Anda di halaman 1dari 18

Pengkajian Dorothea Orem

Disusun oleh:
Anggun Kusuma Dewi
Dina Aminatul Baety
Imlaatul Muslikhah
Jamal Aji Setiawan
Kusmi Haryatun
Lutfi Qurnia
Ronin Hidayat
Sri Mulyati
Prinsip Keperawatan OREM

 Model konsep Dorothea Orem terfokus pada self care


dan kebutuhan perawatan diri klien untuk
mempertahankan kehidupan, kesehatan,
perkembangan, dan kesejahteraan. Ada 3 prinsip
dalam keperawatan diri sendiri yaitu:
a. Self Care
b. Teori Self Care Deficit
c. Teory Nursing System
Aplikasi Self Care

 Pengkajian data dasar (nama, umur, sex, status kesehatan,


status perkembangan, orientasi sosio-kultural, riwayat
diagnostik dan pengobatan, faktor sistem keluarga); Pola
hidup; Faktor lingkungan.
 Observasi status kesehatan klien Untuk menemukan masalah
keperawatan berdasarkan self-care defisit, maka perawat
perlu melakukan pengkajian kepada klien melalui observasi
berdasarkan klasifikasi tingkat ketergantungan klien yang
terdiri dari Minimal Care, Partial Care, Total Care
 Pengembangan teori Orem dengan masalah fisiologis yang
terdiri dari pemenuhan kebutuhan oksigen, pemenuhan
kebutuhan cairan dan elektrolit,, gangguan mengunyah,
gangguan menelan, pemenuhan kebutuhan eliminasi
/pergerakan bowel, urinary, excrements, menstruasi,
pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat.
KASUS

 Identitas klien
 Nama : Ny. X
 Umur : 52 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : Buruh
 Agama : Islam
 Alamat : Desa Patimuan rt 01 rw 14 kec
Patimuan
 No. RM : 7890156
 Dx Medis : Stroke
 Tanggal Masuk : 26 Maret 2014 15.00 wib
 Tanggal Pengkajian : 27 Maret 2014 10.00 wib
Riwayat Kesehatan

 Keluhan Utama ( Saat Masuk Rumah Sakit )


 Klien mengalami penurunan kesadaran sejak 5 jam sebelum masuk
rumah sakit.

 Riwayat Kesehatan Sekarang
 Pasien keruah sakit dengan keluhan Klien mengalami penurunan
kesadaran sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit. Menurut hasil
anamnesa di IGD bahwa Ny. X mengalami pusing hebat saat mencuci
pakaian, tiba – tiba klien terjatuh, bicara pelo, badan sebelah kanan
mengalami kesemutan dan mati rasa ( baal ), berangsur – angsur tubuh
bagian kanan ( ekstermitas dekstra ) mengalami kelumpuhan ( parese )
dan mengalami penurunan kesadaran.
 Saat pengkajian kondisi pasien adalah tingkat kesadaran somnolen,
GCS E2M5V Afasia, klien mengeluh pusing yang hebat, badan terasa
lelah dan lemas. Klien terpasang kateter, Tekanan Darah 140/
90mmHg, Nadi 70 x/ menit, RR 32 x/ menit, Suhu 39, 3  C.
 Riwayat Penyakit Dahulu
 Keluarga mengatakan klien mempunyai riwayat
hipertensi sejak sekitar 4 tahun yang lalu, pasien
berobat ke puskesmas, tidak teratur, berobat jika ada
keluhan, jenis obat tidak tahu. Sebelumnya klien tidak
pernah mengalami penyakit seperti saat ini.

 Riwayat Penyakit Keluarga
 Keluarga mengatakan dalam keluarga terdapat
anggota keluarga yang menderita hipertensi dan
stroke, yaitu ibu, dan adik pasien. Ibu pasien telah
meninggal karena stroke sudah lebih dari 5 tahun.
Pola Pengkajian Fungsional

Pola Fungsional Dorothea Orem


1. Pemenuhan Kebutuhan Oksigen
 Sebelum masuk RS pasien mengatakan tidak merasa sesak
napas.
 Saat di RS pasien terlihat sesak napas dan menggunakan
pernapasan perut. RR 32 x/menit, terpasang oksigen dengan
kanul 5 l/m.

2. Pemenuhan kebutuhan Nutrisi


 Sebelum masuk RS pasien mengatakan pola makan normal 3
kali sehari dengan porsi banyak.
 Saat di RS pasien terpasang NGT dan pasien makan sebanyak
3 x 250 cc, pasien mengalami oenurunan berat badan 2 kg,
BB:56 kg
3. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
 Sebelum masuk RS pasien mengatakan buang air besar sekali
sehari, sedangkan buang air kecil sekitar 3-7 kali perhari
dengan jumlah sekitar 1-1,5 liter.
 Saat di RS pasien mengatakan buang air besar kadang sekali
sehari, sedangkan buang air kecil pasien terpasang down
kateter.

