0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan RI untuk pengobatan malaria ringan. WHO merekomendasikan penggunaan ACT sebagai obat utama malaria karena efektif melawan plasmodium yang resisten. Departemen Kesehatan RI juga merekomendasikan penggunaan ACT sebagai lini pertama untuk malaria falciparum dan vivax, dengan pemberian primakuin sesuai jenis plasmodiumnya. Para dokter diminta hanya menggunakan ACT dan tidak monoter
Dokumen tersebut membahas rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan RI untuk pengobatan malaria ringan. WHO merekomendasikan penggunaan ACT sebagai obat utama malaria karena efektif melawan plasmodium yang resisten. Departemen Kesehatan RI juga merekomendasikan penggunaan ACT sebagai lini pertama untuk malaria falciparum dan vivax, dengan pemberian primakuin sesuai jenis plasmodiumnya. Para dokter diminta hanya menggunakan ACT dan tidak monoter
Dokumen tersebut membahas rekomendasi WHO dan Departemen Kesehatan RI untuk pengobatan malaria ringan. WHO merekomendasikan penggunaan ACT sebagai obat utama malaria karena efektif melawan plasmodium yang resisten. Departemen Kesehatan RI juga merekomendasikan penggunaan ACT sebagai lini pertama untuk malaria falciparum dan vivax, dengan pemberian primakuin sesuai jenis plasmodiumnya. Para dokter diminta hanya menggunakan ACT dan tidak monoter
ACT ( Artemisinin base Combination Therapy ). Golongan artemisinin (ART) telah dipilih sebagai obat utama karena efektif dalam mengatasi plasmodium yang resisten dengan pengobatan. 34 Selain itu artemisinin juga bekerja membunuh plasmodium dalam semua stadium termasuk gametosit. Juga efektif terhadap semua spesies, P . falciparum, P.vivax maupun lainnya 2015 WHO telah merekomendasikan 5 jenis ACT yaitu : • Artemether + Lumefantrine ( FDC) • Artesunate + Mefloquine • Artesunate + Amodiaqine • Artesunate + sulfadoksin-pirimetamine • Dihidroartemisinin+ Piperakuine ( FDC ) Tersedia di Indonesia saat ini • Obat ACT yang ke-2 ialah, kombinasi artesunate + amodiakuin • ACT yang ke-3 ialah kombinasi dosis tetap (FDC) dimana tiap tablet terdiri dari artemeter 20mg dan lumefantrine 120mg PENGOBATAN MALARIA RINGAN MENURUT PEDOMAN DEPARTEMEN KESEHATAN RI :
Departemen Kesehatan RI , melalui komisi ahli malaria telah
merekomendasikan pedoman pengobatan malaria di Indonesia sebagai berikut : • Pengobatan Malaria di Indonesia sebagai line pertama baik untuk malaria falsiparum dan malaria vivax telah menggunakan obat ACT dengan primakuin sesuai dengan jenis plasmodiumnya. • Untuk penggunaan ACT harus dipastikan bahwa infeksi malaria memang terbukti dengan pemeriksaan mikroskopik malaria atau dengan tes cepat ( RDT=Rapid Diagnosis Test ) • Pemberian ACT disertai dengan pemberian primakuin , yaitu : – Malaria falsiparum : primakuin 45 mg/ dosis tunggal hari I – Malaria vivaks : primakuin 15 mg ( 1 tab)/ hari selama 14 hari • Para dokter diminta untuk tidak menggunakan pengobatan monoterapi untuk mencegah timbulnya resitensi/ kegagalan pengobatan