengan keluarga dalam membantu ADL
3. Pantau suhu dengan teliti
Tempatkan pasian dalam ruangan khusus
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik
sesuai ketentuan
4. Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas harapan terhadap pelaku pasien
Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama
prosedur
Temani pasien untuk memberikan keamanan dan
mengurangi takut
Berikan informasi faktual mengenai diagnosis, tindakan
prognosis
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
Instruksikan pada pasien untuk menggunakan
tehnik relaksasi
Dengarkan dengan penuh perhatian
Identifikasi tingkat kecemasan
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan
kecemasan
Dorong pasien untuk mengungkapkan perasaan,
ketakutan, perseps
Kelola pemberian obat anti cemas
SEKIAN DAN TERIMAKASIH