4. Pemenuhan kebutuhan aktivitas dan istirahat


 Sebelum masuk RS pasien mengatakan dapat melakukan
aktivitas sehari-hari tanpa kesulitan. Pasien adalah seorang
penjual bakso, pasien dapat tidur 8 jam dan tanpa gangguan
setiap malam.
 Saat di RS pasien mengalami keterbatasan aktivitas akibat
kondisinya yang lemas, dan lumpuh sebagian, dan tampak
gelisah tidak bisa tidur.
5. Pemenuhan kebutuhan keselamatan dan keamanan
 Sebelum masuk RS pasien dapat berpakaian dan
memilih pakaian secara mandiri pasien dapat
menjaga keamanan sensiri dan dapat melindungi
dirinya sendiri.
 Saat di RS pasien mengalami kelumpuhan sehingga
pasien tidak dapat menjaga keselamatannya sendiri,
dan selalu dibantu oleh keluarga pasien.
Pemeriksaan fisik

1. Status kesehatan umum


 Keadaan penyakit berat, keadaan umu tampak lemah, kesadaran somnolen, tekanan darah 140/90 mmHg, suhu tubuh
39,3◦C, pernapasan 32 x/menit, nadi 70 x/menit, GCS E2M5V Afasia BB ( sakit ): tidak diketahui, BB ( Sblm Sakit ) ; tidak
diketahui, hasil pengukuran LL 24 cm.(BB=2xLL; 48 kg).
 Hidung
 Deformitas, mukosa, secret, bau, obstruksi tidak ada, pernafasan cuping hidung tidak ada, terpasang O2 dengan kanul 5
l/m.
 Mulut dan faring
 Bau mulut , stomatitis (-), gigi ada yang hilang, lidah merah merah mudah, kelainan lidah tidak ada. Terpasang NGT
 Thoraks
 I : Gerakan dada simitris, retraksi supra sternal, retraksi intercoste
 P : Thympani
 P : Getaran simertris
 A : Vesikuler
 Abdomen
 I : tidak ada benjolan
 A : Bising usus; hiperperistaltik, bunyi bruit sangat jelas
 P : nyeri tekan tidak ada
 A : perabaan massa tidak ada, hepar tidak teraba, asites (-).
 Ekstrimitas
 Akral hangat, edema -/-, kekuatan 2/2, gerak yang tidak disadari -/-, atropi
 -/-, capillary refill 3 detik, atropi -/-. Perifer tampak pucat.
Pemeriksaan penunjang

 Hasil pemeriksaan CT- Scan ; perdarahan di pons lacunar infark basal


ganglia kiri.
Analisa data

 DS
 Klien mengatakan badan sebelah kanan mengalami kesemutan
 Klien mengeluh mati rasa pada badan sebelah kanan

 DO
 Ekstermitas dekstra mengalami parese ( lumpuh )
 Bicara pelo

 GCS E2M5V Afasia

 Somnolen

 GDS 131

 RR 32 x/ menit

 Suhu 39,3  C
 DS
 Psien mengatakan tidak bisa menggerakkan tubuh bagian
kanan
 DO
 Ekstermitas dekstra mengalami parese ( lumpuh )
 Kesulitan merubah posisi

 Tremor akibat pergerakan

 Kekuatan otot ekstermitas atas 1/5,ekstermitas bawah 1/5

 Refleks Babinski +/+

 Inkontinensia alvi, terpasang kateter

 Lemah
 DS
 Pasien mengeluh susah bicara
 DO
 Bicara pelo
 Afasia
 Tidak mampu berbicara
 Defisit wicara dan berbahasa
 Kehilangan memori dalam berbahasa
 Defisit mengenal kata
 Kesulitan mengekspresikan pikiran secara verbal
 Kesulitan menggunakan ekspresi tubuh dan wajah
 Ketidakmampuan mengendalikan otot ( apraksia )
Diagnosa keperawatan

1. Gangguan perfusi jaringan cerebral tidak efektif b.d


perdarahan intracerebral
2. Gangguan mobilitas fisik b.d kerusakan
neuromoskuler ( hemiparese )
3. Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan
sirkulasi cerebral, gangguan neuromoskuler
Intervensi keperawatan DX 1

 Anjurkan kepada klien untuk bed rest total


 Lakukan pengukuran GCS
 Berikan posisi kepala lebih tinggi 15-30 dengan letak
jantung (beri bantal tipis)
 Terapi O2
 Anjurkan klien untuk menghindari batuk dan mengejan
berlebihan
 Ciptakan lingkungan yang tenang dan batasi pengunjung
 Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian obat
neuroprotektor
 Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
Intervensi keperawatan DX 2

 Ubah posisi klien tiap 2 jam


 Ajarkan klien untuk melakukan latihan gerak aktif pada ekstrimitas
yang tidak sakit
 Lakukan gerak pasif pada ekstrimitas yang sakit
 Berikan papan kaki pada ekstrimitas dalam posisi fungsionalnya
 Tinggikan kepala dan tangan
 Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua
ekstremitas
 Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
 Kolaboratif
a. konsul kebagian fisioterapi
b. Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
c. Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
Intervensi keperawatan DX 3

 Bantu menentukan derajat disfungsi


 Bedakan antara afasia dengan disartria
 Sediakan bel khusus jika diperlukan
 Sediakan metode komunikasi alternative
 Antisipasi dan sediakan kebutuhan pasien
 Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan
jelas
 Bicara dengan nada normal
 Kolaborasi :
 Konsul dengan ahli terapi wicara

Anda mungkin juga menyukai